A. PENDAHULUAN
Budi daya Ikan Mas mempunyai prospek ekonomi yang cukup menjanjikan lantaran ikan mas mempunyai cita rasa yang cukup tinggi, sehingga banyak disukai oleh konsumen. Daging ikan mas yang putih dan lunak memungkinkan untuk dicerna oleh semua umur. Di beberapa rumah makan dengan gampang dijumpai kuliner dengan materi ikan mas lantaran memang cukup populer. Selain itu ikan mas juga dikenal mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat sehingga sangat baik untuk dibudidayakan. Dalam masa pemeliharaan 4 hingga 5 bulan ikan mas bisa mencapai bobot 500-1000 gr/ekor. Selain itu Ikan Mas sudah cukup poluler di tengah masyarakat sehingga gampang dalam memasarkannya.
Ikan mas (Cyprinus carpio, L.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei. Ikan Mas sudah usang dibudidayakandan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling terkenal di masyarakat. Selain dikenal dengan nama ikan mas, ikan ini dikenal dengan nama dengan nama Ikan Karper ataupun ikan tombro, Gema Wirausaha, (2011).
B. PEMBENIHAN IKAN MAS
1. Pemilihan Induk dan Pemeliharaan Induk
1) Pemilihan Induk
a. Syarat Induk
Keberhasilan Usaha pembenihan ikan mas sangat ditentukan oleh kualitas induk. Pemilihan calon induk harus mempertimbangkan ras atau varietas ikan yang akan dipelihara, lantaran ciri-ciri calon induk yang baik berbeda-beda untuk setiap ras atau varietas. Menurut Khairuman, dkk (2008), secara umum ciri-ciri induk yang baik yaitu sebagai berikut:
- Sehat Tidak cacat, dan tidak terluka - Umur induk 1,5 tahun - 3 tahun
- Sisik tersebar teratur dan berukuran agak besar
- Sisik tidak terluka dan tidak cacat
- Bentuk dan ukuran tubuh seimbang tidak terlalu gemuk atau tidak terlalu kurus
- Tubuh tidak terlalu keras atau tidak terlalu lembek
- Perut lebar dan datar
- Ukuran tubuh relatif tinggi
- Bentuk ekor normal, cepat terbuka, pankal ekor relatif lebar dan datar
- Kepala relatif kecil dan moncongnya lancip, terutama pada induk betina, Sebab jumlah telur ikan yang berkepala kecil biasanya lebih banyak daripada ikan yang berkepala besar
- Jarak lubang dubur relatif bersahabat dengan pangkal ekor
Selain sifat umum di atas induk ikan mas juga mempunyai sifat spesifik yaitu sebagai berikut
Tabel 1. Sifat Spesifik Induk Ikan Mas
Induk Jantan | Induk Betina |
Dapat dipijahkan pada umur lebih dari 6 bulan atau mencapai bobot minimal 0,5 kg | Dapat dipijahkan pada umur 1,5 tahun atau minimal berbobot 1,5 kg |
Jika kepingan perut di urut ke arah urogenital akan keluar sperma | Ikan yang matang gonad sanggup dilihat dari perut yang terasa lunak, membengkak ke arah belakang dari atas urogenital (lubang urine sekaligus kelamin), lubang urogenital biasanya berwarna kemerahan dan agak terbuka, tetapi banyak juga yang tidak terbuka |
| Induk yang matang gonad biasanya tidak banyak bergerak atau gerakannya sangat perlahan |
Sumber: Khairuman, dkk (2008)
Sedangkan berdasarkan SNI 01- 6134 - 1999 Kriteria kuantitatif sifat reproduksi sanggup dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 2. Kriteria kuantitatif sifat reproduksi
No | Kriteria | Jenis Kelamin | |
Jantan | Betina | ||
1 | Umur pertama matang kelamin (bulan) | 8 | 18 |
2 | Panjang (cm) | 24 | 36 |
3 | Berat tubuh pertama matang gonad (gram/ekor) | 500 | 2000 |
4 | Fekunditas (butir/kg) | | 85000-125000 |
5 | Diameter telur (mm) | | Kering: 0,9-1,1 |
b. Induk Jantan dan Betina
Membedakan Kelamin jantan dan betina mas tidaklah sulit, bagi pembudidaya yang sudah berpengalaman hanya dengan melihat gejala dari luar ia sudah tahu mana yang jantan ataupun betina, namun untuk memastikan apakah ikan tersebut benar-benar jantan atau betina dan siap dipijahkan perlu diketahui ciri-cirinya secara niscaya dan jelas.
