Skip to main content

Usaha Budidaya Lele Tidak Memerlukan Persyaratan Yang Ketat Menyerupai Untuk Ikan Lain

A.  Lokasi

Usaha budidaya lele tidak memerlukan persyaratan yang ketat ibarat untuk ikan lain. Sebagai indikator kalau lahan itu sanggup digunakan untuk pembenihan ikan lain, untuk ikan lele niscaya sanggup digunakan.

Namun demikian, semoga perjuangan sanggup berkesinambungan, hal-hal berikut ini harus dipertimbangkan:

1.   Lokasi berada pada tempat yang bebas banjir dan bebas dampak pencemaran.

2.   Tanah dasar kolam merupakan tanah yang stabil warna kehitaman yang mempunyai tekstur 50 – 60% lempung, lebih kecil dari 20% pasir dan sisanya serbuk materi organik.

3.   Keasaman (pH) tanah lebih dari 5.

4.   Sumber air tidak terkontaminasi dan tersedia sepanjang tahun.



Untuk membangun kolam (wadah budidaya) konstruksi pematang harus berpengaruh dibentuk dari tanah, tembok atau dilapis terpal. Luas kolam diadaptasi dengan padat tebar. Kedalaman air antara 0,75 m – 1,5 m. harus diperhatikan bahwa wadah harus sanggup dikeringkan. Kualitas air yang diharapkan sebaiknya pada kisaran kualitas pada Tabel 1.

Tabel 1. Parameter dan Kiasaran Optimum Kualitas Air

No.
Parameter
Satuan
Kisaran optimum
1
Suhu
0C
25-30
2
Nilai pH
-
6,5-8,5
3
Oksigen terlarut
mg/l
> 4
4
Kecerahan
cm
25-30
5
Amoniak (NH3)
mg/l
< 0,01

(SNI : 01-6484.3-2000)




B.  Induk

Lele dumbo yaitu ikan bibit unggul (hasil kawin silang). Pembenihan induk untuk jenis ikan bibit unggul itu harus sangat hati-hati, bila salah mungkin benih yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu bagi pelaku utama pembenihan lele harus rajin berkonsultasi dengan pemerintah untuk mendapat induk yang bermutu, dalam hal ini pemerintah telah menciptakan jejaring pengembangan induk ikan lele (Puslena) (Tabel 2).

Tabel 2. Pusat Pengembangan Induk Ikan Lele (Puslena)

No.
Instansi
Telepon
1
BBPBAT Sukabumi
0266 – 225240
0266 – 225211
0266 – 221762
2
BRPBAT Bogor
0251 – 8313200
Fax. 0251 – 8327890
3
LRPTPBAT Sukamandi
0260 – 520500
0260 – 520663
Fax. 0260 – 520662
4
PBIAT Ngrajek
0293 – 788306
5
BPBAT Cijengkol
0260 - 520084



Proses produksi induk yang berkualitas sanggup dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proses Produksi Induk Ikan Lele Dumbo

Wadah
Penebaran
Pemberian Pakan
Waktu pemeliharaan
(hari)
Pemanenan
Kepadatan
(ekor/m3)
Ukuran
(g)
Dosis
(% bobot biomas)
Frekuensi
(kali/hari)
Sintasan
(%)
Bobot
(g)
Panjang standar
(cm)
Kolam








Pembesaran 1
10-15
10-15
4-5
2-3
90-100
80
100-150
25-30
Pembesaran 2
3-5
100-150
3-4
2-3
150-175
80-90
500-750
40-45

  SNI 01-6484.1-2000

Penggunaan materi :

·      Pakan : pellet (dosis dan frekuensi pemberian lihat Tabel 4)

·      Obat-obatan dan materi kimia : antibiotik (jika diperlukan, oksitetrasiklin dengan takaran 5 mg/l-10 mg/l), kalium permanganat 1 mg/l-3 mg/l, formalin 25 ppm, garam 500 mg/l-1.000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam.

·      Pupuk organik dengan takaran 500 g/m2

·      Kapur tohor dengan takaran 50-100 g/m2





1.   Persyaratan Induk

a.   Kriteria kualitatif

1)  Asal : hasil pembesaran benih sebar yang berasal dari induk ikan kelas induk dasar.

2)  Warna : serpihan atas kepala berwarna hijau kehitaman, serpihan punggung atas hingga pangkal ekor berwarna hijau kecoklatan dengan loreng berwarna coklat kehitaman, mulai kepala serpihan bawah hingga ke pangkal ekor berwarna putih keruh.

