DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PERIKANAN DI INDONESIA
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sekarang ini pembicaraan wacana globalisasis semakin marak di bicarakan oleh aneka macam kalangan, tolong-menolong ada apa dengan globalisasi sehingga pengaruhnya begitu marak di bicarakan dan diekspos oleh aneka macam media masa? Globalisasi ialah sebuah istilah yang mempunyai korelasi dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar insan di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, bud
aya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas – batas negara menjadi bias.
1. Latar Belakang
Sekarang ini pembicaraan wacana globalisasis semakin marak di bicarakan oleh aneka macam kalangan, tolong-menolong ada apa dengan globalisasi sehingga pengaruhnya begitu marak di bicarakan dan diekspos oleh aneka macam media masa? Globalisasi ialah sebuah istilah yang mempunyai korelasi dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar insan di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, bud
aya popular, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas – batas negara menjadi bias.
Di sisi lain ada yang memandang globalisasi sebagai proyek yang di usung negara-negara adikuasa, sehinga bisa saja memilki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain ialah sebuah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara – negara yang kuat dan kaya, mudah akan mengendalikan ekonomi dan negara-negara kecil makin tidak berdaya lantaran tidak bisa bersaing . lantaran globalisasi cenderung besar lengan berkuasa besar terhadap perekonomian dunia.
Globalisasi mensugesti hampir semua aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat, termasuk bidang perikanan yang kini ini sedang dalam tahap pengembangan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi, namun tidak lepas dari hambatan akhir dari perkembangan globalisasi, yang tidak hanya membawa dampak positif tapi juga membawa dampak negatif bagi kemajuan perikanan di indonesia.
Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya korelasi antar negara di dunia, terutama di negara-negara sedang berkembang menyerupai indonesia tidak hanya membuat lahan daratan semakin sempit, tetapi juga mendorong peningkatan jumlah kebutuhan hidup antara lain membutuhkan pangan hewani menyerupai ikan. Laju peningkatan kebutuhan ikan di pacu juga oleh peningkatan tingkat kehidupan dan pengetahuan masyarakat wacana keunggulan ikan. Di bandingkan dengan sumber protein lain. Kaprikornus dalam hal ini peningkatan produksi dan kebutuhan akan ikan semakin tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga korelasi dengan negara-negara lain semakin meningkat.
Lalu bagaimana dengan maraknya kapal-kapal aneh yang masuk di daerah perairan maritim indonesia di tambah dengan maraknya pencurian ikan (ilegal fishing) yang di lakukan oleh kapal – kapal asing. Selain itu adanya isu-isu globalisasi perikanan, menyerupai gosip globalisasi produksi,dimana negara-negara krisis faktor produksi yang sama, menyerupai krisis energi dengan kenaikan harga materi bakar minyak ( BBM ), disini tergambarkan bahwa bahwa produksi perikanan suatu negara sangat tergantung pada kondisi sumberdaya ikan dan energi global. Isu yang lain ialah di dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di mana setiap negara dituntut untuk tunduk pada hukum – hukum internasional yang berlaku sehingga kita terbatas di dalam melaksanakan aktivitas ekspor ikan hemat menyerupai ikan tuna. Adanya gosip perdagangan dan gosip subsidi, jadi dalam hal ini krisis finansial global terjadi dan berdampak pribadi terhadap perekonomian perikanan dunia.
2. Tujuan
Adapun tujuan daripada penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh-pengaruh globalisasi terhadap perkembangan perikanan di Indonesia.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis wacana aspek-aspek yang mensugesti perkembangan perikanan yang berkaitan dengan isu-isu globalisasi.
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kehidupan Bangsa Dan Negara
Akibat arus budaya global, isu-isu internasional kini ini banyak besar lengan berkuasa pada aspek politik. Pengaruh itu, meliputi gosip wacana demokrasi, hak asasi insan dan transparansi. Pada aspek sosial budaya muncul gosip wacana perlunya sikap Pluralisme dan kelestarian lingkungan hidup. Dalam bidang ekonomi muncul pasar global (Global Market) dan pesaing global, sedangkan di bidang keamanan muncul gosip wacana terorisme.
Beberapa gosip internasional yang sering terdengar adaalah sebagai berikut :
a. Isu wacana demokrasi
Paham demokrasi berasaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh lantaran itu, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi negara. Demokrasi sebagai sistem politik harus mengikutsertakan rakyat dalam pengambilan keputusan. Semua negara ingin disebut sebagai negara demokrasi. Negara-negara yang belum berpemerintahan demokrasi atau masih mempraktik pemerintahan sewenang-wenang banyak dikecam oleh negara lain.
a. Isu wacana demokrasi
Paham demokrasi berasaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat. Oleh lantaran itu, rakyatlah yang memegang kekuasaan tertinggi negara. Demokrasi sebagai sistem politik harus mengikutsertakan rakyat dalam pengambilan keputusan. Semua negara ingin disebut sebagai negara demokrasi. Negara-negara yang belum berpemerintahan demokrasi atau masih mempraktik pemerintahan sewenang-wenang banyak dikecam oleh negara lain.
b. Isu wacana hak asasi manusia
Masalah hak asasi insan berkaitan erat dengan demokrasi. kini ini dunia internasional sangat memperhatikan penegak hak asasi manusia. Adanya aneka macam peran, pertentangan, konflik antar bangsa dikarenakan adanya penindasan terhadap hak asasi insan dan sikap sewenang-wenang.