Perbedaan antara induk jantan dan betina ikan mas sanggup dilihat pada tabel dibawah ini
Tabel 3. Pebedaan Jantan dan Betina
Jantan | Betina |
Badan tampak ramping atau langsing | Badan terutama kepingan perut membesar atau buncit, bila diraba terasa lembek |
Gerakannya lincah dan gesit | gerakannya lamban, memberi kesan malas bergerak |
Jika kepingan perut diurut (perlahan-ahan) dari depan ke arah belakang sirip ekor kan mengeluarkan cairan erwarna putih (sperma) ibarat santan kelapa | Jika perut diurut, akan mengeluarkan cairan berwarna kuning |
| Pada Malam hari biasanya meloncat-loncat |
Sumber: Santoso (2005)
2) Pemeliharaan Induk
Calon induk ataupun induk yang akan dipijahkan dari hasil seleksi yang telah dilakukan harus disediakan tempat khusus yaitu kolam pemeliharaan induk. Kolam tersebut berfungsi mempercepat proses kematangan telur, penyimpanan induk-induk yang telah dikawinkan dan mempermudah pengawasan.
Karena kegiatan pemeliharaan induk sangat penting maka induk-induk yang sudah berilmu balig cukup akal perlu dirawat di dalam kolam yang menyehatkan untuk perkembangan atau kematangan gonad. Oleh lantaran itu perlu diperhatikan pertolongan komposisi pakan dan keadaan kolam.
Pada umumnya kolam pemeliharaan induk terbagi menjadi dua kepingan yaitu kolam untuk induk jantan dan kolam untuk induk betina, sistem perairan memakai sistem pararel. Kolam pemeliharaan induk jantan dan betina biasanya mempunyai pintu masuk dan pintu keluar yang terpisah. Namun jikalau lahan tidak memungkinkan kolam induk jantan dan betina boleh memakai sistem seri dengan syarat kolam induk betina berada di atas kolam induk jantan. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah perkawinan sendiri lantaran induk betina gampang terangsang oleh bau sperma induk jantan yang keluar tanpa disengaja mengikuti fatwa air.
Pemeliharaan biasanya induk ikan mas seberat 1 kg memerlukan kolam seluas 5 meter persegi. Contoh perkara induk yang dipijahkan mempunyai berat total 6 kg maka diharapkan kolam dengan luas 30 meter persegi, namun jikalau sistem pengairan dalam pemeliharaan sangat baik (memiliki debit air cukup deras) jumlah berat total induk menjadi bertambah yaitu 1-4 kg/m2 (Atmadja hardjamulia, 1978 dalam Santoso, 2005). Kolam selain bermanfaat untuk mempersiapkan induk dalam proses pemijahan jiga bermanfaat untuk merevitalisasi kembali kondisi induk yang sudah digunakan semoga cepat pulih kembali untuk dimanfaatkan pada periode selanjutnya, Nugroho dan Kristanto (2008).
Faktor lain yang perlu diperhatikan selain padat penebaran yaitu suhu air dan makanan. Suhu air optimal dalam pemeliharaan induk ikan mas yaitu 25oC. Pakan yang baik mempunyai protein berkadar 25% dan diberikan 2 kali sehari. Contoh perkara pellet yang diberikan sebannyak 2 kali (pagi dan sore) dengan 2%-4% dari bobot total ikan seluruhnya, misal induk yang dipelihara mempunyai berat 5 kg, maka membutuhkan pellet sebannyak 100-200 gram, jikalau bobot induk 10 kg maka pellet yang diberikan setiap hari 200-400 gram atau dua kali lipat, jikalau pembudidaya menghendaki memberi pakan pelengkap diharapkan pakan tersebut mempunyai kandungan lemak yang rendah, Santoso (2005).
3. Teknis Pembenihan
Kegiatan pembenihan sanggup dilakukan baik di indoor maupun di outdoor. Para pembudidaya pada umumnya melaksanakan kegiatan pembenihan di outdoor lantaran memang pada ketika itu mereka hanya mengetahui cara tersebut dan metode tersebut dianggap lebih gampang dari pada pembenihan yang dilakukan di indoor, namun keterbatasan kegiatan pembenihan outdoor yang tergantung pada efek iklim dan perubahan suhu yang tidak stabil mengakibatkan hasil yang didapatkan tidak maksimal sedangkan kebutuhan benih ikan semakin meningkat, oleh lantaran itu pembudidaya mulai melaksanakan pembenihan di indoor, pembenihan yang dilakukan di indoor pada umumnya hanya mulai dari pemijahan hingga pemeliharaan larva dan benih lantaran pada fase inilah dianggap sebagai fase yang paling kritis lantaran rentannya telur dan larva terhadap perubahan lingkungan dan penyakit. Sedangkan kegiatan pemeliharaan induk tetap dilakukan di outdoor.
