Skip to main content

Teknologi Pengendalian Gulma Air Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Di Perairan Umum Daratan


TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI
Tujuan dari penerapan teknologi pengendalian gulma air ecenggondok ialah untuk mengendalikan pertumbuhan ecenggondok di perairan sehingga keberadaannya tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sumber daya ikan dan perairan. Teknologi pengendalian gulma air ecenggondok ini sangat bermanfaat untuk memulihkan fungsi ekologis perairan dan sekaligus mempunyai kegunaan sebagai teknologi pemanfaatan ecenggondok sebagai sumber makanan ikan (bisa seluruh pohon atau daunnya saja. Bila daunnya saja (10 % dari pohon) maka batangnya (50 % pecahan pohon) sanggup dipakai untuk kerajinan kreatif dengan catatan panjang minimum 60 Cm dan perlu adanya training serta akarnya (40 % pecahan pohon) sebagai materi baku kompos atau biogas, memerlukan sarana dan teknologi yang harus dimiliki. Teknologi ini sanggup diterapkan secara efektif di perairan umum daratan terutama di perairan danau dan waduk yang sudah digolongkan perairan kritis sebagai akhir cemaran gulma air sehingga kelestarian lingkungan perairan terjamin


PENGERTIAN/ISTILAH/DEFINISI
Gulma air ialah tumbuhan air yang keberadaannya di perairan secara ekologi merugikan karena
pertumbuhannya melebihi keuntungannya sehingga keberadaannya tidak diinginkan.
Ecenggondok, Eichhornia crassipes ialah tumbuhan air mengapung yang keberadaannya di perairan umum daratan merupakan salah satu gulma penting.
Perairan umum daratan ialah perairan yang dihitung dari garis pantai surut terrendah hingga daratan, baik berupa sungai, danau, waduk, rawa dan perairan genangan lainnya.
Danau kritis ialah danau yang sudah mengalami perubahan ekologis yang cenderung mengakibatkan gangguan kelestarian atau keberadaannya dan hal itu sanggup diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain : gulma air, pendangkalan, dan pencemaran.

RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS/PERSYARATAN TEKNIS YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN:
1.
Persaratan Teknis Penerapan Teknologi Pengendalian Gulma Ecenggondok meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Pengendalian ecenggondok dilakukan di perairan danau atau waduk dengan kepadatan gulma ecenggondok yang tinggi (10 kg/m2)
b. Jenis teknologi pengendalian ecenggondok yang diterapkan ialah kombinasi antara  pengendalian secara fisik dan biologis
c. Pengendalian dilakukan secara fisik dan biologis yaitu dengan cara memanen ecenggondok yang lalu daunnya dipakai sebagai makanan ikan herbivor (misal : ikan koan, Ctenoparyngodon idella) yang dipelihara dalam keramba jaring apung dan batangnya (petiol) sanggup dipakai sebagai materi kerajinan tangan (industri kreatif) serta akarnya untuk materi kompos atau biogas
d. Benih ikan koan yang siap untuk mengkonsumsi daun ecenggondok berukuran panjang > 15 cm dan berat > 20 gram
e. Wadah pemeliharaan ikan koan yang berupa karamba jaring apung/tancap ukuran minimal 2x2x2 m.
2.
Uraian lengkap dan detail SOP, mencakup:
a   Identifikasi luasan perairan yang ditutupi ecenggondok untuk menghitung potensi ecenggondok yang berupa daun sebagai sumber pakan ikan koan, petiol sebagai materi baku kerajinan tangan dan akar sebagai materi baku kompos atau biogas
b   Gulma air ecenggondok di perairan harus dilokalisir biar tidak bergerak kesana kemari tetapi terpusat di suatu lokasi
c   Pengadaan benih ikan koan ukuran panjang 15 cm dan berat 20 gram.
d   Pengadaan sarana pemeliharaan ikan koan yang berupa kantong jaring, rakit karamba, dan perlengkapannya dengan ukuran minimal karamba 2x2x2 m.
e   Ikan koan dipelihara dengan kepadatan 100-200 ekor/karamba dan diberi makanan daun ecenggondok sebanyak 4-7% dari berat ikan yang dipelihara.
f    Pemberian makan daun ecenggondok dilakukan satu kali sehari Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan hingga aplikasi.