3)  Bentuk tubuh : begian kepala pipih horizontal, serpihan tubuh bundar memanjang dan serpihan ekor pipih vertikal.

4)  Kesehatan : anggota atau organ tubuh lengkap, tubuh tidak cacat dan tidak ada kelainan bentuk, alat kelamin tidak cacat (rusak), tubuh tidak ditempeli jasad pathogen, insang bersih, tubuh tidak bengkak/memar dan tidak berlumut, tutup insang normal dan tutup berlendir.

5)  Gerakan : lamban dan jinak



b.  Kriteria kuantitatif

Kriteria kuantitatif sifat reproduksi ibarat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria Kuantitatif Sifat Reproduksi

Kriteria
Satuan
Jenis kelamin
Jantan
Betina
1. Umur induk
bulan
8-12
12-15
2. Panjang standar
cm
40-45
38-40
3. Bobot tubuh pertama matang gonad
g/ekor
500-750
400-500
4. Fekunditas
butir/kg bobot tubuh
-
50.000-100.000
5. Diameter telur
mm
-
1,4-1,5

(SNI : 01-6484.1-2000)



2.   Pemijahan Induk

Pemijahan induk bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad. Ciri-ciri induk yang siap memijah pada Tabel 5.

Tabel 5. Ciri-ciri dan Cara Menentukan Induk Matang Gonad

Betina
Jantan
o  Perut membesar/buncit dan terasa lembek jikalau diraba.
o  Pergerakan lamban dan jinak.
o  Alat kelamin bulat, berwarna kemerahan dan tampak membesar (bengkak)
o  Alat kelamin memerah.
o  Alat kelamin tampak terperinci dan meruncing.
o  Tubuh ramping dan gerakannya lincah.
o  Warna tubuh jadi coklat kemerahan.

o  Cara memilih kematangan gonad dilakukan dengan meraba serpihan perut dan pengamatan serpihan anus.
o  Matang gonad ditunjukkan dengan serpihan perut membesar lunak kalau diraba.
o  Bagian anus menonjol kemerahan

o  Alat kelamin memerah dan meruncing serta panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.



Mahyudin (2008) dan SNI : 01-6484.1-2000



C.  Bak Pemijahan

Bak pemijahan sebaiknya dari semen, fiber glass, atau terpal semoga gampang dibersihkan. Bak pemijahan biasanya berukuran panjang 2 – 3 m, lebar 1 – 2 m dan tinggi 1 m. sehabis kolam dikeringkan dan dijemur, diisi air higienis setinggi 40 – 70 cm.

Bak pemijahan dipasang kakaban yang terbuat dari ijuk yang dijepit dengan bambu. Kakaban disusun secara teratur semoga berada antara 5 – 10 cm dibawah permukaan air.



D.  Teknik Pemijahan

Pada dasarnya semua biota remaja akan berusaha untuk berkembang biak. Makara kalau insan menyiapkan sarana dan prasarana yang sesuai untuk terjadinya pemijahan pada ikan lele yang telah matang gonad, proses pemijahan terjadi secara alami. Namun demikian pada ikan yang telah matang gonad tetapi tidak mau memijah, pemijahan sanggup dilakukan dengan menyuntikkan hormon perangsang memijah. Secara garis besar proses pemijahan sanggup dilihat pada Gambar 1.


Gambar 1. Proses Pemijahan



E.  Pemijahan Alami

Pemijahan alami tidak memakai embel-embel obat-obatan untuk merangsang pemijahan. Pemijahan alami masih banyak diterapkan oleh para pembudidaya lele ketika ini. Mereka beranggapan bahwa hasil yang diperoleh dengan teknik buatan belum tentu lebih baik dari teknik pemijahan alami. Cara pemijahan alami pun diyakini lebih baik daripada memakai teknik pemijahan buatan sebab tidak terlalu memaksa indukan untuk mengeluarkan telurnya. Jika induk ini telah siap memijah maka sehabis induk jantan dan betina disatukan, diharapkan akan terjadi pemijahan.