1) Pembenihan Tradisional
a. Persiapan Wadah Pemijahan
Dalam Kegiatan pemijahan ikan mas pada umumnya memakai tiga kolam yang perlu disiapkan, ketiga kolam tersebut yaitu kolam pemijahan, kolam penetasan dan kolam pendederan, namum pada kenyataan di lapangan banyak pembudidaya yang hanya memakai dua kolam bahkan ada yang hanya menggunkan satu kolam yang berarti kolam pemijahan digunakan sebagai kolam penetasan telur, tempat penetasan telur sebagai pendederan bahkan kegiatan pemijahan, penetasan telur dan pendederan dilakukan dalam kolam yang sama, namun berdasarkan hasil di lapangan hasil terbaik didapat dari kolam yang terpisah. Berhasilnya kegiatan pemijahan yang memakai yang tiga kolam lantaran kondisi kolam yang lebih bersih, sehingga meminimalkan tumbuhnya penyakit. Pada ketika Induk melaksanakan pembuahan maka sperma dan cairan yang dikeluarkan oleh induk betina baik lendir atau cairan telur menciptakan air menjadi kotor, sehingga resiko terserangnya telur oleh jamur menjadi semakin besar sehingga telur perlu dipindahkan. Pada kolam penetasan telur, jikalau telur sudah menetas maka benih yang ada harus segera dipindahkan lantaran telur yang tidak menetas kaya akan kandungan organik sehingga potensi timbulnya penyakit dan jamur menjadi semakin besar, maka jikalau benih tidak dipindahkan maka resiko terserangnya benih oleh jamur atau penyakit menjadi semakin besar.
Kolam pemijahan biasanya berukuran tidak terlalu luas. Adapun ukuran kolam pemijahan yang biasa digunakan yaitu ukuran 4m x 4m hingga 4m x 10m, bila kolam pemijahan memakai kolam beton maka ukurannya sanggup dipersempit menjadi 2m x 4m, Susanto dan Rochdianto (2002). Ukuran-ukuran ini bukan patokan yang mutlak yang penting kolam yang digunakan tidak menciptakan induk berdesakan.
Sebelum digunakan, terlebih dahulu kolam pemijahan dikeringkan dan dijemur dipanas matahari selama 2-3 hari. Bila cuaca mendung atau matahari tertutup awan, waktu pengeringan sanggup diperpanjang manjadi 5-7 hari, Susanto dan Rochdianto (2002). Dasar kolam yang benar-benar kering ditandai dengan dengan renta ketika diisi air. renta tersebut berdasarkan pengalaman sanggup merangsang induk ikan mas untuk memijah, hal tersebut dikarenakan ibarat dengan suasana di alam pada ketika memasuki animo penghujan. Oleh lantaran itu pengeringan dan penjemuran mutlak dilakukan.
Cara lain untuk merangsang induk memijah yaitu dengan memperabukan batubata dan jerami di dasar kolam, hasil dari pembakaran batubata tersebut juga mengasilkan renta yang sama dengan pengeringan kolam. Pembakaran dilakukan dengan cara meletakkan jerami di seluruh dasar kolam sehingga ketiga dibakar dasar kolam kering secara merata, sedangkan jikalau memakai kerikil bata, kerikil bata yang telah dibakar diletakkan secara merata di dasar kolam, atau jikalau kerikil bata yang tersedia terbatas sanggup diletakkan secara merata. Jika kolam terbuat dari beton sebaiknya diletakkan di dalam ruangan yang atapnya terbuat dari fiber sehingga sinar matahari tembus ke dalam ruangan dengan kondisi tersebut maka pengeringan lebih gampang dilakukan tanpa kawatir hujan. Setelah diperkirakan kolam sudah benar-benar siap maka air yang telah difilter diisikan kedalam kolam hingga kedalaman 50-80cm.
