Skip to main content

Diskus Dan Inang Asuh




Ingat cakra, senjata pamungkas Sri Krisna, penasihat Pandawa? Cakra berbentuk lingkaran mirip cakram. Senjata itu gres digunakan bila musuh yang dihadapi sudah tidak bisa diatasi lagi dan keganasannya telah mengancam kelestarian hidup seluruh isi bumi.
Penggemar ikas hias air tawar juga mengenal sejenis ikan akuarium air tawar yang mempesona. Bentuk tubuhnya lingkaran pipih mirip cakram. Mereka menyebutnya diskus, dan menjulukinya King of Aquarium. Ia satusatunya ikan hias air tawar yang bentuknya lingkaran pipih dengan warna-warni yang menarik.

Penggemarnya tak terbatas kelompok masyarakat tertentu saja, mirip koi contohnya yang khas Jepang, atau maskoki yang khas Cina. Penggemar diskus terdapat di seluruh dunia, baik di daerah Asia, Eropa, dan Amerika. Di Indonesia diskus gres dikenal semenjak 1950-an, tetapi mulai tahun 1990-an marak di masyarakat.
Diskus bukan ikan orisinil Indonesia, alasannya habitat aslinya di sepanjang pedoman Sungai Amazone, Amerika Selatan. Penyebarannya terdapat di Brasil, Peru, dan Columbia. Di negera tersebut diskus dikonsumsi sebagai pangan oleh suku pedalaman, mirip layaknya ikan-ikan sungai lainnya.
Penggemar akuarium mengenal 4 jenis diskus berdasarkan spesies dan subspesiesnya. Yaitu heckel (Symphysodon discus) yang lebih banyak didominasi biru metalik, brown (Symphysodon aequifasciata axel) yang cokelat atau kemerahan, green (Symphysodon aequifasqiata aequifasciata) yang hijau, dan blue (Symphysodon aequifasciata haraldi).
1. Diskus Heckel
Diskus Heckel disebut juga Red Discus, Heckel’s Discus, atau Poumpuador Fish. Ikan ini pertama kali ditemukan di Rio Negro, Brasil. Bentuk mirip cakram atau setengah piringan hitam. Warna dasar tubuh menyerupai susunan garis-garis mendatar berwarna biru dan merah berselang-seling. Keseluruhan tubuh terpotong-potong garis tegak berwarna hitam. Dari 9garis yang ada, 3 di antaranya tampak jelas. Mata merah tua. Panjang total ikan cukup umur 15 cm.

2. Diskus Brown
Diskus ini mempunyai warna dasar tubuh cokelat bau tanah hingga gelap dengan garis vertikal memanjang di seluruh tubuh dan kepala. Garis biru memanjang dari dahi ke punggung hingga mencapai sirip ekor dengan diakhiri merah. Panjang total ikan cukup umur 13 cm. Asalnya dari Belem, muara sungai Amazone.
3. Diskus Green
Diskus ini dibedakan atas dua tipe, yaitu Teffe Green dan Peruvian Green. Teffe Green berasal dari danau Teffe dekat sungai Amazone, Brasil. Warnanya cokelat bau tanah (merah) hingga kuning emas. Sekujur tubuh dihiasi garis-garis hijau memanjang, pinggir sirip merah. Peruvian Green berasal dari Peru. Warna dasar tubuh juga cokelat tua hingga kuning emas, tapi kurang cerah. Sekujur tubuh dihiasi bintik-bintik merah. Pinggir sirip merah. Panjang total ikan cukup umur bisa mencapai 30 cm. Diskus ini paling berpengaruh di antara diskus liar.
4. Diskus Blue
Sekujur tubuh diskus ini ditutupi garis-garis pendek berwarna biru. Sirip dubur dan punggung bertepi merah. Panjang ikan maksimal mencapai 20cm, tetapi ikan berukuran 10cm sudah mulai matang kelamin. Asalnya dari Manuas, Brasil. Dari keempat diskus itu lewat mutasi dan persilangan, dihasilkan banyak sekali ragam strain atau varietas diskus yang mempunyai komposisi warna sangat indah. Klub Discus Indonesia (KDI) dalam Kontes diskus Nasional I di Mal Puri Indah 11 September 1999 di Jakarta Barat membedakan diskus budidaya atas lima kelas berdasarkan strain. Masing-masing ialah Green Blue Form (misal : strain Blue Diamond, Ocean Green, dan Solid Blue), Stripped Form (misal : Cobalt, Red Turquoise, dan Snake Skin), Spotted Form (misal : Red Spotted Green, Leopard Skin, dan Red Spotted Snake Skin), serta Hybrids (misal : Red Marlboro, Pigeon Blood, dan Pigeon Skin).