Berikut langkah-langkah untuk melaksanakan pemijahan secara alami:

1)  Siapkan kolam pemijahan dengan membersihkannya terlebih dahulu. Setelah itu masukkan kakaban sebagai tempat menempelnya telur. Untuk kolam berukuran 2 m x 2 m x 1 m, dibutuhkan kakaban sebnayak 10-12 buah. Kakaban diletakkan di dasar dan diberikan pemberat berupa batu. Kakaban disusun berjajar memenuhi dan mengikuti panjang kolam semoga tidak ada telur yang tidak menempel.

2)  Isi kolam dengan air hingga ketinggian sekitar 40 cm.

3)  Lakukan seleksi induk untuk mendapat induk yang siap memijah dan mempunyai gonad yang berkualitas dan berpotensi menghasilkan banyak telur.

4)  Setelah wadah terisi air, masukkan induk yang telah diseleksi ke dalamnya dengan perbandingan satu ekor jantan dan dua ekor betina. Biasanya, induk dipindahkan ke dalam wadah pemijahan pada sore hari sekitar pukul 15.00 – 17.00. Pemindahan dari kolam indukan ke kolam pemijahan dilakukan secara hati-hati dengan memakai seser atau serokan.

5)  Biarkan induk dalam kolam selama satu malam. Secara umum, lele akan memijah pada malam hari sekitar pukul 22.00 – 02.00. Pada proses pemijahan, betina akan mengeluarkan telur dan dibuahi oleh sang jantan.

6)  Lakukan pengecekan pada pagi harinya. Jika pemijahan berlangsung lancar, pada pukul empat pagi telur-telur akan memenuhi kakaban.

7)  Pindahkan kakaban yang telah ditempeli telur secara hati-hati ke dalam kolam penetasan. Jika induk gres memijah pada pagi hari maka pemindahan kakaban dilakukan pada sore hari, sekitar pukul 14.00 – 16.00. Setelah itu, tinggal menunggu telur menetas.

8)  Selanjutnya, pindahkan indukan yang telah memijah dari kolam pemijahan ke kolam pemeliharaan induk. Induk betina sanggup dipijahkan kembali sehabis tiga ahad hingga satu bulan masa istirahat. Sedangkan induk jantan memerlukan waktu 1-2 ahad masa istirahat.



F.  Rangsangan Pemijahan dengan Penyuntikan Hormon

Kebutuhan benih lele yang sangat besar mustahil sanggup dicukupi hanya oleh induk-induk yang memijah secara alami. Penyuntikan hormon mutlak diperlukan.

Hormon alamiah sanggup disiapkan dari kelenjar hipofisa lele atau dari ikan mas. Hormon buatan/sintesis yaitu hormon buatan pabrik. Beberapa jenis hormon sintesis tersebut contohnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon Ovaprim relatif gampang diperoleh sebab sudah dijual umum ibarat di toko perikanan di beberapa kota besar. HCG bersama-sama merupakan hormon untuk insan sehingga hanya sanggup diperoleh bila disertai resep dokter, sedangkan LHRH tergolong agak sulit diperoleh.



1.   Penyuntikan hormon alamiah (hipofisa)

Hormon ini diambilkan dari kelenjar hipofisa yang terletak di serpihan bawah otak kecil. Setiap ikan (juga makhluk bertulang belakang lainnya) mempunyai kelenjar hipofisa yang terletak di bawah otak kecil.

Untuk penyuntikan, diharapkan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor sanggup dipilihkan lele, ikan mas (tombro, karper, Cyprinus carpio), atau lele lokal (Clarias batrachus). Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok. Karena hormon untuk keperluan penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi.

a)  Dosis hipofisa

Banyaknya kelenjar hipofisa yang perlu disuntikkan kepada induk lele yaitu 3 dosis. Artinya ikan yang beratnya 0,5 kg, misalnya, memerlukan kelenjar hipofisa yang berasal dari donor yang berat badannya 1,5 kg. Ikan donor seberat 1,5 kg itu sanggup terdiri dari 3 ekor yang masing-masing beratnya 0,5 kg atau 2 ekor yang beratnya 1 kg dan 0,5 kg atau sanggup juga digunakan seekor yang beratnya 1,5 kg.

Sebagai donor sebaiknya dipilihkan ikan yang sudah dewasa, jantan maupun betina sama saja. Apabila dipilihkan ikan belum remaja kadar hormon dalam hipofisanya sedikit.

b)  Pengambilan hipofisa dan pembuatan ekstrak

Cara mengambil kelenjar hipofisa dari ikan donor yaitu sebagai berikut :

(1)    Siapkan ikan (lele/mas) yang akan dijadikan donor.

