Pengusahaan ikan lele yakni Salah satu alternatif perjuangan yang sanggup dikembangkan, alasannya yakni pengusahaan jenis ikan ini mempunyai keunggulan, yaitu sanggup dibudidayakan di lahan dan sumber air terbatas dengan padat tebar tinggi, serta sanggup dipijahkan sepanjang tahun yang dalam hal ini dibudidayakan di kolam terpal.
Sejalan dengan perkembangan teknologi pembudidayaan ikan yang dikala ini terus berkembang sesuai dengan dinamika yang ada, maka para Penyuluh Perikanan Kabupaten Sukabumi dituntut harus bisa menguasai aneka macam teknologi perikanan yang dikala ini terus dan sedang berkembang. Untuk mengasah dan menyegarkan Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap (PKS) para penyuluh yang ada, maka dilakukanlah suatu upaya Pengkajian Teknologi Budidaya Lele dalam Wadah Terpal. Disamping itu mengingat dikala ini kebutuhan air (khususnya untuk irigasi) masih menjadi hambatan utama di sektor pertanian sehingga ada waktu-waktu dimana mereka mendapat air secara bergiliran. Disatu pihak komoditi perikanan (ikan air tawar) memerlukan media air yang cukup di sepanjang masa pemeliharaannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka dikala ini para pembudidaya ikan air tawar disarankan melaksanakan pemeliharaan ikan dengan wadah/media terpal. Sebab dengan memakai terpal biaya akan lebih irit/murah bila dibanding menciptakan kolam permanen (beton) dan lokasi kolam juga sanggup dibentuk di sekitar pekarangan rumah.
a. Keunggulan Kolam Terpal
· Lebih fleksibel, dimana penggunaannya sanggup di integrasikan dengan kegiatan lain, menyerupai longyam, pertanian maupun perkebunan dan juga sanggup ditempatkan disekitar rumah/pekarangan.
· Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu mengisi air pada awal dan penambahan air sanggup juga disesuaikan dengan kondisi, contohnya air dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
· Dapat dibentuk dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi
· Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya hamper setengah serpihan sanggup juga dipakai lagi untuk pemeliharaan selanjutnya.
· Biaya pembuatannya lebih murah daripada menciptakan kolam beton/permanent atau semi permanent.
· Jangka waktu hemat kolam terpal sanggup mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus produksi.
· Mudah cara merakit/membuat kolam sistim terpal.
b. Cara Pembuatan Kolam Terpal
Setelah semua materi tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang akan di pakai untuk mendirikan kolam terpal, jangan hingga ada benda tajam di atasnya. Pada serpihan dasar terpal diberikan sekam setebal ± 5 cm sebagai stabilitas suhu dan juga untuk menghindari biar terpal tidak terkeca kerikil atau benda lainnya sehingga terhindar dari kebocoran. Adapun cara pembuatan kolam terpal yaitu :
- Pasang patok (dari kayu usuk/kayu hidup) berbentuk persegi dengan panjang 5 meter dan lebar 3 meter dengan ketinggian 100 cm (jika sudah ditanam patok yang kelihatan ± 100 cm)
- Di sela-sela patok tersebut diberikan lagi beberapa patok aksesori dengan jarak 25 cm dengan ketinggian yang sama
- Setelah patok tersebut cukup kuat, kemudian pagari/pasang belahan papan (begesting) atau bilah bambu berjajar dari permukaan tanah terus ke atas hingga ketingian 100 – 120 cm.
- Agar patok/rangka terpal lebih berpengaruh sanggup pula diberikan tumpukan batako pada serpihan luar
- Jika rangka sudah kuat, maka terpal sudah siap dipasang pada serpihan dalam petakan persegi yang telah disiapkan.