Ruang tertutup
Budidaya diskus berdasarkan Mohamad Zen, peternak diskus dari Ikorina Discus Breeder, yang terbaik dilakukan dalam ruangan. Kondisi di dalam ruangan atau tempat tertutup sanggup diatur sesuai keperluan. “Soalnya diskus sangat rentan terhadap perubahan lingkungan,” tuturnya memberi alasan.
Mantan karyawan ekspedisi PT Laksana Raya Abadi itu mengelola peternakan diskusnya di ruangan berukuran 2,5m x 4m x 3,5m. Di dalam ruangan itu terdapat dua rak besi bertingkat tiga yang diatur sejajar. Tinggi rak sekitar 2 m. Seluruhnya berisi 30 akuarium berukuran 100cm x 50cm x 40cm. Di lantai terdapat beberapa akuarium kotak berukuran 20cm x 20cm x 35cm untuk penetasan telur, dan beberapa bejana plastik juga untuk penetasan telur.

Rak besi bertingkat, mudah untuk budidaya diskus di ruangan

Masing-masing akuarium digunakan untuk pemijahan, pemeliharaan calon induk, pemeliharaan burayak bersama induknya, dan pembesaran anak lepas sapih. Untuk pembesaran anak umur 2 bulan, akuarium sebesar itu sanggup memuat 60 ekor anak diskus. Untuk pemeliharaan remaja calon induk, akuarium diisi 14 ekor diskus.
Penghembus udara
Masing-masing akuarium dilengkapi aerator. Fungsinya untuk menghembuskan udara di dalam air akuarium. Udara dihembus melalui pipa plastik yang ujungnya terdapat air stone (batu udara). Hembusan udara itu mengakibatkan sirkulasi air di dalam akuarium.
Pada proses aerasi terjadi sirkulasi air di dalam akuarium. Sirkulasi ini mengakibatkan karbon dioksida (CO2) yang larut atau mengendap di dasar air terangkat ke permukaan selanjutnya lepas ke udara. Tanpa sirkulasi air, karbon dioksida berkumpul di kepingan bawah akuarium. Karbon dioksida merupakan gas yang berat. Gas itu bila mengendap dalam kadar yang banyak merupakan racun bagi ikan. Diskus yang tergolong ikan dasar bisa menjadi korban. Adanya sirkulasi air selain mengurangi kadar CO2 di dalam air, juga akan menambah kadar oksigen (O2). Kadar oksigen yang melimpah dalam air sangat bermanfaat bagi kesehatan dan pernafasan ikan. Kandungan oksigen 2 ppm di dalam air cukup mendukung kehidupan ikan, asalkan kandungan karbon dioksida di bawah 12 ppm. Kalau kandungan karbondiosida bebas dalam air mencapai 25 ppm, kadar oksigen tak bolah kurang dari 5 ppm.
Sarana akuarium
Semua akuarium membutuhkan sarana untuk menambah kesempurnaan dan kesehatan akuariun. Sarana dan perlengkapan yang diharapkan ialah lampu, heater, scrafer, jaring, dan siphon.
1. Lampu
Akuarium di dalam ruangan membutuhkan penerangan lampu. Jumlah lampu yang diharapkan tergantung beberapa faktor antara lain gelap terangnya ruangan, volume air dalam akuarium, dan kedalaman air akuarium. Lampu yang digunakan bisa memakai lampu neon daylights atau lampu flourescent. Fungsi lampu menggantikansinar matahari.