(2)    Pegang serpihan kepalanya bila licin, badannya sanggup dibungkus dengan lap. Sementara serpihan kepala dipegang, serpihan tubuh diletakan diatas talenen. Kepala ikan dipotong dibagian belakang tutup insangnya hingga kepalanya putus.

(3)    Setelah terpotong, sisir tulang kepalanya di atas mata hingga tulang tengkoraknya terbuka dan otaknya kelihatan.

(4)    Singkap otaknya memakai pinset, sempurna dibagian bawah otak akan terlihat kelenjar hipofisa berwarna putih sebesar butiran kacang hijau.

(5)    Dengan tetap memakai pinset, kelenjar hipofisa diangkat dan diletakan ke dalam cawan yang higienis untuk dicuci dengan aquades hingga darah yang menempel hilang. Cara membersihkannya dengan disemprot aquades memakai pipet.

(6)    Setelah butir kelenjar hipofisa bersih, kemudian masukan ke dalam tabung penggerus (dapat memakai kantong plastik kecil atau gelas). Selanjutnya kelenjar hipofisa digerus atau dipencet hingga hancur.

(7)    Encerkan kelenjar hipofisa tersebut dengan 1-1,5 ml aquades atau larutan garam fisiologis. Larutan garam fisiologis atau sering pula disebut cairan infus yang sanggup diperoleh di apotek (dijual bebas). Dengan demikian, hormon GSH yang terkandung didalam hipofisa akan terlarut dalam cairan.

(8)    Larutan tersebut diendapkan beberapa menit hingga kotoran tampak mengendap didasar. Cairan dibagian atas diambil dengan tabung injeksi (spuit) untuk disuntikan pada ikan.



c)  Penyuntikan ekstrak hipofisa

Induk sebagai resipien yang telah dipersiapkan sebelumnya, diambil dari dalam hapa. Induk tersebut dipegang dengan santunan penyerok dari jaring supaya tidak licin. Hormon didalam spuit disuntikan didekat sirip punggung kedalam daging induk (intramuscular). Setelah disuntik, induk betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan. Biarkan lele dalam keadaan tenang.



2.  Penyuntikan hormon buatan

Hormon sintesis (buatan) sekarang sanggup dibeli di toko-toko obat perikanan, yaitu hormon yang disebut Ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang disimpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk lele yang beratnya 1 kg. induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon ovaprim 0,15-0,25 ml.

Penyuntikan memakai hormon Ovaprim sangat simpel sebab telah berupa larutan sehingga tinggal disuntikan saja, hormon sisa di dalam ampul sanggup disimpan di tempat yang tidak terkena sinar matahari eksklusif (suhu kamar), dalam ruang ini, Ovaprim tahan hingga 3-4 bulan.

Urutan pemijahan lele dengan hormon buatan yaitu sebagai berikut :

a)  Siapkan kolam pemijahan

(1)    Keringkan dan bersihkan kolam/bak yang hendak digunakan untuk pemijahan.

(2)    Cuci dan jemur kakaban dengan jumlah cukup menutupi 75% dasar kolam.

(3)    Pasang kakaban di dasar kolam/bak, letakan kakaban itu 5-10 cm diatas dasar kolam. Gunakan bata merah yang sudah dicuci higienis sebagai pengganjalnya. Diatasnya juga ditindih dengan bata semoga kakaban tidak gampang bergeser.

(4)    Menjelang dilakukan penyuntikan, kolam tersebut diisi dengan air hingga kakaban terendam air 5 cm-10 cm.



b)  Seleksi induk lele betina dan jantan yang siap memijah

(1)    Pada pagi hari, tangkap induk lele betina dan jantan.

(2)    Pilih induk betina yang matang telur, perutnya besar dan lunak, tetapi kalau diurut tidak sanggup keluar telurnya.

(3)    Pilih induk jantan yang sehat, tidak cacat, tidak berpenyakit. Lele jantan terlihat dari alat kelaminnya (perut tetap langsing) kalau diurut juga tidak sanggup mengeluarkan sperma. Oleh sebab itu, lele disuntik dengan hormon.