- Alasi rangka tersebut dengan sekam setebal 3-5 cm untuk menghindari kebocoran dan imbas benda tajam dibawahnya
Setelah rangka tamat dibentuk dan cukup kuat, maka terpal sudah sanggup dipasang pada serpihan dalam rangka. Pemasangan terpal harap hati-hati biar jangan hingga ada terpal yang bocor dan terlipat tidak beraturan. Pertama bentangkan terpal di dalam kotak persegi, kemudian ratakan, lipat terpal persis menempel di dinding/rangka, atur lipatan di setiap sudut supaya kelihatan baik, ikat berpengaruh ujung terpal pada serpihan sudut dan atas rangka. Jika masih ada terpal yang kelihatan tersisa, sanggup dilipat ke bawah. Untuk memperpanjang jangka usia hemat terpal dan juga menjaga stabilitas suhu dalam kolam terpal, maka di atas kolam perlu dibentuk pelindung/naungan yang terbuat dari daun kelapa atau plastik/ paranet. Untuk memudahkan sirkulasi keluar masuknya air dalam kolam terpal, perlu dibuat/dipasang pipa pengeluaran yang letaknya di salah satu pojok/sudut bak.
Gambar Kolam Terpal
c. Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Lele dalam Kolam Terpal
Untuk mendapat lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh alasannya yakni itu, kolam karpet yang telah dibentuk harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang gres dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
§ Perawatan Lele Dalam Kolam Terpal
§ Perawatan lele di kolam karpet pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam karpet yakni sebagai berikut.
§ Penambahan air dalam kolam Terpal
§ Bila air dalam kolam karpet berkurang alasannya yakni proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, contohnya satu ahad sekali. Panambahan air dilakukan apabila ketinggian air dalam kolam terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang dibutuhkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
§ Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai masakan tambahan bagi lele. Selain itu, tumbuhan juga sanggup mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tumbuhan pelindung/tanaman air yang biasa dipakai yaitu kapu-kapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tumbuhan tersebut. Jumlah tumbuhan di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tumbuhan tampak rapi juga biar sinar matahari sanggup masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan masakan aksesori
d. Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak memakai media Lumpur, dalam hal ini kita pribadi memasukan air dari sumber kedalam kolam terpal, dengan urutan sebagai berikut :
· Kedalaman air yang dipakai 25 cm – 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air dan terpal minimal 20 cm). dengan adanya selisih jarak tersebut dibutuhkan lele tidak meloncat keluar kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur 25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
· Bila perlu diberi pupuk sangkar awal dilakukan 2 ahad sebelum tebar dengan takaran pupuk sangkar yang diberikan yaitu dengan takaran 500 - 700 gr/m2 atau sanggup pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat 15 gram/m2.
· Untuk tahap awal dan mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10 ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat penguraian materi organik dan juga diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan tujuan sterilisasi dan membunuh bibit penyakit yang ada dalam air.
· Untuk pupuk sangkar sebaiknya diberikan dengan cara digantung memakai karung atau jaring yang bertujuan biar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar, sedangkan ampasnya tidak ikut keluar, dimana ampas pupuk sanggup juga mengotori kolam yang pada gilirannya nanti sanggup menjadi media penyebaran penyakit.
· Kolam terpal siap untuk dipakai sesudah 3 – 5 hari proses pemupukan dan persiapan lainnya, dimana pada dikala itu plankton didalam air dibutuhkan sudah tumbuh. Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton yakni Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
· Ikan lele juga menyukai masakan busuk yang berprotein.
· Selanjutnya disiapkan bibit ukuran 7 – 8 cm dengan padat tebar 300 ekor/m2. Pemeliharaan dalam kolam karpet, sebaiknya tidak memakai bibit yang berukuran kecil biar tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang gres dibeli (baru tiba) jangan pribadi dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam baskom tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, biar bibit lele sanggup menyesuaikan diri dengan suhu air dalam kolam.
· Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam karpet. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan sanggup diberikan sesudah beberapa jam kemudian sesudah ikan menyebar diseluruh serpihan kolam.
e. Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara bersiklus dengan takaran 3-5 % dari bobot total ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan semenjak benih berumur 2 minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih simpel dengan menggunakan alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan biar pelet sanggup dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari yakni seberat 3 % dari berat badannya. Berat tubuh lele pada usia 65 hari yakni 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % yakni 344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi menyerupai dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tumbuhan padi tersebut sanggup dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi menyerupai limbah dapur sanggup diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan kawasan (ember) limbah yang sanggup diambil setiap waktu. Demikian pula, bila di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati sanggup dipakai untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada dikala lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang dipakai untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, tubuh ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam sesudah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di serpihan atas lebar kolam. Hal ini bertujuan biar tulang-tulang ayam gampang diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam baskom dan direndam beberapa dikala dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam baskom dibiarkan hingga menjadi masbodoh kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.
f. Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi).. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan memakai seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan biar feses atau kotoran ikan keluar sehingga sanggup lele tidak stress dan sanggup mutu dan kualitas sanggup dipertahankan.
g. Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele pribadi dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun cara pengangkutan yang sanggup dipakai yakni dengan system terbuka dan tertutup. Kalo memakai sistem terbuka sebaiknya memakai alat berupa tong/drum/bak. Untuk menguragi maut selama perjalanan jawaban perubahan suhu yang signifikan maka pada wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini sanggup dilakukan apabila jarak angkut cukup bersahabat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari 4 jam.
Kalau memakai sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ serpihan dari kantong, isikan lele sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 serpihan dari kantong. Pengangkutan sistim ini dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.
ANALISIS BIAYA
1) Asumsi produksi
Produksi ikan lele yang sanggup dicapai sesudah 65 hari pada masa pemeliharaan di kolam terpal dengan tingkat mortilitas 10 % yakni sebanyak 405 kg.
No. | Uraian | Jumlah | Satuan | Harga/Unit Rp | Jml Harga Rp |
1 | INVESTASI a. Terpal (6x8m) b. Selang c. Ember karet d. Gayung e. Lamit TOTAL INVESTASI | 48 15 2 1 1 | m2 m unit unit unit | 11.000 2.500 10.000 5.000 15.000 | 528.000 37.500 20.000 5.000 ![]() 605.500 |
2 | BIAYA PRODUKSI a. Benih Ikan lele b. Pakan 65 hari c. Obat-obatan d. Penyusutan alat 3 tahun (12 periode) TOTAL PRODUKSI | 4500 344,25 1 3 | ekor kg unit tahun | 200 6.000 50.000 16.000 | 900.000 2.065.500 50.000 ![]() 3.065.500 |
TOTAL BIAYA (INVESTASI dan PRODUKSI) | 3.671.000 | ||||
3 | PENJUALAN | 405 | kg | 10.000 | 4.050.000 |
2) Analisa Usaha
Untuk perhitungan 1 Unit budidaya ikan lele di kolam terpal dengan ukran kolam terpal yakni 15 m3 ( 5 x 3 x 1 m ) yakni :
v B/C Ratio
B/C ratio = Tambahan output/Tambahan Input
= 4.050.000 / 3.065.500
= 1,32
Dari perhitungan diatas artinya perjuangan penanaman ikan lele memperlihatkan hasil 1,32 kali modal yang dibutuhkan atau menguntungkan.
v NVP ( Net Present Value )
NVP = Rp. 4.050.000 – Rp. 3.065.500
= Rp. 984.500,-
v BEP ( Break Event Point )
Nilai yang memperlihatkan titik impas atau kondisi dari perjuangan yang tidak memperoleh laba atau tidak mengalami kerugian.
BEP Produksi = Total Biaya Produksi / Harga Unit Jual
= 3.065.500 / 10.000
= 306,55 kg
BEP Harga = Total Biaya Produksi / Jumlah hasil
= 3.065.500 / 405
= Rp. 7.569,-
Nilai BEP Produksi sebesar 306,55 kg memperlihatkan bahwa titik impas atau kondisi tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian akan dicapai pada dikala produksi perjuangan mencapai 306,55 kg.
Nilai BEP Harga Rp. 7.569,- memperlihatkan bahwa nlai impas akan dicapai pada dikala harga jual ikan lele Rp. 7.569,-