Masalah hak asasi insan berkaitan erat dengan demokrasi. kini ini dunia internasional sangat memperhatikan penegak hak asasi manusia. Adanya aneka macam peran, pertentangan, konflik antar bangsa dikarenakan adanya penindasan terhadap hak asasi insan dan sikap sewenang-wenang.
c. Isu wacana transparansi
Transparansi atau keterbukaan terutama ditujukkan pada penyelenggara pemerintahan negara. Pemerintah yang tertutup tidak akan usang bertahan lantaran kemajuan informasi yang telah bisa menerobos aneka macam ketertutupan yang disembunyikan pemerintah. Pemerintah yang tertutup juga dianggap tidak demokratis lantaran tidak adanya pertanggung jawaban publik dan tidak mengikutsertakan rakyat dalam bernegara. Hal ini bertentangan dengan pesan demokrasi. Penyelenggaraan negara di harapkan berlaku terbuka dan transparan terhadap rakyatnya.
d. Isu wacana pelestarian lingkungan hidup
Lingkungan hidup merupakan gosip internasional yang ditujukkan kepada negara-negara. Sekarang ini lingkungan hidup yang rusak sanggup menjadi ancaman gres bagi umat manusia. Negara-negara yang mempunyai kekayaan alam dan hutan dihimbau untuk serius dalam melestarikan lingkungan hidup.
e. Isu wacana Pluralisme
Dalam masyarakat global, korelasi antar insan akan semakin intensif dan tidak hanya insan sebangsa tetapi insan yang berbeda ras, agama, nilai budaya, bahasa dan adat. Sikap menghargai keanekaragaman dan perbedaan sangat dibutuhkan. Apabila suatu bangsa memaksakan nilai budayanya dan tidak menghargai budaya lainmaka korelasi global akan rusak.
f. Isu wacana pasar global dan pesaing global
Transparansi atau keterbukaan terutama ditujukkan pada penyelenggara pemerintahan negara. Pemerintah yang tertutup tidak akan usang bertahan lantaran kemajuan informasi yang telah bisa menerobos aneka macam ketertutupan yang disembunyikan pemerintah. Pemerintah yang tertutup juga dianggap tidak demokratis lantaran tidak adanya pertanggung jawaban publik dan tidak mengikutsertakan rakyat dalam bernegara. Hal ini bertentangan dengan pesan demokrasi. Penyelenggaraan negara di harapkan berlaku terbuka dan transparan terhadap rakyatnya.
d. Isu wacana pelestarian lingkungan hidup
Lingkungan hidup merupakan gosip internasional yang ditujukkan kepada negara-negara. Sekarang ini lingkungan hidup yang rusak sanggup menjadi ancaman gres bagi umat manusia. Negara-negara yang mempunyai kekayaan alam dan hutan dihimbau untuk serius dalam melestarikan lingkungan hidup.
e. Isu wacana Pluralisme
Dalam masyarakat global, korelasi antar insan akan semakin intensif dan tidak hanya insan sebangsa tetapi insan yang berbeda ras, agama, nilai budaya, bahasa dan adat. Sikap menghargai keanekaragaman dan perbedaan sangat dibutuhkan. Apabila suatu bangsa memaksakan nilai budayanya dan tidak menghargai budaya lainmaka korelasi global akan rusak.
f. Isu wacana pasar global dan pesaing global
Dalam periode global, barang, jasa, dan produk dari aneka macam negara akan masuk dan saling berkompetensi dengan produk lokal. Arus keluar masuk barang dan jasa tidak lagi di batasi. Di wilayah-wilayah regional di bentuk pasar bersama, contohnya di Asia dengan perberlakuan AFTA 2003.
2. Aspek - Aspek Positif Dan Negatif Globalisasi
Globalisasi merupakan perkembangan yang tidak bisa dihindari dan dicegah. Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi komunikasi yang menghasilkan media massa yang canggih mempermudah terjadinya globalisasi. Teknologi informasi dan komunikasi telah menghubungkan insan seluruh dunia menjadi satu sistem komunikasi. Teknologi telah memperlancar terbentuknya budaya dunia, yakni budaya yang dianut oleh seluruh umat insan di dunia ini. Budaya tersebut bisa saja berasal dari salah satu bangsa atau ras. Namun, proses globalisasi telah menjadikannya budaya semua orang diperkenalkan secara sistematis dan intensif keseluruh pelosok dunia.