(4)    Pisahkan induk jantan dan betina didalam wadah atau hapa tersendiri sambil menunggu ketika disuntik.


c)  Siapkan alat dan hormon Ovaprim untuk disuntikan

Gunakan alat suntik yang sudah dibersihkan/dicuci dengan air panas atau gunakan alat yang baru.


d)  Timbang induk betina dan tentukan takaran ovaprim

(1)    Induk yang beratnya 1 kg, takaran hormon ovaprim 0,3-0,5 cc. bila beratnya 0,5 kg maka takaran yang diharapkan setengahnya, yakni 0,15-0,25 cc ( sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).

(2)    Sedot dengan injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, contohnya 0,5 ml. sehabis itu, sedot lagi dengan jarum yang sama aquades atau larutan garam fisiologis 0.7% sebanyak 0,5 ml yang juga untuk mengencerkan hormon tadi.



e)  Cara penyuntikan

(1)    Seorang membantu memegang ikan lele yang hendak disuntik ( ikan betina lebih dulu) dengan satu tangan lagi memegang pangkal ekor ikan. Letakan ikan tersebut sambil terus dipegang diatas meja yang sudah disiapkan dan diberi bantalan handuk/lap bersih.

(2)    Seorang lainnya menyuntikan hormon yang sudah disiapkan kedalam daging lele dibagian punggung. Sebanyak setengah takaran disebelah kiri sirip punggung dan stengah takaran lagi disebelah kanan.

(3)    Lakukan penyuntikan secara hati-hati. Setelah hormon didorong masuk, jarum dicabut, kemudian bekas suntikan tersebut ditekan/ditutup dengan jari beberapa ketika semoga hormon tidak keluar.

(4)    Setelah disuntik, ikan jantan dan betina dimasukan kedalam kolam pemijahan yang sudah dipersiapkan sebelumnya.


f)   Siapkan kolam penetasan telur

(1)    Kolam penetasan telur sanggup berupa kolam tanah yang luasnya 25-100 m2. Beberapa hari sebelumnya, kolam mini sudah dikeringkan/dijemur dan dibersihkan dari segala hama. Setelah itu, kolam diairi sedalam 10-20 cm tiga hari sebelum digunakan.

(2)    Kolam penetasan telur sanggup juga berupa kolam berlapis plastik, ukuran lebar 2-3 m dan panjang 8-10 m. Selama dua hari sebelum digunakan, kolam telah dibersihkan, kemudian diisi air dari sumur pompa yang bebas hama. Penggunaan air eksklusif dari sungai kurang baik untuk penetesan telur, sebab mengeluarkan jamur atau basil yang menyerang telur.



Pengalaman dari pembudidaya, air untuk pembenihan disediakan dari sumur bor yang disimpan didalam tandon besar (3-5 m3). Air di tandon tersebut ditebari garam agresif ( tanpa iodium ) sebanyak 100 gr setiap 1 m3 air, kemudian diaduk dan diendapkan. Ternyata dengan perlakuan tersebut, penetesan dan pemeliharaan benih lancar serta tak pernah menderita kematian sebab jamur dan bakteri.



G. Pemijahan Setelah Penyuntikan Hormon

Setelah hormon disuntikan, induk lele siap dipijahkan. Pemijahan sanggup dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami dan pengurutan (striping)


1.   Pemijahan secara alami

Setelah disuntik hormon induk-induk betina dilepaskan kedalam kolam pemijahan yang telah disiapkan. Selang satu jam sehabis penyuntikan induk betina, induk jantan barulah disuntik dengan hormon yang telah disiapkan (cara penyiapan sama ibarat untuk penyuntikan induk betina ). Selang waktu itu diberikan sebab reaksi terhadap hormon pada induk jantan lebih cepat dari pada induk betina. Dengan demikian, induk betina dan induk jantan akan memijah bersamaan.

Kolam pemijahan untuk sepasang induk sebaiknya berukuran minimum 6 m2 atau 2x3 m. Kolam sanggup berupa kolam tanah atau kolam semen dengan kedalaman air kurang dari 75 cm. bila kolam pemijahan terlalu sempit, induk betina sanggup menderita luka-luka sebab sikap pejantan yang terlalu berpengaruh atau ganas.

Setelah mendapat suntikan hormon, induk jantan dimasukan kedalam kolam pemijahan bercampur dengan induk betina yang telah disuntik lebih dahulu. Menurut pengalaman, induk lele biasanya disuntik pada pukul 15.00. Pada malam hari sekitar pukul 19.00, induk lele sudah mulai berkejaran tanda hendak memijah (kawin). Sekitar pukul 24.00, bila dilihat dengan lampu senter, induk sudah damai kembali menerangkan pemijahan sudah selesai. Saat itu telur- telur ikan terlihat berbagai menempel pada kakaban.

