Jurnal : Penggunaan Bungkil Inti Sawit Yang Difermentasikan Oleh Jamur Pelapuk Putih (Phanerochaete Chrysosporium) Dalm Pakan Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Dan Daya Cerna Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)
Jurnal Penelitian Perikanan - Penggunaan Bungkil Inti Sawit yang Difermentasikan oleh Jamur Pelapuk Putih (Phanerochaete chrysosporium) dalm Pakan dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) - ABSTRAK : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknologi fermentasi terhadap kualitas bungkil inti sawit dan untuk melihat pengaruhnya dalam pakan terhadap pertumbuhan dan daya cerna ikan mas (Cyprinus carpio L.). Penelitian ini dibagi dalam dua tahap. Tahap I bertujuan untuk melihat imbas meningkatkan secara optimal jumlah inokulum dan waktu inkubasi pada fermentasi padat memakai jamur Phanerochaete chrysosporium.
Parameter yang diukur mencakup analisis proksimat pada BIS sebelum dan setelah fermentasi, lignin, dan glukosa. Rancangan percobaan yang dipakai yaitu rancangan acak lengkap (RAL) faktorial contoh 3 x 3 dengan tiga kali duplikasi. Pada penelitian tahap II diujikan 5 jenis pakan perlakuan dengan konsentrasi bungkil inti sawit fermentasi (BISF) berbeda, yaitu pakan A (0% BISF dan 100% tepung ikan), pakan B (5% BISF dan 95% tepung ikan), pakan C (10% BISF dan 90% tepung ikan), pakan D (15% BISF dan 85% tepung ikan), dan pakan E (20% BISF dan 80% tepung ikan) dan sebagai kontrol (pakan K) dipakai pakan komersial. Pengujian dilakukan terhadap benih ikan mas umur 8 ahad dengan berat awal rata-rata 14,78±0,41 g. Kepadatan tebar benih sebanyak 5 individu/akuarium dengan taktik pinjaman pakan dilakukan dua kali sehari sebanyak 5% dari berat tubuh ikan selama 21 hari periode kultur. Parameter yang diukur mencakup berat badan, lajupertumbuhan,efisiensi pakan, efisiensi daya cerna, kesintasan, dan kualitas air (DO, suhu, pH, dan amonium.
Dari hasil penelitian tahap I, proses fermentasi diketahui sanggup meningkatkan kandungan nutrisi BIS. Hasil terbaik ditemukan pada perlakuan takaran inokulum 5% dengan waktu inkubasi 14 hari, yaitu sebagai berikut: protein meningkat dari 12,49±0,69% menjadi 31,75±0,79%, lemak menurun dari 16,53±1,50 % menjadi 6,37±1,47%, karbohidrat menurun dari 36,26±1,08% menjadi 29,81±1,04%, kadar bubuk meningkat dari 4,18±0,14% menjadi 5,39±0,39%, serat garang menurun dari 25,93±1,56% menjadi 13,37±0,39% dan kadar lignin menurun dari 165,58 ± 6,44mgL-1 menjadi 109,04±4,92mgL-1.
Dari penelitian tahap kedua diperoleh pakan perlakuan yang memperlihatkan penampilan terbaik pada ikan mas yaitu pakan D dengan hasil sebagai berikut: berat tubuh pada hari ke-21sebesar 19,03±1,36g, laju pertumbuhan sebesar 0,0131ghari-1, efisiensi pakan sebesar 21,42±0,17%, efisiensi daya cerna sebesar 86,81%, dan nilai kesintasan sebesar 73,33±23,09%. Secara statistik, semua parameter yang diukur pada pakan D masih lebih baik dari pada pakan perlakuan yang lain. Parameter kualitas air yang diukur masih berada dalam kisaran nilai yang disarankan untuk budidaya ikan mas.
Hasil analisis ekonomi dalam pembuatan pakan menggunakan tepung BIS fermentasi sebanyak 15% tepung ikan sebesar 15% memperlihatkan nilai yang menguntungkan (R/C = 1,19). Sehingga biaya pengeluaran pakan untuk periode produksi 1 tahun sanggup dikurangi sebesar Rp. 1.845.225,- Hal ini sanggup disimpulkan bahwa fermentasi padat dapat meningkatkan nilai nutrisi BIS. Dan selanjutnya penggunaan 15% BIS fermentasi untuk mensubstitusi tepung ikan dalam pakan berpotensi untuk dipakai dalam budidaya ikan mas.