2. Aspek - Aspek Positif Dan Negatif Globalisasi
Globalisasi merupakan perkembangan yang tidak bisa dihindari dan dicegah. Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi komunikasi yang menghasilkan media massa yang canggih mempermudah terjadinya globalisasi. Teknologi informasi dan komunikasi telah menghubungkan insan seluruh dunia menjadi satu sistem komunikasi. Teknologi telah memperlancar terbentuknya budaya dunia, yakni budaya yang dianut oleh seluruh umat insan di dunia ini. Budaya tersebut bisa saja berasal dari salah satu bangsa atau ras. Namun, proses globalisasi telah menjadikannya budaya semua orang diperkenalkan secara sistematis dan intensif keseluruh pelosok dunia.
Proses saling mensugesti ialah tanda-tanda yang masuk akal dalam interaksi antar masyarakat. melalui interaksi dengan aneka macam masyarakat lain, bangsa atau kelompok masyarakat yang menghuni nusantara (Sebelum bangsa Indonesia terbentuk), telah mengalami proses dipengaruhi dan mempengaruhi. Pada hakekatnya, bangsa Indonesia atau bangsa-bangsa lain berkembang lantaran adanya pengaruh-pengaruh luar. Kemajuan bisa dihasilkan oleh interaksi dengan pihak dari luar. citra di atas memperlihatkan bahwa efek dunia luar ialah sesuatu yang masuk akal dan tidak perlu ditakutkan. Pengaruh tersebut selamanya mempunyai dua sisi, yaitu positif dan negatif.
Adanya aspek positif dan negatif globalisasi sangat tergantung pada negara yang menerimanya. Bangsa Indonesia tidak akan mendapatkan segi positif dari globalisasi apabila tidak bisa menyiapkan diri dengan baik. Sebaliknya, kita akan bisa menghindari aspek-aspek negatif dari globalisasi apabila kita juga bisa mempersiapkan diri dengan baik pula.
Adapun aspek positif globalisasi, antara lain sebagai berikut :
1. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah insan dalam berinterkasi
2. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat insan untuk bekerjasama dengan insan lain
3. Kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi meningkatkan efisiensi.
Adapun aspek negatif globalisasi antara lain sebagai berikut :
1. Masuknya nilai budaya luar akan menghilangakan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan interaksi dan identitas suatu bangsa.
2. Eksploitasi alam dan sumberdaya lain akan memuncak lantaran kebutuhan yang semakin besar.
3. Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai konsumerisme dan individual yang menggeser nilai-nilai sosial masyarakat.
4. Terjadinya Dehumanisasi, yaitu derajat insan yang nantinya tidak di hargai lantaran lebih banyak memakai mesin-mesin berteknologi tinggi.
Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri biar sanggup memenangkan arus globalisasi ini. Tujuannya ialah mendapatkan segi-segi positif dari globalisasi dan bisa menghindarkan diri dari aspek negatif globalisasi. Hal-hal yang perlu dipersiapkan ialah sebagai berikut :
1. Pembangunan kualitas insan Indonesia melalui pendidikan
2. Pemberian keterampilan hidup (Life Skill) biar bisa membuat kreatifitas dan kemandirian
3. Usaha menumbuhkan budaya dan sikap hidup global, menyerupai mandiri, kreatif, menghargai karya, optimis dan terbuka
4. Usaha selalu menumbuhkan wawasan kebangsaan dan identitas nasional
5. Usaha membuat pemerintahan yang transparan dan demokratis
3. Sumber Daya Ikan, Perairan Dan Persaingan Penggunaanya.
Adapun aspek positif globalisasi, antara lain sebagai berikut :
1. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempermudah insan dalam berinterkasi
2. Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi mempercepat insan untuk bekerjasama dengan insan lain
3. Kemajuan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi meningkatkan efisiensi.
Adapun aspek negatif globalisasi antara lain sebagai berikut :
1. Masuknya nilai budaya luar akan menghilangakan nilai-nilai tradisi suatu bangsa dan interaksi dan identitas suatu bangsa.
2. Eksploitasi alam dan sumberdaya lain akan memuncak lantaran kebutuhan yang semakin besar.
3. Dalam bidang ekonomi, berkembang nilai konsumerisme dan individual yang menggeser nilai-nilai sosial masyarakat.
4. Terjadinya Dehumanisasi, yaitu derajat insan yang nantinya tidak di hargai lantaran lebih banyak memakai mesin-mesin berteknologi tinggi.
Masyarakat dan bangsa Indonesia perlu mempersiapkan diri biar sanggup memenangkan arus globalisasi ini. Tujuannya ialah mendapatkan segi-segi positif dari globalisasi dan bisa menghindarkan diri dari aspek negatif globalisasi. Hal-hal yang perlu dipersiapkan ialah sebagai berikut :