Filter, semoga kualitas air prima

Adanya Lampu diharapkan untuk penerang
ketika diskus dirawat

Di ruang breeding, Zen memakai lampu 10 watt sebagai penerang seluruh ruangan ber-ukuran 2,5m x 4m pada malam hari. Lampu dinyalakan ketika malam hingga pagi hari. Siang hari lampu dimatikan. “Diskus menyukai suasana remangremang ketika berpijah,” kata Zen. Soalnya diskus termasuk ikan dasar.
Tiap dua akuar ium dipasang neon bertabung panjang 10 wat t . Neon dipasang di kepingan luar sisi atas akuarium. Fungsinya sebagai penerang ketika diperlukan, terutama ketika memberi pakan, membersihkan kotoran, menyidik dan merawat kesehatan ikan, mengecek dan menjaga kebersihan air.
2. Heater
Heater merupakan alat pemanas yang sanggup mengatur temperatur air semoga tetap pada derajat suhu yang dikehendaki. Dengan adanya thermostatic controle pada alat tersebut suhu air akuarium sanggup diketahui dengan pasti. Alat ini digunakan oleh peternak dan hobiis diskus yang meletakkan akuariumnya di luar ruangan mirip di emperan rumah atau di ruangan yang luas dan agak terbuka. Di tempat ini kondisi cuaca atau suhu lingkungan sering kali berfluktuasi drastis. Suhu siang dan malam hari sering berbeda jauh.
Di ruangan yang suhu sehari-hari relatif stabil, alat ini juga diperlukan, terutama ketika ekspresi dominan pancaroba. Pada ketika cuaca buruk, terjadi banyak angin dan hujan, suhu udara turun naik tak menentu. Pemanas di dalam akuarium sanggup membantu suhu air akuarium stabil sesuai kebutuhan hidup ikan.
3. Jaring, scraper, dan siphon
Ada dua macam jaring yang digunakan peternak dan pemelihara diskus. Jaring yang kainnya berlubang-lubang besar dan yang lembut. Yang berlubang-lubang besar digunakan untuk menangkap ikan; lembut, untuk mengambil kotoran–kotoran yang terapung di permukaan air. Jaring lembut juga digunakan untuk menyaring dan mencuci pakan hidup mirip cacing sutera, cacing merah atau cuk sebelum diberikan untuk ikan.
Scraper adalah alat sapu untuk membersihkan beling akuarium dari lumut yang melekat. Bahannya busa yang diberi tangkai dari kayu. Siphon berupa alat penyedot yang digerakkan oleh baterai atau listrik. Gunanya untuk menyedot tinja ikan dan sisa makanan yang terletak di dasar akuarium. Kotoran itu bila tak diambil secepatnya akan membusuk.
Masing-masing alat tersedia satu untuk setiap akuarium. Jangan hingga alat dalam akuarium satu terpakai untuk akuarium lain. Ketika membersihkan kotoran, jangan hingga tangan masuk ke dalam air, alasannya dikhawatirkan bisa menularkan penyakit. Ini untuk mencegah penyakit dari akuarium satu berpindah keakuarium lain.
Dasar akuarium harus higienis semoga kotoran dan sisa pakan tidak busuk