Keesokan harinya, antara pukul 08.00 – 09.00, tampak telur-telur menempel pada kakaban. Telur yang dibuahi berbentuk bundar dan jernih berwarna abu-abu sedikit kekuningan. Bila telur tidak terbuahi, akan berwarna putih dan akan ditumbuhi jamur atau dimakan bakteri. Telur yang mati tersebut sedapat mungkin segera dibuang semoga tidak menular telur yang dibuahi.

Kakaban yang telah diletaki telur dipindahkan kedalam kolam/bak penetasan yang telah dibersihkan dan diisi air sedalam 20 – 30 cm. kolam pemijahan diberi atap dari plastik yang tembus cahaya semoga tidak terkena hujan maupun panas matahari langsung. Kolam penetesan juga berlanjut menjadi kolam pendederan hingga burayak berumur 12 – 15 hari.

Setelah 30 – 40 jam, telur lele akan menetas. Setelah telur menetas, kakaban dikeluarkan dari dalam kolam penetasan untuk dicuci, kemudian dijemur semoga sanggup digunakan lagi. Anak lele yang gres menetas (burayak) masih membawa kantung kuning telur dan gerak renangnya masih lambat. Kadang kala katak juga bertelur didalam kolam penetasan tersebut sehingga telur-telur katak harus dibuang secepat mungkin sebelum menetas semoga berudunya tidak menggangu burayak lele. Supaya katak yang sanggup memangsa burayak lele tersebut tidak sanggup masuk kedalam kolam penetasan maka kolam/bak harus diberi epilog dari kawat anyaman sangkar ayam.

Pada hari ke-2 sehabis menetas burayak lele mulai makan sehingga harus diberi pakan berupa kutu air yang kecil (Rotifera dan daphnia). Hari ke-4 mulai diberi cacing sutera. Sebagai tambahan, sanggup juga diberi tepung ikan yang disaring lembut. Pemberiannya sedikit saja dengan cara dipercikan dibeberapa tempat. Pemberian tepung ikan jangan berlebihan Karena sisa yang tidak terpengaruhi sanggup membusuk.

Burayak-burayak hasil penetasan telur dipelihara lebih lanjut, tetap didalam kolam penetasan, hingga berumur 12-15 hari. Sampai umur 2 minggu, air tidak perlu diganti, cukup ditambah sedikit saja bila ada penguapan. Pada umur itu, burayak sudah siap untuk dijual atau dipelihara didalam kolam pembenihan yang lebih besar.


2.    Pembuahan Telur melalui Pengurutan (Stripping)

Alternatif lain pembuahan (fertilisasi) buatan yaitu dengan melaksanakan pengurutan (stripping). Setelah hormon disuntikan dan induk siap memijah, disaat yang sempurna dilakukan pengurutan telur dan sperma untuk dicampurkan dalam suatu wadah semoga terjadi pembuahan secara buatan didalam baskom.

Cara pengurutan ini lebih canggih dan hasil benihnya lebih banyak sebab segalanya lebih terkontrol. Namun, proses ini memerlukan teknisi pelaksana yang mempunyai keterampilan lebih baik.

Beberapa laba cara pengurutan ini antara lain ibarat berikut.

(a)    Jumlah telur yang dihasilkan sanggup dihitung secara persis (lebih ilmiah)

(b)    Jumlah telur yang dibuahi oleh sperma (derajat fertilisasi) lebih banyak.

(c) Dapat dilakukan pengaturan waktu, contohnya waktu pengurutan, waktu mendapat burayak, dan pengaturan waktu lainnya.



Telur dalam wadah yang dibuahi kemudian diteteskan didalam hapa dengan diairi air higienis terus menerus hingga 2 ahad lamanya dengan diberi pakan zooplankton dan serbuk pakan yang mencukupi.


a)  Cara pengeluaran telur

Setelah disuntik dengan hormon Ovaprim atau hormon dari hipofisa, induk jantan maupun induk betina dipisahkan, masing-masing diletakan di dalam hapa yang telah dipasng dikolam yang airnya jernih dan tenang. Sekitar 10 jam sehabis disuntik, diperkirakan telur sudah sanggup diurut. Namun, sebelumnya induk lele tersebut perlu diperiksa dahulu (sudah siap diurut atau belum). Cara memeriksanya antara lain:

1)  Induk lele ditangkap memakai serok. Badannya dipegang dan kepalanya ditutupi dengan handuk basah, kemudian perutnya diurut sedikit kearah dubur.