1. Pembangunan kualitas insan Indonesia melalui pendidikan
2. Pemberian keterampilan hidup (Life Skill) biar bisa membuat kreatifitas dan kemandirian
3. Usaha menumbuhkan budaya dan sikap hidup global, menyerupai mandiri, kreatif, menghargai karya, optimis dan terbuka
4. Usaha selalu menumbuhkan wawasan kebangsaan dan identitas nasional
5. Usaha membuat pemerintahan yang transparan dan demokratis
3. Sumber Daya Ikan, Perairan Dan Persaingan Penggunaanya.
Indonesia sebagai negara kepulauan yang beriklim tropis berair mempunyai laba komparatif bagi aktivitas penangkapan ikan dilaut dan peairan umum serta budidaya. Kegiatan penangkapan di maritim dan perairan umum secara nasional masih di bawah tingkat hasil tangkapan lestari maksimum tetapi terdapat perbedaan intensitas yang sangat bermacam-macam berdasarkan wilayah. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan maritim dan perairan umum sampaumur ini di bawah Kawasan Barat Indonesia (KBI) telah mencapai atau melampaui tingkat produksi maksimum lestari, lantaran di masa depan di perlukan pengolahan perikanan (Konservasi dan rehabilitasi) yang rasional. Peningkatan produksi ikan melalui aktivitas penangkapan di maritim akan beralih ke daerah timur indonesia (KTI), perairan maritim di dalam, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) indonesia dan maritim bebas yang tingkat pemanfaatanya belum optimal. Selain itu untuk penghematan sumber daya perlu di lakukan penanganan dan pengolahan produk yang lebih baik dan pemanfatan hasil sampingan serta pengurangan susut hasil termasuk discard motality.
Peluang peningkatan produksi perikanan melalui penangkapan dari sumberdaya maritim di perkirakan masih tetap belum bisa memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Pada tahun 2003 kebutuhan ikan untuk konsumsi domestik dan ekspor di perkirakan akan mencapai 10 juta ton. Dari perikanan tangkap, dengan asumsi MSY sebesar 6,2 juta ton per tahun, apabila di menetapkan jumlah maksimum yang boleh ditangkap ialah 80 % dari MSY, maka akan di peroleh produksi sekitar 5 juta ton per tahun. Sedangkan bila di tambah dengan potensi produksi perikanan umumnya sebesar 0,4 juta ton per tahun maka total produksi akan di peroleh 5,4 juta ton per tahun. Ini berarti sekitar 4,6 juta ton per tahun harus di penuhi dari aquakultur yang dikala ini gres menyumbang 0,7 juta ton per tahun.
Berdasarkan proyeksi tersebut, aquakultur menjadi tumpuan impian dalam memenuhi kebutuhan ikan domestik dan ekspor di masa depan. Namun pengembangan akuakultur akan berhadapan dengan tantangan ekstentifikasi dan intensifikasi lahan akuakultur yang memeperhatikan kelestarian lingkungan. Laju degradasi lingkungan di aneka macam daerah meningkat akhir aneka macam aktivitas antropogenik contohnya pencemaran dan erosi. Pencemaran, di samping penangkapan ikan yang tak terkendali di perairan umum, menimbulkan terus menurunya produksi dan terancam punahnya aneka macam jenis ikan, pencemaran perairan umum juga ikut memepengaruhi penurunan produktifitas akuakultur.
Meskipun demikian terdapat aneka macam peluang peningkatan produksi ikan akuakultur antara lain melalui upaya intensifikasi di jawa, ekstensifikasi di luar jawa, pemanfaatan sumber daya maritim di daerah pesisir, lahan marginal dan perairan umum untuk keramba serta terobosan peningkatan produktifitas melalui domestikasi dengan memanfaatkan beranekaragaman plasma nutfah. Untuk mendukung keberlanjutan perjuangan akuakultur beberapa kebijaksanaan diharapkan menyerupai tegaknya sistem tata ruang, penciptaan iklim perjuangan yang kondusif.
Pengguna sumberdaya perairan sangat bermacam-macam menyerupai perindustrian, pertambangan, kehutanan, pariwisata, transportasi, energi dan perikanan. Persaingan yang tajam antar pengguna sumber daya perairan telah membawa dampak yang merugikan bagi perikanan.
4. Permintaan, Penawaran Dan Perdagangan Luar Negeri
Permintaan terhadap produk perikanan di masa depan akan meningkat sebagai konsekuensi pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan kecenderungan perubahan teladan konsumsi dari produk peternakan ke produk perikanan.
Pengguna sumberdaya perairan sangat bermacam-macam menyerupai perindustrian, pertambangan, kehutanan, pariwisata, transportasi, energi dan perikanan. Persaingan yang tajam antar pengguna sumber daya perairan telah membawa dampak yang merugikan bagi perikanan.
4. Permintaan, Penawaran Dan Perdagangan Luar Negeri
Permintaan terhadap produk perikanan di masa depan akan meningkat sebagai konsekuensi pertumbuhan jumlah penduduk, peningkatan daya beli dan kecenderungan perubahan teladan konsumsi dari produk peternakan ke produk perikanan.
Kesenjangan antara ajakan dan penawaran yang mendorong peningkatan harga produk perikanan sanggup merangsang dunia perjuangan untuk menanamkan modalnya dalam perjuangan perikanan terutama yang berorientasi ekspor. Kecenderungan relokasi industri perikanan dari negara maju ke negara berkembang, terutama negara kita yang mempunyai sumber daya perikanan yang belum dimanfaatkan secara optimal bila di bandingkan dengan negara – negara lain, dan keunggulan komparatif biaya produksi.