Mutu air sangat vital
Volume dan mutu air sangat vital dalam budidaya diskus. “Kita harus sesuaikan dengan kebutuhan dan persyaratan hidupnya,” kata Mohamad Zen. Untuk itu lokasi dengan sumber air yang sesuai untuk kehidupan ikan sangat diutamakan. Air bisa berasal dari sumur atau PAM. Namun, kedua macam air itu memerlukan perlakuan terlebih dulu sebelum digunakan untuk memelihara ikan. Perlakuan paling penting sehabis ditampung dalam bak, air harus diendapkan dan diberi aerator selama 48 jam. Air sumur diperoleh dari tanah. Air semacam ini biasanya banyak mangandung karbon dioksida dan mineral, sehingga tak manis untuk kehidupan ikan bila eksklusif digunakan. Air ledeng mengandung senyawa khlor yang beracun bagi ikan.
Perlakuan pengendapan dan aerasi berfungsi memisahkan mineral, memecah dan mengeluarkan karbon dioksida, serta menguapkan kandungan khlor. Selain itu juga berfungsi mematikan jasad renik mirip protozoa penyebab penyakit white spot. Dua hari tak mendapat ikan sebagai inang, protozoa mati kelaparan.
Diskus termasuk ikan yang sensitif terhadap perubahan kualitas air. Suhu yang layak untuk hidup diskus berkisar antara 280C – 300C, terutama untuk burayak hingga ikan berumur 8 bulan. Perubahan suhu bisa terjadi akhir perubahan cuaca, musim, atau ketika pergantian air. Perubahan suhu secara mendadak bisa mengakibatkan stres
sehingga ikan kehilangan nafsu makan.
Mutu air juga ditentukan oleh kandungan amonia (NH3), nitrat (NO2), dan asam sulfat/asam welirang (H2S) yang terkandung di dalamnya. Toleransi ikan terhadap amonia 0,1 ppm, nitrat 0,5 ppm, dan asam sulfat 0,1 ppm. Lebih tinggi dari itu, bisa meracuni ikan. Zat beracun itu timbul alasannya pengendapan sisa pakan dan kotoran yang tidak dibersihkan.
Kandungan asam sulfiat erat kaitannya dengan fluktuasi pH air. Kalau pH air turun sehingga menjadi asam berarti kandungan asam sulfida meningkat. Kalau pH air tinggi sehingga menjadi basa berarti kandungan asam sulfida menurun. Kemasaman atau pH air tak begitu penting bagi burayak dan pembesaran diskus. Semakin tinggi pH semakin baik untuk pembesaran. Air ber-pH 7,0 atau lebih, bahkan ber-pH 8,0 – 8,5 pun tak jadi duduk kasus untuk pembesaran diskus, warnanya kurang cerah.
Untuk diskus kemasaman air perlu diatur semoga sesuai untuk masingmasing strain. Kemasaman air ber-pH antara 6,0 – 6,5 sesuai untuk diskus strain crossing. Untuk strain alami (wild) diharapkan pH 5,0 – 5,5. Untuk penetasan telur ber-pH 5,0. Kalau airnya normal ber-pH 7,0, induk diskus kehilangan naluri mengasuh anak. Kalau kesadahan air ber-pH 7,7 – 8,0, diskus malas bertelur
Pakan alami dan buatan
“Kesalahan utama yang sering diperbuat pemula sering memberi pakan ikannya terlalu banyak,” kata Mohamad Zen. Ini alasannya ikannya sangat aktif berebut makanan dan terlihat menyenangkan. Perlakuan itu salah dan bisa berakibat fatal. Ikan yang makan terlalu banyak sering mati. Pakan mengeras tidak tercerna, sehingga menyumbat susukan pencernaan.
Jumlah pakan yang sanggup dihabiskan ikan dalam waktu 10 menit ialah jumlah terbaik. Sisa pakan yang mengendap maupun terapung segera dibersihkan. Pakan yang dibiarkan tertinggal bisa busuk, dan kesannya menurunkan mutu lingkungan air. Perubahan itu merugikan kesehatan ikan. Zen memakai pakan alami untuk merawat diskusnya. Untuk diskus lepas sapih sanggup memakai nauplii (tetasan kista) artemia atau daphnia (kutu air) telah disaring. Diskus umur sebulan hingga ikan muda berukuran 3 in sangat menyukai cacing sutera (tubifex worm) atau cacing merah (blood worm). Selanjutnya hingga cukup umur dan aktif bertelur diberi cuk alias jentik-jentik nyamuk (mosquito larvae).
Kuning telur di perut cadangan pangan