Parameter yang diukur mencakup analisis proksimat pada BIS sebelum dan setelah fermentasi, lignin, dan glukosa. Rancangan percobaan yang dipakai yaitu rancangan acak lengkap (RAL) faktorial contoh 3 x 3 dengan tiga kali duplikasi. Pada penelitian tahap II diujikan 5 jenis pakan perlakuan dengan konsentrasi bungkil inti sawit fermentasi (BISF) berbeda, yaitu pakan A (0% BISF dan 100% tepung ikan), pakan B (5% BISF dan 95% tepung ikan), pakan C (10% BISF dan 90% tepung ikan), pakan D (15% BISF dan 85% tepung ikan), dan pakan E (20% BISF dan 80% tepung ikan) dan sebagai kontrol (pakan K) dipakai pakan komersial. Pengujian dilakukan terhadap benih ikan mas umur 8 ahad dengan berat awal rata-rata 14,78±0,41 g. Kepadatan tebar benih sebanyak 5 individu/akuarium dengan taktik pinjaman pakan dilakukan dua kali sehari sebanyak 5% dari berat tubuh ikan selama 21 hari periode kultur. Parameter yang diukur mencakup berat badan, lajupertumbuhan,efisiensi pakan, efisiensi daya cerna, kesintasan, dan kualitas air (DO, suhu, pH, dan amonium.
Dari hasil penelitian tahap I, proses fermentasi diketahui sanggup meningkatkan kandungan nutrisi BIS. Hasil terbaik ditemukan pada perlakuan takaran inokulum 5% dengan waktu inkubasi 14 hari, yaitu sebagai berikut: protein meningkat dari 12,49±0,69% menjadi 31,75±0,79%, lemak menurun dari 16,53±1,50 % menjadi 6,37±1,47%, karbohidrat menurun dari 36,26±1,08% menjadi 29,81±1,04%, kadar bubuk meningkat dari 4,18±0,14% menjadi 5,39±0,39%, serat garang menurun dari 25,93±1,56% menjadi 13,37±0,39% dan kadar lignin menurun dari 165,58 ± 6,44mgL-1 menjadi 109,04±4,92mgL-1.
Dari penelitian tahap kedua diperoleh pakan perlakuan yang memperlihatkan penampilan terbaik pada ikan mas yaitu pakan D dengan hasil sebagai berikut: berat tubuh pada hari ke-21sebesar 19,03±1,36g, laju pertumbuhan sebesar 0,0131ghari-1, efisiensi pakan sebesar 21,42±0,17%, efisiensi daya cerna sebesar 86,81%, dan nilai kesintasan sebesar 73,33±23,09%. Secara statistik, semua parameter yang diukur pada pakan D masih lebih baik dari pada pakan perlakuan yang lain. Parameter kualitas air yang diukur masih berada dalam kisaran nilai yang disarankan untuk budidaya ikan mas.
Hasil analisis ekonomi dalam pembuatan pakan menggunakan tepung BIS fermentasi sebanyak 15% tepung ikan sebesar 15% memperlihatkan nilai yang menguntungkan (R/C = 1,19). Sehingga biaya pengeluaran pakan untuk periode produksi 1 tahun sanggup dikurangi sebesar Rp. 1.845.225,- Hal ini sanggup disimpulkan bahwa fermentasi padat dapat meningkatkan nilai nutrisi BIS. Dan selanjutnya penggunaan 15% BIS fermentasi untuk mensubstitusi tepung ikan dalam pakan berpotensi untuk dipakai dalam budidaya ikan mas.
Kata kunci: Phanerochaete chrysosporium, bungkil inti sawit, pakan buatan, Cyprinus carpio, pertumbuhan, efisiensi pakan, daya cerna, kesintasan
teks lengkap >>
Baca juga Abstrak Jurnal Penelitian Perikanan lainnya:
- Kajian Perbandingan Aktiviti Pengoksidan Lipid Secara In-Vitro bagi Ekstrak Mimosa Pigra dan Aplikasi Ekstrak Sebagai Antioksida dalam Pemakanan Tilapia
- Keanekaragaman dan Distribusi Udang Dikaitkan dengan Faktor Fisika dan Kimia Air Muara Sungai Asahan
- Penekanan Mortalitas yang Disebabkan Kanibalisme pada Udang Kali (Macrobrachium lanchesteri de Man) sebagai Model Pengelolaan Budidaya Post Larva Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man)
- Pengaruh Meniran dalam Pakan untuk Mencegah Infeksi Bakteri Aeromonas sp. pada Benih Ikan Mas (C. carpio)
- Pengembangan Industri Tambak Garam Terpadu untuk Produksi Garam dan Artemia Kualitas Super
- Hasil Tangkapan dan Laju Tangkap Unit Perikanan Pukat Tarik, Tugu dan Kelong
- Pengaruh Beberapa Media Terhadap Pertumbuhan Populasi Maggot (Hermetia illucens)
- Aplikasi Teknologi Bioflok pada Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei Boone.)
- Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan Asam Lemak n-6 dan n-3 dan dengan Implantasi Estradiol-17 dan Tiroksin