Pada tahun 2003 devisa negara yang di peroleh dari ekspor produk perikanan di upayakan mencapai 10 milyar USD. Bagian terbesar dari komoditas ekspor tersebut berasal dari akuakultur komoditas ikan bernilai hemat tinggi menyerupai udang, aneka macam ikan karang, dan ikan hias. Untuk mendukung realisasi ekspor tersebut perlu di benahi taktik pemasaran dan distribusi biar sanggup bersaing dalam periode globalisasi perdagangan.
Permintaan produk perikanan di dalam negeri juga meningkat dan di perkirakan pada tahun depan konsumsikan mendekati atau mencapai tingkat konsumsi ideal sebesar 20,7 Kg/kapita/tahun, yang berarti akan di butuhkan sedikitnya sekitar 5 juta ton per tahun. Dewasa ini tingkat konsumsi ikan di indonesia sangat beragam. Beberapa daerah telah melampaui sasaran ideal, namun banyak daerah yang masih jauh di bawahnya. Selain diharapkan perbaikan sistem distribusi dan pemasaran, juga di perlukan pengembangan aktivitas budidaya ikan terutama jenis ikan yang sanggup di jangkau daya beli masyarakat sesuai dengan preferensi di masing-masing wilayah.
5. Komoditas / Produk Perikanan Indonesia
Sumberdaya ikan indonesia mempunyai keanekaragaman jenis baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias dengan nilai hemat yang bermacam-macam pula. Selama ini beberapa jenis ikan hemat tinggi menyerupai udang, tuna, cakalang, tuna dan ikan – ikan karang menyerupai kakap, kerapu dan baronang menjadi komoditas utama untuk ekspor. Di masa depan akan lebih banyak lagi jenis ikan yang di ekspor dengan makin berkembangnya pasar dunia.
Permintaan produk perikanan di dalam negeri juga meningkat dan di perkirakan pada tahun depan konsumsikan mendekati atau mencapai tingkat konsumsi ideal sebesar 20,7 Kg/kapita/tahun, yang berarti akan di butuhkan sedikitnya sekitar 5 juta ton per tahun. Dewasa ini tingkat konsumsi ikan di indonesia sangat beragam. Beberapa daerah telah melampaui sasaran ideal, namun banyak daerah yang masih jauh di bawahnya. Selain diharapkan perbaikan sistem distribusi dan pemasaran, juga di perlukan pengembangan aktivitas budidaya ikan terutama jenis ikan yang sanggup di jangkau daya beli masyarakat sesuai dengan preferensi di masing-masing wilayah.
5. Komoditas / Produk Perikanan Indonesia
Sumberdaya ikan indonesia mempunyai keanekaragaman jenis baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias dengan nilai hemat yang bermacam-macam pula. Selama ini beberapa jenis ikan hemat tinggi menyerupai udang, tuna, cakalang, tuna dan ikan – ikan karang menyerupai kakap, kerapu dan baronang menjadi komoditas utama untuk ekspor. Di masa depan akan lebih banyak lagi jenis ikan yang di ekspor dengan makin berkembangnya pasar dunia.
Ekspor komoditas perikanan mengalami beberapa pergeseran dalam bentuk olahan dan penyajian sesuai dengan perubahan sosial ekonomi negara-negara pengimpor. Perubahan selera dan gaya hidup konsumen memperlihatkan nilai tambah yang sangat tinggi menyerupai ikan hidup dan produk olahan yang termasuk siap saji (ready to serve) dan siap di konsumsi. Dalam hal ini, penemuan teknologi yang perlu mendapat prioritas dalam rangka memanfaatkan yang cenderung makin berkembang.
Selama ini daya saing komoditas perikanan indonesia di pasar dunia termasuk masih rendah, lantaran aspek quality, cost, and delivery ( QCD ) belum di perhatikan, sementara negara – negara makin ketat menerapkan persyaratan mutu. Implementasi konsep HACCP ( Hazard Analysis And Critical Control Points ) dan administrasi mutu mutlak di perlukan oleh setiap industri perikanan untuk memenuhi tuntutan pasar. Hal ini perlu di dukung oleh penelitian dalam mengidentifikasi titik – titik kritis dari rantai produksi.
Jaminan mutu termasuk aspek kebersihan, kesehatan dan gizi tidak hanya di tuntut sebagai konsumen di negara importir tetapi juga oleh konsumen domestik yang makin meningkat kesadaranya. Perlindungan keamanan pangan makin penting terutama dengan di terbitkannya Undang – Undang Pangan 1996. Adanya tuntutan konsumen dan implikasi pemberlakuan undang – undang tersebut menuntut perbaikan sistem produksi.
Produk perikanan selain menghasilkan aneka macam produk olahan pangan juga menghasilkan aneka macam produk nonpangan sebagai materi bagi industri farmasi, kosmetik, pakan dan industri lainya. salah satu produk yang perlu di kembangkan ialah senyawa – senyawa alami yang terdapat dalam produk perikanan yang potensial untuk industri ( Biorospcting ) lantaran mempunyai nilai tambah sangat tinggi.