2)  Apabila beberapa butir telur sanggup keluar maka induk betina itu sudah siap untuk diurut. Pengurutan dilanjutkan untuk mengeluarkan seluruh telurnya. Dengan hati-hati tetapi cukup kuat, perut ikan diurut mulai dari sirip dada kearah dubur. Telur yang keluar ditampung dalam sebuah bejana yang higienis dan kering.

3) Apabila telur belum sanggup keluar ketika diurut maka induk lele tersebut dikembalikan kedalam hapa penampungan lagi. Selanjutnya, perlu diperiksa lagi setiap 10-15 menit, barang kali telur sudah siap dikeluarkan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengurutan telur yaitu sebagai berikut:

1)  Kain yang digunakan untuk menutup kepala ikan pada waktu diurut harus halus dan bersih. Penggunaan kain ini dimaksudkan supaya lele tidak meronta waktu diurut.

2)  Wadah atau bejana untuk menampung telur harus benar-benar kering dan higienis sebab kotoran sanggup mempengaruhi proses pembuahan.


b)  Cara mengeluarkan sperma

Sperma lele dumbo tidak sanggup dikeluarkan dengan cara pengurutan, melainkan harus dibedah, jadi induk jantan harus dimatikan. Berikut ini yaitu cara mengeluarkan sperma:

1)  Induk jantan dibedah perutnya kemudian seluruh kantong sperma diambil.

2)  Kantung sperma dipotong dengan gunting yang bersih, kemudian dicampur dengan 100-200 ml larutan garam fisiologis ( larutan NaCL 7%). Kantung sperma tersebut dijepit dengan pinset (atau dengan jari tangan yang bersih), kemudian diremas-remas semoga sel-sel sperma keluar kedalam larutan NaCl tersebut. Tidak ada ketentuan khusus perihal banyaknya larutan garam fisiologis yang digunakan untuk mencampur sperma. Namun, umumnya setengah gelas (100 ml) cukup untuk kantung sperma dari seekor lele jantan. Hal yang perlu diketahui bahwa manfaat larutan garam 7% yaitu 1) untuk mengencerkan sperma semoga telur yang akan terbuahi semakin banyak dan 2) untuk memperpanjang umur sperma sehabis keluar dari kantung sperma. Jika didalam air tanpa garam NaCl, sperma lele hanya tahan hidup sekitar 3 menit, sedangkan didalam larutan garam tersebut, sanggup hidup hingga 60 menit.


c)  Cara melaksanakan pembuahan

Setelah telur dan sperma berhasil dikeluarkan, segera dilakukan pembuahan buatan. Caranya yaitu sebagai berikut :

1)  Telur ditampung dalam baskom. Sperma didalam cawan tadi dituangkan kedalam telur kemudian diaduk memakai bulu ayam yang sudah dicuci higienis dan dikeringkan sebelumnya.

2)  Campurkan telur dan sperma tersebut kemudian diaduk selama 2-3 detik, kemudian dituangi air higienis (air sumur atau air dari mata air) sebanyak 1-2 liter, penuangan air dilakukan secara perlahan-lahan sambil terus diaduk selama 2 menit. Menurut pengalaman, ketika ini semua telur telah terbuahi oleh sperma.

3)  Telur dicuci atau dibilas dengan air higienis lebih banyak lagi semoga sperma yang tersisa sanggup terbuang sebab sperma yaitu protein yang gampang membusuk yang sanggup berakibat jelek bagi telur.

4)  Selanjutnya, telur yang telah terbuahi itu ditebarkan dalam suatu tempat penetasan yang berbentuk nampan dari kain kelambu atau dari kain jaring yang diapungkan didalam kolam berisi air higienis dengan pedoman air jernih perlahan-lahan.

5)  Telur akan menetas dalam waktu 36-40 jam pada suhu air 26-28oC. telur yang tidak terbuahi akan mati dan warnanya menjelma putih dan alhasil ditumbuhi jamur. Oleh sebab itu, telur yang telah berwarna putih harus segera dibuang.


H.  Pendederan

1.   Pendederan pertama (P I)

Pemeliharaan benih dari tingkat larva hingga ke tingkat benih ukuran 1 cm – 3 cm.