Volume dan mutu air sangat vital

Kelemahan pakan alami, sisanya akan membusuk dalam waktu beberapa jam. Sebaiknya pakan alami diberikan bertahap sehingga eksklusif dimakan. Pakan habis pada ketika itu juga. Yang paling efisien ialah pakan buatan. Keuntungannya, penggunaan pakan sangat hemat, tidak perlu mencari atau membeli setiap hari, tidak membawa bibit penyakit. Kondisi pakan bersih, kering, sehat. Nutrisi protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral, lengkap dengan perbandingan yang tepat .
Pakan buatan yang banyak digunakan penggemar diskus di Indonesia ialah Tetra Bit, produksi Jerman. Pakan lain juga tersedia di pasar mirip Tetramin, Suntamin, Trofimin, Biorell, Vitakraft. Ukuran pakan bisa dipilih sesuai umur dan besarnya verbal ikan.
Calon induk
Calon induk sebaiknya dipelihara mulai dari kecil. Selain pembelian bibit lebih murah, selama pembesaran calon peternak bisa lebih erat dengan ikannya. Selama perawatan dan pertolongan pakan, akan saling kenal. Karena sudah kenal, diskus tak lagi takut didekati mendapat perlakuan perawatan.
Untuk mendapat pasangan yang baik, sanggup dimulai dengan memelihara diskus muda berukuran 5cm—8 cm dalam satu akuarium pembesaran. Akuarium berukuran 100cm x 50cm x 40cm sanggup diisi 24 — 28 ekor. Setelah ikan berukuran 10cm–15cm sanggup diisi 12 – 14 ekor. Calon induk diberi pakan jentik-jentik nyamuk dan cacing merah setiap pagi dan sore semoga cepat besar.
Beberapa bulan kemudian ikan sudah tumbuh besar. Jenis kelamin diskus sulit dibedakan. Biasanya yang jantan lebih cemerlang warnanya dibandingkan betina. Perilakunya lebih gesit.
Dalam satu kelompok diskus dewasa, masing-masing akan menentukan pasangan sendiri yang paling cocok, bila sudah matang kelamin dan siap pijah. Mereka yang berpasangan akan memisahkan diri dari kelompok satu akuarium. Calon induk yang manis mempunyai tubuh berbentuk lingkaran tepat mirip cakram, besar, agak tebal, berwarna mencolok atau cemerlang. Pasangan yang serasi terdiri dari induk betina berusia 1 tahun, dan induk jantan berusia 1,5 tahun.
Pemijahan di akuarium
Pasangan yang sudah akur dipelihara di akuarium pemijahan berukuran 100cm x 50cm x 35cm. Akuarium berisi air setinggi 35 cm. Kalau tinggi air di bawah 30 cm, diskus malas berpijah. Induk yang matang kelamin akan segera berpijah. Pemijahan sebaiknya berlangsung di akuarium sehingga gampang dikontrol. Tempat penempelan
Diskus yang sudah berpasangan siap untuk dipijahkan

telur diletakkan di tengah akuarium berupa botol atau pot bunga dari tanah liat. Tinggi maksimal 30 cm. Benda itu sekadar tempat penempelan telur.  Diskus yang sudah berpasangan terlihat rukun. Mereka terlihat aktif berenang berduaan. Ketika berpijah, diskus betina mengeluarkan telur dan menempelkannya pada permukaan luar botol. Setelah itu pada ketika bersamaan si jantan menyemburkan cairan putih untuk membuahi. Selanjutnya mereka akan menjaga telurnya hingga menetas. Keduanya rajin mengipasi telur dengan sirip-siripnya semoga cukup mendapat oksigen. Telur menetas 3 hari kemudian. Burayak hasil tetasan belum bisa berenang, masih berdiam di dinding botol.
Perawatan burayak dengan induk sendiri
Burayak yang menempel pada dinding botol belum bisa ke mana-mana. Mereka hidup dengan makanan cadangan kuning telur yang terdapat dalam kantung perutnya. Umur 3—4 hari sehabis menetas, burayak mulai berguru berenang. Pada ketika ini makanan cadangan di perut sudah tipis atau telah habis. Burayak yang berenang akan menempel pada kulit tubuh induknya. Pada ketika ini
Botol tanah liat, substrat untuk penempelan telur