PEMBAHASAN
1. Dampak Globalisasi Bagi Produksi Perikanan.
Tahun 2008 fenomena globalisasi perikanan mengemuka. Berlakunya EPA 1 juli 2008 kemudian membuat bea 51 produk perikanan kita ke jepang menjadi nol. Ini semula mengambarkan globalisasi semakin menguat. Namun globalisasi perikanan juga bermasalah. Pertemuan World Trade Organization (WTO) di Jenewa yang gagal juga terkait dengan perikanan. Begitu pula krisis finansial global memporak-porandakan perdagangan perikanan. Pertanyaanya : bagaimana globalisasi perikanan terhadap Indonesia? Globalisasi perikanan minimalnya mempunyai tiga isu.
Produk perikanan selain menghasilkan aneka macam produk olahan pangan juga menghasilkan aneka macam produk nonpangan sebagai materi bagi industri farmasi, kosmetik, pakan dan industri lainya. salah satu produk yang perlu di kembangkan ialah senyawa – senyawa alami yang terdapat dalam produk perikanan yang potensial untuk industri ( Biorospcting ) lantaran mempunyai nilai tambah sangat tinggi.
PEMBAHASAN
1. Dampak Globalisasi Bagi Produksi Perikanan.
Tahun 2008 fenomena globalisasi perikanan mengemuka. Berlakunya EPA 1 juli 2008 kemudian membuat bea 51 produk perikanan kita ke jepang menjadi nol. Ini semula mengambarkan globalisasi semakin menguat. Namun globalisasi perikanan juga bermasalah. Pertemuan World Trade Organization (WTO) di Jenewa yang gagal juga terkait dengan perikanan. Begitu pula krisis finansial global memporak-porandakan perdagangan perikanan. Pertanyaanya : bagaimana globalisasi perikanan terhadap Indonesia? Globalisasi perikanan minimalnya mempunyai tiga isu.
Isu pertama ialah globalisasi produksi. Saat ini total produksi perikanan dunia mencapai 145 juta ton, yang masih di dominasi perikanan tangkap (64%), dan budidaya (36%). Sumbangan Negara sedang berkembang (NSB) terhadap total produksi dunia mencapai 80% dan terhadap produksi budidya mencapai lebih dari 90%. Bayangkan konstribusi Cina sendiri sudah mencapai 67%. Isu produk menjadi gosip global taktala semua negara kini mencicipi factor krisis produk yang sama, menyerupai krisis energi. Harga BBM yang mencapai lebih dari 140 USD/barel tentu memukul perjuangan perikanan tangkap. Di prediksi bahwa perikanan dunia telah mengosumsi 50 milyar liter materi bakar atau 1,2% konsumsi dunia menghasilkan 80 juta ton ikan. Jadi, untuk menangkap 1 ekor ikan butuh 0,62 liter BBM. Rasio ikan/liter materi bakar ini tentu lebih tinggi dari produksi protein hewani lainnya. Di Amerika Serikat telah di hitung bahwa kapal trawl butuh 1 liter BBM/kilogram ikan, sementara gillnet sepertiga liter/kilogram dan purse seine 0,03 liter/kilogram. Dengan sendirinya trawl di prediksi di mana – mana akan semakin menurun. Di Vietnam , pangsa BBM terhadap biaya operasi penangkapan mencapai 52% ( trawl ), 40 % (long line) , 20% (purse seine). Di Indonesia juga kurang lebih sama. Karena itu ke depan budidaya akan terus di dorong dan sanggup melebihi tangkap, menyerupai sudah ditunjukan cina dan Vietnam. Namun di perkirakan tahun 2030 di dunia pun hasil penangkap masih lebih besar (93 juta ton) dan budidaya (83 juta ton). Budidaya menjadi jalan keluar lantaran semua orang sadar bahwa kini 76 % perikanan di dunia sudah di eksploitasi penuh bahkan lebih. Disini tergambarkan bahwa betapa produksi perikana suatu negara sudah sangat tergantung kondisi sumberdaya ikan dan energi global. Bencana produksi di alami baik negara sedang berkembang (NSB) dan negara miskin (NM), akhir globalisasi energi di mana BBM menjadi mainan para spekulan internasional. Yang membedakan ialah adaptasinya terhadap faktor eksternal tersebut, yang tentu perikanan NSB lebih lambat dan menyiasati dan balasannya kolaps.
Krisis finansial global makin menyengsarakan sektor produksi. Hampir bisa di duga bahwa investasi sektor perikanan akan menurun. Paling tidak di lihat dari naiknya suku bunga perbankan yang tidak aman untuk investasi. Bagi investasi yang menuntut materi baku impor juga akan terkendali dengan naiknya kurs rupiah yang simpulan tahun ini bervariasi Rp.11-13 ribu. Kondisi ini mestinya menuntut kita untuk berbagi industry perikanan dengan materi baku lokal dan mendorong tumbuhnya industry pakan.