2.   Pendederan kedua (P II)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 1 cm – 3 cm hingga ke tingkat benih ukuran 3 cm – 5 cm.

3.   Pendederan ketiga (P III)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 3 cm – 5 cm hingga ke tingkat benih ukuran 5 cm – 8 cm.

4.   Pendederan keempat (P IV)

Pemeliharaan benih dari tingkat ukuran 5 cm-8 cm hingga ke tingkat benih ukuran 8 cm-12 cm.


Sumber: Mulyanto, Effi A. Thaib. 2011. Budidaya Ikan Lele. Pusat Penyuluhan KP, Jakarta





Popular posts from this blog

Budidaya Udang Galah

A. PENDAHULUAN   Udang galah ( Macrobrachium rosendergii, de Man) atau juga dikenal dengan Giant Tiger Prawn termasuk golongan krustase dari famili Palaemonidae, merupakan jenis yang terbesar ukurannya dibandingkan udang-udang air tawar lainnya. Udang yang diklaim merupakan udang orisinil oleh India dan Indonesia ini merupakan salah satu jenis udang yang semakin terkenal alasannya rasanya yang lezat, ukurannya cukup besar, dan gampang dibudidayakan. Menu dari udang ini umumnya dalam bentuk utuh (komplit dengan kepala atau head-on ); berbeda dengan jenis udang lain yang sering disajikan dalam bentuk tanpa kepala ( headless ). Mengapa demikian, bukan tanpa alasan; rupanya pada penggalan kepala itulah ada kandungan steroid, yang bermanfaat meningkatkna kebugaran tubuh kita. Kepopuleran di negeri kita diawali dengan dibukanya rumah makan khusus udang galah oleh Mang Engking di Sleman, Yogyakarta, di lahan budidaya udangnya. Dimulainya perjuangan rumah makan khusus udang galah itu

Ikan Air Tawar

Budidaya Ikan - Ikan Air Tawar - Ikan air tawar ialah jenis ikan yang menjalani sebagian atau seluruh siklus hidupnya di habitat air tawar . Habitat air tawar yang banyak didiami oleh ikan-ikan air tawar ialah sungai, danau, lebak, lebung, dan rawa-rawa atau habitat lainnya yang digolongkan perairan tawar dengan kadar garam di bawah 0,5ppt. Berdasarkan sifat fisika kimianya, habitat air tawar mempunyai perbedaan dengan habitat perairan lau t, terutama dalam hal kadar garam (salinitas). Ikan air tawar beradaptasi secara fisiologis terhadap perbedaan tekanan osmosis badan dan perairan tawar dengan mengatur keseimbangan konsentrasi elektrolit di dalam tubuhnya. Sebagaimana diketahui bahwa kurang lebih 41% spesies ikan ialah ikan air tawar . Hal ini dikarenakan spesiasi (proses evolusi dimana spesies biologis gres muncul) ikan air tawar yang cepat yang mengakibatkan perairan tawar yang terpencar-pencar menjadi habitat yang sanggup didiami. Dalam beberapa aspek fisiologis ikan ai

Kapal Cumi Indonesia

KAPAL CUMI INDONESIA - Kapal sebagai sarana penangkapan ikan di desain sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan sasaran tangkapan yang sesuia. Seperti halnya kapal cumi maka pembuatannya harus di sesuaikan dengan bagaimana teladan pengoperasian alat tangkap cumi. KAPAL CUMI INDONESIA gambar kapal cumi Alat Tangkap Cumi Untuk menangkap cumi Menggunakan Pancing dan Teknologi yang paling modern dalam menangkap cumi dengan Jigling. Pancing cumi-cumi аdаlаh pancing уаng memiliki bentuk atau kontruksi уаng khusus уаng berlainan dеngаn bentuk-bentuk pancing lainnya. Bentuk pancing cumi-cumi іnі menyerupai cakar keliling dan bertingkat-tingkat.  Pada bab аtаѕ pancing dan dеmіkіаn јugа dі bab bawahnya dі beri lubang (mata) уаng gunanya untuk mengikatkan tali pancing. Pancing cumi-cumi іnі diikat secara berantai dalam satu utas tali уаng dі hubungkan mеlаluі lubang bab аtаѕ dan bаwаh pancing. Makara tіdаk membuat cabang-cabang menyerupai pada pancing tangan.  Dеngаn dеmіkіаn