KEUNGGULAN TEKNOLOGI :
1.   Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini ialah teknologi modifikasi yang merupakan kombinasi dari teknologi pengendalian secara fisik dan biologis dengan memakai ikan koan.
2.   Teknologi pengendalian gulma ecenggondok ini layak untuk dikembangkan di perairan danau atau waduk yang terkontaminasi ecenggondok. Teknologi pengendalian secara terpadu ini telah bisa mengubah gulma ecenggondok menjadi biomasa ikan, materi baku industri kerajinan/kreatif dan sumber biogas untuk keperluan rumah tangga. Namun pada teknologi ini, pengutamaan utama ialah dalam mengkonversi biomasa daun ecenggondok menjadi biomasa ikan sehingga menjadi produk yang bernilai ekonomi baik untuk keperluan konsumsi masyarakat maupun sekaligus meningkatkan pendapatan pembudidaya serta pelestarian lingkungan perairan. Pemanfaatan daun ecenggondok pada budidaya ikan koan mempunyai keunggulan tersendiri kalau dibandingkan dengan pengendalian biologis dengan cara menebarkan ikan koan secara eksklusif di perairan. Jika ikan koan ditebar eksklusif di perairan, maka pada tahap awal ikan koan akan makan tumbuhan air yang disukai terlebih dahulu menyerupai ganggang (Hydrilla spp, Ceratophylum sp, dsb) sehingga tumbuhan air tersebut habis dan lalu gres beralih ke akar ecenggondok dan terakhir ke daun ecenggondok sehabis ecenggondok mati. Padahal keberadaan tumbuhan air ganggang sangat dibutuhkan untuk penempelan telur dan derma benih ikan orisinil di perairan. Kasus penebaran ikan koan yang eksklusif dilepas ke perairan danau untuk mengendalikan ecenggondok ini telah berhasil dilakukan di Danau Kerinci namun kesannya berdampak negatif terhadap penurunan populasi ikan orisinil menyerupai ikan semah (Tor duorenensis) yang sangat ekonomis.
3.   Teknologi pengendalian gulma ecenggondok secara fisik dan biologis merupakan teknologi sederhana sehingga gampang diterapkan oleh masyarakat sekitar perairan yang terkontaminasi gulma ecenggondok. Hasil analisis proksimat ecenggondok mengandung protein (Akar=17,7%, Batang= 4,86% dan Daun= 19,83%) (Krismono, 2007), sehingga memenuhi syarat untuk pakan ikan. Secara hemat menguntungkan alasannya ialah komponen pakan yang antara 60-70% dari biaya produksi pada budidaya ikan dalam KJA dengan gampang didapat tanpa mengeluarkan biaya untuk membelinya. Disamping itu, biomassa daun ecenggondok akan dikonversi menjadi biomassa ikan yang ekonomis. Penerapan teknologi pengendalian ini secara terpadu sanggup diterapkan di masyarakat dengan membuat acara industri kerajinan untuk memanfaatkan batang/petiol ecenggondok dan materi bakar gas atau kompos untuk pupuk dengan memanfaatkan akar ecenggondok sehingga ecenggondok yang berupa gulma menjadi materi baku yang bernilai ekonomis. Hal ini telah dilakukan di waduk Rawapening dan di danau Limboto. Dalam pengembangan budidaya ikan koan perlu dikembangkan kelembagaan pembenihannya sehingga pasok benih ikan koan sanggup terjamin.
Teknologi pengendalian ecenggondok secara fisik dengan cara mengangkatnya ke luar perairan yang selama ini sering dilakukan di beberapa perairan akan membutuhkan biaya yang tinggi dan hanya sesaat alasannya ialah tidak ada produk yang secara berkelanjutan dihasilkan dan bernilai ekonomis.
4.   Teknologi pengendalian gulma yang diterapkan merupakan teknologi yang ramah lingkungan dan akan berdampak konkret terhadap kelestarian lingkungan perairan.
5.   Kebaharuan teknologi ini sanggup memilih waktu pengendalian gulma air yang ada menurut jumlah/ukuran ikan yang dibudidayakan dan ramah lingkungan.
6.   Indikator keberhasilan sanggup dihitung bila ada 1.000 petak Keramba jaring apung ikan koan dengan pakan eceng gondok dalam satu periode pemeliharaan mengurangi sekitar 120 ha luas tutupan eceng gondok. Bila pemanfaatan eceng gondok dipakai juga untuk kerajinan dan biogas, sehingga yang dipakai untuk pakan hanya daunnya berarti 10 % pecahan dari seluruh pohon, maka dengan jumlah KJA 1.000 petak sanggup mengurangi 1.200 ha.

KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
1.   Dampak negatif yang mungkin timbul dari budidaya ikan koan dalam KJA dengan pakan berupa daun ecenggondok ialah sangat ringan (kecil) yaitu berupa penyuburan perairan dari sisa kotoran dan eksresi ikan koan.
2.   Ikan koan (Ctenoparyngodon idella) ialah jenis ikan invasif bila terlepas ke perairan umum daratan.

KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA
KJA 2x2x2 m , padat tebar 200 ekor (20gr/ekor) dalam 90 hari menjadi (mortalitas 20% x 200 ekor) 160 ekor 500gr/ekor dengan pakan encenggondok. Biaya produksi untuk KJA Rp. 200.000,-/unit dan benih 200 ekor @ Rp. 300,- = Rp. 600.000,- Jumlah modal/unit = Rp. 800.000,-. Hasil panen 160 ekor x 500gr = 80kg @ Rp. 25.000,- = Rp. 2.000.000,-.
Keuntungan per unit = Rp. 2.000.000,- - Rp. 800.000,- = Rp. 1.200.000,-. Bila satu rumah tangga pembudidaya mempunyai 6 unit maka penghasilan = Rp. 7.200.000,- per 3 bulan = Rp. 2.400.000,-per bulan.

FOTO DAN SPESIFIKASI






Waktu yang dibutuhkan untuk pengendalian eceng gondok di danau/waduk sanggup dirumuskan sebagai berikut:

T  : Waktu yang dibutuhkan untuk pengendalian eceng gondok (hari)
L  : Luas area tutupan eceng gondok (m2)
Be : Biomassa eceng gondok (kg/m2)
Ke : Rasio eceng gondok yang sanggup dimakan ikan koan
Ge : Laju pertumbuhan eceng gondok (g/hari)
N  : Jumlah ikan yang tebar ikan koan (ekor)
Ki  : Jumlah ikan dalam kurungan (ekor)
Gz : Laju perambanan ikan koan terhadap eceng gondok (g/hari)
Gi : Laju pertumbuhan ikan koan (g/hari)
Sumber:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan. 2014. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2014. Sekretariat Balitbang KP, Jakarta.

Popular posts from this blog

Pengemasan Produk Perikanan

PENGERTIAN Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap materi pangan, supaya materi pangan baik yang belum maupun yang telah mengalami pengolahan, sanggup hingga ke tangan konsumen dengan “selamat” (secara kuantitas & kualitas). DASAR HUKUM PENGEMASAN PRODUK HASIL PERIKANAN 1.       UU No. 7 Tahun 1996 wacana Pangan 2.       UU No. 8 Tahun 1999 wacana Perlindungan Konsumen 3.       UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang: Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan 4.       UU RI No. 15 Tahun 2001 wacana Merk 5.       UU No. 14 Tahun 2001 wacana Paten 6.       Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 wacana Pelabelan dan Iklan Pangan 7.       Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.   KEP.01/M...

Strategi Persidatan, Analisa Dan Harga Sidat (Unagi) Di Jepang

Strategi Persidatan, Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang Menelaah kondisi dan taktik persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem akal daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan taktik yang saya perhitungkan. Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, ihwal larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2 009. Ukuran dan benih sidat yang dihentikan adalah: Benih ialah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Benih sidat ialah sidat kecil dengan ukuran panjang hingga 35 cm dan/atau berat hingga 100 gram per ekor dan/atau berdiameter hingga 2,5 cm. Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri hingga ukuran (100...

Jenis Dan Ukuran Tongkang Kerikil Bara

JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA - Perlu di ketahui salah satu jenis Tongkang ialah tongkang untuk memuat batubara. Dan Pada Perkembangannya Tongkang batubara mempunyai Ukuran dan jenis yang berlainan. Baca Juga ; - Mengenal Tongkang - Kapal Tugboat - Kapal Tugboat Sungai JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA kapal tugboat dan tongkang Ada bеbеrара jenis tongkang (barge) kerikil bara, tergantung dаrі ukuran dan daya muat masing-masing tongkang,  Baca Juga ; -  Mengenal Bagian Kamar Mesin Kapal -  Dinamika Kapal -  Tank Cleaning Pada Kapal -  Fin Stabilizer -  MT KNOCK NEVIS DAN SEJARAHNYA jenis tersebut antara lain ; - уаng berukuran 180 feet dараt memuat kurаng lebih 5.000 ton kerikil bara, dan  - уаng berukuran 270 feet (feet jumbo) dараt memuat 8.000 ton kerikil bara, ѕеdаngkаn - уаng berukuran 300 feet ѕаmраі 330 feet dараt memuat 10.000 ton ѕаmраі 12.000 ton kerikil bara. Tong...