2. Dampak Globalisasi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Selain hal di atas globalisasi juga mensugesti pengelolaan sumberdaya perikanan. Baik negara sedang berkembang maupun negara miskin di tuntut untuk tunduk pada hukum – hukum internasional wacana bagaimana mengelola sumber daya supaya lestari, bila tidak mau di tuduh melaksanakan IUU (Ilegal unregulated, andUnreported) fishing, termasuk di dalamnya pencurian ikan dan tangkapan yang tidak di laporkan. Nilai IUU Fishing di dunia kini nilaimya mencapai 15 milyar USD. FAO mencatat sekitar 30 % hasil tangkapan ikan – ikan tertentu di dunia tergolong IUU Fishing. Di Afrika bisa mencapai 50 %. Di Uni Eropa (UE), IUU masih berlangsung lantaran bias menghemat 20 % produksi daripada praktek yang legal. Saat ini Uni Eropa yang paling bergencar membasmi lantaran ternyata 95 produk impor Uni Eropa berasal dari IUU Fishing. Karena itu Uni Eropa menerapkan UE Catch Certification Scheme yang akan mengontrol produk – produk ikan yang masuk ke pasar Uni Eropa.
2. Dampak Globalisasi Bagi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan.
Selain hal di atas globalisasi juga mensugesti pengelolaan sumberdaya perikanan. Baik negara sedang berkembang maupun negara miskin di tuntut untuk tunduk pada hukum – hukum internasional wacana bagaimana mengelola sumber daya supaya lestari, bila tidak mau di tuduh melaksanakan IUU (Ilegal unregulated, andUnreported) fishing, termasuk di dalamnya pencurian ikan dan tangkapan yang tidak di laporkan. Nilai IUU Fishing di dunia kini nilaimya mencapai 15 milyar USD. FAO mencatat sekitar 30 % hasil tangkapan ikan – ikan tertentu di dunia tergolong IUU Fishing. Di Afrika bisa mencapai 50 %. Di Uni Eropa (UE), IUU masih berlangsung lantaran bias menghemat 20 % produksi daripada praktek yang legal. Saat ini Uni Eropa yang paling bergencar membasmi lantaran ternyata 95 produk impor Uni Eropa berasal dari IUU Fishing. Karena itu Uni Eropa menerapkan UE Catch Certification Scheme yang akan mengontrol produk – produk ikan yang masuk ke pasar Uni Eropa.
Bagi Indonesia adanya gerakan anti IUU Fishing bisa menjadi berkah dan bencana. Berkahnya ialah lantaran maritim kita ialah obyek pencurian ikan dari kapal – kapal aneh yang beroperasi di perairan maritim kita, belum ada angka resmi kerugian kita, tapi tahun 2004 kerugian kita mencapai 4-5 trilyun/tahun sekitar 1000 kapal yang di kategorikan IUU Fishing ada sehingga kerugian mencapai 1 – 4 triliun. Lalu bagaimana dengan bencananya? Kini kita tidak bisa menangkap ikan di maritim internasional secara bebas. Kita harus menjadi anggota RFMO ( Regional Fisheries Management Organization ), atau Komisi Pengelolaan Perikanan Regional, bila kita hendak menangkap ikan di wilayah tersebut, menyerupai untuk menangkap ikan tuna di samudera hindia kita harus menjadi anggota IOTC (Indian Tuna Comission), juga CCSBT (Convestion Of Conservation for Souther Bluefin Tuna), dan di pasifik kita harus menjadi anggota WCPFC (Western Central Pacific Fisheries Commite), bila kita tidak menjadi anggota dari organisasi – organsasi tersebut maka akan di anggap illegal dan produk kita akan di embargo di pasar internasional.
Embargo untuk tuna sirip kita masih berlaku di Jepang semenjak tahun 2005 lantaran kita tidak menjadi anggota CCSBT. Padahal, spawning ground tuna tersebut ada di wilayah selatan Indonesia, yyang mestinya kita berhak atas tuna tersebut. Jepang tidak punya jalan masuk pribadi ke perairan CCSBT (Convestion of Conservation for Souther Bluefin Tuna) maupun IOTC (Indian Tuna Commision) ternyata dominan, begitu pula Uni Eropa yang tidak punya jalan masuk pribadi ke perairan WCPFC (Western Central Pacifik Fisheries Commite) yang kuat. Namun kini kita sudah mencapai anggota kedua RFMO (Regional Fisheries Management Organization) tersebut, ini menunjukan bahwa pengelolaan perikanan di dunia ialah kasus politik internasional dan tidak hanya kasus teknis. Dan disinilah negara sedang berkembang (NSB) menjadi korban.