sekujur tubuh induk digayuti anak-anaknya sambil mengisap lendir yang keluar dari tubuhnya. Lendir inilah yang menjadi makanan bawah umur diskus sebelum bisa memangsa makanan lain. Burayak yang mengisap lendir menyerupai bayi yang menyusu pada induknya. Kalau ketika ini dipaksa berpisah dari induknya, malah banyak burayak yang mati. Masa menyusu berlangsung selama 15 – 20 hari.
Seminggu sehabis menyusu burayak mulai sanggup dilatih memakan pakan jasad renik hidup. Pakan hidup dipilih yang cocok dengan ukuran mulutnya yang masih kecil. Misalnya nauplii artemia atau dapnia yang telah disaring. Saat ini burayak sudah bisa berenang dan mencari makanan sendiri dengan bebas, tetapi hidupnya belum bisa berpisah dengan induknya.
Semakin besar diskus, pakan hidup yang diharapkan semakin besar pula. Ketika berumur satu bulan, burayak disapih dari induknya. Selanjutnya burayak dideder atau dibesarkan di akuarium lain. Pakan paling disukai cacing sutera atau cacing darah (blood worm).
.
Perawatan burayak dengan inang asuh
Paling cepat induk akan bertelur sebulan sekali. Kalau induk dikhususkan bertelur mirip itik, sebulan sanggup bertelur 5—6 kali. Telur diambil, ditetaskan di akuarium khusus untuk penetasan. Selanjutnya anak dibesarkan dengan inang asuh yang bertugas “menyusui”.
Sistem budidaya dengan inang asuh ini sangat efektif untuk memproduksi benih diskus dari strain-strain yang harganya mahal. Inang asuhnya memakai indukan dari strain diskus yang relatif murah harganya mirip Cobalt dan Heckel. Sistem produksi benih diskus dengan inang asuh ini telah sukses dilakukan Mohamad Zen.