3. Dampak Globalisasi Bagi Ekonomi Perikanan.
Pada tahun 2007, ekspor produk perikanan dunia mencapai 93 milyar USD dan tumbuh sekitar 9 % dan bantuan negara sedang berkembang (NSB) dan negara miskin (NM) sama, yakni 50-50. Negara sedang berkembang menikmati penerimaan higienis sekitar 25 milyar USD dari ekspornya. Pasar dunia terbesar Uni Eropa (42,3%), Jepang (15,6%), dan Amerika Serikat (15,6%), yang totalnya mencapai 73 %. Perdagangan di prediksi terus meningkat seiring tren peningkatan konsumsi ikan/kapita, yang dalam kurung waktu 30 tahun meningkat dari 11,5 kilogram/kapita/tahun menjadi 17 kilogram/kapita/tahun. Namun kita dikala ini sudah ketinggalan dari Thailand dan Vietnam. Ekspor Thailand sudah lebih dari 4 milyar USD, Vietnam 3,7 milyar USD (2007) dan kita gres sekitar 2,5 milyar USD. Kini Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat sama-sama menerapkan syarat yang makin ketat, lantaran terkait dengan keamanan pangan (Food Safety).
3. Dampak Globalisasi Bagi Ekonomi Perikanan.
Pada tahun 2007, ekspor produk perikanan dunia mencapai 93 milyar USD dan tumbuh sekitar 9 % dan bantuan negara sedang berkembang (NSB) dan negara miskin (NM) sama, yakni 50-50. Negara sedang berkembang menikmati penerimaan higienis sekitar 25 milyar USD dari ekspornya. Pasar dunia terbesar Uni Eropa (42,3%), Jepang (15,6%), dan Amerika Serikat (15,6%), yang totalnya mencapai 73 %. Perdagangan di prediksi terus meningkat seiring tren peningkatan konsumsi ikan/kapita, yang dalam kurung waktu 30 tahun meningkat dari 11,5 kilogram/kapita/tahun menjadi 17 kilogram/kapita/tahun. Namun kita dikala ini sudah ketinggalan dari Thailand dan Vietnam. Ekspor Thailand sudah lebih dari 4 milyar USD, Vietnam 3,7 milyar USD (2007) dan kita gres sekitar 2,5 milyar USD. Kini Uni Eropa, Jepang dan Amerika Serikat sama-sama menerapkan syarat yang makin ketat, lantaran terkait dengan keamanan pangan (Food Safety).
Apakah perdagangan bebas menguntungkan? Pertama, memang negara sedang berkembang punya kesempatan meraih laba dari pasar negara miskin) yang makin terbuka. Namun persoalanya bukan korelasi antara negara sedang berkembang dengan negara miskin , tetapi lebih pada antara negara – negara sedang berkembang. Bayangkan bila perdagangan bebas terjadi di ASEAN saja, maka sudah di duga pembudidaya ikan patin dan lele akan kolaps lantaran produk Vietnam yang lebih bersaing. Kedua, laba ekspor negara sedang berkembang hanya akan di nikmati para eksportir dan pengusaha besar. Nelayan dan pembudidaya ikan kecil sebagai pemasok materi baku hanya akan menikmati harga lokal. Apakah dengan bea masuk nol persen ke Jepang dikala ini nelayan dan pembudidaya ikan juga menikmati kelebihan profit? World Fish (2008) menunjukan bahwa di Afrika perdagangan perikanan tidak bekerjasama dengan pembangunan ekonomi dan manusia.
Kini krisis finansial global telah terjadi dan berdampak pribadi pada perdagangan perikanan dunia. Lesunya pasar ekspor di Amerika Serikat dan Eropa tersebut akan menimbulkan negara berpenduduk besar menjadi sasaran gres ekspor perikanan. Karena itulah perlu di antisipasi fenomena ini melalui instrument pengendalian impor, menyerupai peningkatan mutu uji produk, pembatasan pelabuhan masuknya produk impor dan dalam beberapa kasus perlu pengenaan tarif. Diversifikasi pasar juga sangat penting.
Sementara itu gosip subsidi juga mengancam. Menurut APEC (2000) nilai subsidi perikanan di dunia mencapai 12,6 milyar USD dan meliputi 70% negara – negara produsen perikanan. Sementara Milazzo (1998) memprediksi sekitar 20,5 milyar USD untuk seluruh perikanan dunia. Dan OECD (2003) serta World Trade Organization (WTO) menghitung masing-masing hanya sekitar 5,97 dan 0,82 milyar USD. Ini di anggap membahayakan perdagangan bebas dan menimbulkan overeksploitasi. Namun, Marine Resources Assesment Group (MRAG) pada tahun 2000 mengingatkan bahwa kasus over eksploitasi sumberdaya ikan di negara sedang berkembang ini bukan lantaran subsidi, tetapi lantaran lemahnya pengelolaan sumber daya perikanan. Hal yang sama juga sesuai dengan hasil riset beberapa ilmuwan di Jepang di World Fisheries Congres kemudian yang melihat bahwa subsidi tidak berkolerasi dengan kerusakan sumber daya. Melihat besarnya kasus kemiskinan nelayan, maka subsidi secara langsung, menyerupai sistem kredit khusus bagi nelayan, tentu masih relevan. Hanya saja, memang subsidi tersebut mesti di sertai dengan bagan fisheries management yang memadai.
Untuk itu, globalisasi perikanan harus di sikapi secara komprehensif dan kritis. Tanpa itu, kita akan terus menjadi korban.