Anak diskus perlu “menyusu”. Penyusuannya bisa diserahkan ke inang asuh
Keuntungan sistem inang asuh, pasangan yang dipijahkan tidak harus pasangan tetap. Pasangan yang dipijahkan sanggup diganti sehabis pemijahan. Makara memudahkan persilangan dengan strain-strain yang dikehendaki. Penjodohannya, eksklusif dengan menaruh dua pasangan yang diinginkan dalam satu akuarium pemijahan begitu saja. Kalau ternyata kurang cocok, salah satu pasangan sanggup diganti dengan strain atau individu lain.
Proses pemijahan sama mirip di atas. Betina mengeluarkan telur, ditempelkan pada permukaan dinding luar botol. Selanjutnya disemprot sperma oleh pasangan jantannya. Jumlah telur tergantung dari kesuburan induk masing-masing individu. Kalau kualitas induk bagus, sekali bertelur bisa menghasilkan 100 – 200 butir. Kadang-kadang bisa mencapai 300—400 butir. Namun, juga ada yang hanya menghasilkan 50—75 butir sekali berpijah.
Induk yang manis bisa bertelur hingga umur 3—4 tahun, tetapi paling produktif pada umur 1—2 tahun. “Kita pakai hanya satu tahun,” kata Zen. Setelah itu induk diapkir, dijual sebagai indukan yang masih produktif. Pengganti tak masalah, alasannya jauh sebelumnya sudah dipersiapkan calon pengganti.
Setelah berpijah, botol yang ditempeli telur diambil. Botol dipindah di akuarium penetasan berukuran 20cm x 20cm x 35cm. Isi akuarium dilengkapi aerasi. Tinggi air diatur semoga seluruh botol yang ditaruh tertutup air. Isi air sekitar 10 liter. Di akuarium penetasan ini keberhasilan tetas rata-rata mencapai 50%—95%. Soalnya, adakala ada telur yang kosong embrio.
Dengan sistem gres ini, Zen sangat rajin mencatat produktivitas masing-masing individu/pasangan induk ikannya. Catatan dilakukan pada selembar kertas yang ditempelkan pada sisi akuarium bersangkutan. Salah satu diskus unggulannya tercatat sebagai berikut.
Catatan: bertelur tanggal 18/7 (Juli), 24/7, 28/7, 2/8 (Agustus), 7/8, 14/8, 18/8, 23/8, 2/9 (September), 8/9, 13/9, 19/9, 30/9, 5/10 (Oktober), 12/10, 19/10, 23/10, 5/11 (November), 12/11, 21/11, dan 9/12 (Desember). “Induk ini produktif sekali,” kata Zen. Namun, produksinya akhir-akhir ini agak jarang. Sebelum November rata-rata tiap 5 hari sekali menghasilkan telur.
Dari 30 akuarium yang ada, 16 akuarium digunakan untuk memelihara anak diskus yang dibesarkan dengan inang asuh. Diskus yang digunakan untuk inang asuh ialah diskus lokal yang harganya murah mirip strain Cobalt dan Heckel. Keunggulan induk lokal ini cerdik merawat dan sayang anak. Starain diskus yang nilainya mahal mirip Snake Skin, Red Marlboro atau Solid Blue, dipelihara sebagai penghasil telur saja.
Umur 3—4 hari sehabis menetas, larva mulai menyusu pada inang asuhnya. Sekitar 7 hari sehabis menyusu, larva bisa dilatih memakan nauplii artemia atau daphnia saring. Sampai umur satu bulan anak diskus masih tetap dipelihara di akuarium perawatan anak, walau seminggu sebelumnya sudah dipisah dari inang asuhnya. Lengkap umur sebulan, diskus sudah menyukai cacing darah atau cacing sutera sebagai pakan favoritnya.
Pembesaran diskus
Di pihak breeder, diskus umur sebulan sudah harus terjual ke pihak lain untuk dibesarkan. Mulai usia ini merupakan kiprah petani, penangkar, penghobi, dan penggemar ikan untuk membesarkan hingga minimal berukuran 2 inci (5 cm). Lama pemeliharaan sekitar 2 bulan.
Lebih dari satu bulan ditangani penangkar
Akuarium persegi berukuran 100cm x 50cm x 40cm bisa memuat 100 – 150 ekor burayak diskus umur sebulan berukuran 0,5 inci (sekitar 1 cm). Umur dua bulan atau satu bulan sehabis ditangkar untuk dibesarkan, ukurannya menjadi 1 inci (2,5 cm). Mulai ketika ini populasi ikan dipecah menjadi dua akuarium yang berukuran serupa sehingga berisi 50—60 ekor per akuarium. Setelah panjang ikan mencapai 2 inci, populasinya dipecah lagi menjadi 4 akuarium sehingga populasinya menjadi 25 ekor per akuarium. Untuk remaja, ideal 14 ekor diskus per akuarium ukuran
di atas.
Burayak diskus umur satu bulan hingga menjadi ikan muda berukuran 3 inci diberi pakan 3 — 4 kali sehari tiap pagi, siang, dan sore. Jenis pakan terbaik cacing sutera atau cacing merah. Pemberian jangan hingga terlalu kenyang, pakan dijatah seperlunya. Pemberian pakan yang lebih sering, lebih bagus, asalkan jangan hingga kenyang.
Setelah ikan muda berukuran di atas 3 inci, sanggup diberi pakan cuk alias jentik-jentik nyamuk. Pemberian cuk merangsang diskus tumbuh cukup umur dan menghasilkan telur. Diskus sangat menyukai jentik-jentik nyamuk.

Diskus kontes
Diskus untuk kontes rata-rata ikan yang sudah dewasa, minimal berumur setahun dan berukuran standar 5 inci. Diskus berukuran 4 inci berhak mengikuti kontes, dan ini merupakan ukuran minimal. Masingmasing penggemar mempunyai kiat sendiri dalam merawat diskusnya semoga tampil prima dan warna tubuh muncul cemerlang.
Warna diskus paling cemerlang ketika birahi. Untuk membantu keluarnya warna merah atau cokelat lebih cemerlang , selama perawatan diskus diberi makan telur udang segar. Untuk membantu keluarnya warna biru atau hijau, diskus sanggup diberi makan spirulina, sejenis ganggang renik yang sangat kaya protein. Perawatan dengan pakan alami ini dimulai semenjak diskus muda berukuran 3 inci.
Nilai diskus dalam kontes ditentukan oleh size (ukuran besar), bentuk (bulat cangkram), fin (tinggi), komposisi warna, susunan sisik, keharmonisan letak mata dengan tubuh, warna mata (merah, oranye, kuning, hitam yang tertinggi nilainya merah), kecerahan warna, keserasian kombinasi warna, susunan garis-garis, sikap ikan (nilai tertinggi). Semua unsur itu digabung. Jumlah adonan nilai tertinggi berhak terpilih menjad pemenang.
Budidaya diskus ialah permainan air, baik untuk pembenihan ataupun penangkaran. Kalau airnya higienis dan cocok untuk kehidupan ikan, tak ada duduk kasus untuk kesehatan ikan. Penyebab timbulnya penyakit ialah kebersihan kurang.

Popular posts from this blog

Pengemasan Produk Perikanan

PENGERTIAN Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap materi pangan, supaya materi pangan baik yang belum maupun yang telah mengalami pengolahan, sanggup hingga ke tangan konsumen dengan “selamat” (secara kuantitas & kualitas). DASAR HUKUM PENGEMASAN PRODUK HASIL PERIKANAN 1.       UU No. 7 Tahun 1996 wacana Pangan 2.       UU No. 8 Tahun 1999 wacana Perlindungan Konsumen 3.       UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang: Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan 4.       UU RI No. 15 Tahun 2001 wacana Merk 5.       UU No. 14 Tahun 2001 wacana Paten 6.       Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 wacana Pelabelan dan Iklan Pangan 7.       Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.   KEP.01/M...

Strategi Persidatan, Analisa Dan Harga Sidat (Unagi) Di Jepang

Strategi Persidatan, Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang Menelaah kondisi dan taktik persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem akal daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan taktik yang saya perhitungkan. Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, ihwal larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2 009. Ukuran dan benih sidat yang dihentikan adalah: Benih ialah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Benih sidat ialah sidat kecil dengan ukuran panjang hingga 35 cm dan/atau berat hingga 100 gram per ekor dan/atau berdiameter hingga 2,5 cm. Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri hingga ukuran (100...

Jenis Dan Ukuran Tongkang Kerikil Bara

JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA - Perlu di ketahui salah satu jenis Tongkang ialah tongkang untuk memuat batubara. Dan Pada Perkembangannya Tongkang batubara mempunyai Ukuran dan jenis yang berlainan. Baca Juga ; - Mengenal Tongkang - Kapal Tugboat - Kapal Tugboat Sungai JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA kapal tugboat dan tongkang Ada bеbеrара jenis tongkang (barge) kerikil bara, tergantung dаrі ukuran dan daya muat masing-masing tongkang,  Baca Juga ; -  Mengenal Bagian Kamar Mesin Kapal -  Dinamika Kapal -  Tank Cleaning Pada Kapal -  Fin Stabilizer -  MT KNOCK NEVIS DAN SEJARAHNYA jenis tersebut antara lain ; - уаng berukuran 180 feet dараt memuat kurаng lebih 5.000 ton kerikil bara, dan  - уаng berukuran 270 feet (feet jumbo) dараt memuat 8.000 ton kerikil bara, ѕеdаngkаn - уаng berukuran 300 feet ѕаmраі 330 feet dараt memuat 10.000 ton ѕаmраі 12.000 ton kerikil bara. Tong...