Langkah Selajutnya yaitu pemasangan kakaban, kakaban dibentuk dari ijuk aren yang dijepit dengan dua belah bambu ditengahnya. Ukuran kakaban yang ideal untuk ikan mas yaitu panjangnya 1,5 m dan lebar 40-50 cm. Agar sanggup terapung kakaban harus dipasang di atas bambu utuh dan dijepit dengan bilah bambu semoga tidak awut-awutan ketika disenggol kawanan induk, jarak antar kakaban sekitar 10 cm. Sebagai pola jumlah kakaban yang sanggup digunakan untuk setiap 1 kg induk ikan mas yaitu 5-8 buah letak kakaban diusahakan berjarak 5-10 cm di bawah permukaan air, Susanto dan Rochdianto (2002)
b. Teknik Pemijahan
Berhasil tidaknya kegiatan pemijahan tergantung pada tingkat kematangan gonad atau telur induk, induk yang dipelihara di kolam pemeliharaan induk selama 1,5 bulan biasanya sudah mengalami pematangan gonad dan telur. Ciri-ciri induk yang sudah siap dipijahkan yaitu kepingan perutnya tampak gendut dan tampak menggelambir jikalau dilihat dari atas, apabila diraba perutnya terasa lembek dan disekitar urogenitalnya tampak memerah dan akan keluar telur pada ketika dipijat ke arah urogenital, sedangkan ciri-ciri induk jantan yang sudah matang gonad ditandai dengan keluarnya sperma berwarna putih susu jikalau perut diurut ke arah urogenitalnya, Khairuman, dkk (2008).
Berikut yaitu tingkat kematangan gonad ikan mas jantan dan betina
Tabel 4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Mas
Tingkatan jantan/betina | Jantan | Betina |
Belia/Dara | Tempat air mani bening ibarat cuka, tidak berwarna, keabu-abuan (keadaan ada ikan yang belum dewasa) | Ovarium sangat kecil dan terletak di bawah tulang punggung, tidak berwarna hingga abu-abu dan transparan, butir-butir telur tidak terlihat dengan mata biasa |
Belia berkembang/Dara Berkembang | Tempat air mani keruh, tembus cahaya, merah keabu-abuan, dan kecil | Ovarium jernih hingga abu-abu kemerahan, Butir telur sanggup terlihat dengan beling pembesar |
Perkembangan 1 | Tempat mani tidak tembus cahaya, kemerahan, kaya akan pembuluh darah | Ovarium berbentuk bundar telur, warna kemerahan, butir-butir telur ibarat serbuk putih |
Perkembangan 2 | Tempat mani putih hingga putih kemerahan dan berlangsung puncak proses pembentukan mani | Ovarium berwarna orange muda |
Berentang/Bunting | Tempat mani tidak tembus cahaya, jiak ditekan akan keluar testes yang liat, dan air mani telah tepat | Ovarium mengisi penuh ruangan rongga bawah, telur bundar dan jernih |
Matang siap | Tempat air mani tidak tembus | telur keluar jikalau ditekan |
mijah/Mijah | cahaya, berwarna putih, jikalau ditekan mengalir ibarat susu, terjadi puncak tingkatan masak air mani | perutnya, kebanyakan telur jernih |
Setengah Terpijah/Mijah Salin | Tempat air mani tidak tembus cahaya, warnanya sedikit kemerahan, kalau ditekan air maninya akan keluar | Ovarium belum kosong sama sekali |
Terpijah/Salin | Tempat mani merah tua hingga abu-abu kemerahan. Tidak ada air mani lagi, kaya akan pembuluh darah, lambat alaun akan kembsli pada tingkatan belia | Ovarium kosong dan berwarna kemerahan |
Pulih Salin | | Ovarium jernih hingga abu-abu kemerahan |
Sumber: Ardiwinata, 1981 dan Sumantadinata k., 1983 dalam Khairuman, dkk (2008)
Induk yang akan dipijahkan dimasukkan ke dalam kolam pemijahan setetah kolam telah siap. Proses pemasukan induk harus dilakukan secara hati-hati dan satu-satu dan tidak boleh kasar, penanganan induk yang tidak hati-hati akan mengakibatkan induk stres, penanganan yang bernafsu juga sanggup mengakibatkan induk betina mengeluarkan telur sebelum waktunya.
Selama proses pemijahan induk yang dipijahkan tidak boleh diberi makan, hal tersebut dilakukan lantaran pakan yang diberikan selain sanggup mengotori kolam juga sanggup menyumbat susukan telur induk betina sehingga sanggup menggagalkan kegiatan pemijahan, Khairuman, dkk (2008)
Perbandingan bobot antara induk jantan dan induk betina yaitu 1:1 Artinya setiap berat induk betina 1 kg maka jantan juga harus 1 kg ( bisa terdiri dari beberapa ekor induk jantan dan betina), Khairuman, dkk (2008). Apabila tahap-tahap dalam pemijahan dilakukan dengan benar maka induk akan mulai memijah menjelang tengah malam, sebelum terjadi proses pembuahan maka biasanya pada pukul 20.00-22.00 induk jantan akan mengejar-ngejar induk betina. Setelah berkejaran maka menjelang tengah malam biasanya induk betina akan mengeluarkan telurnya dan jantan akan merespon dengan mengeluarkan sperma, sedikit demi sekikit telur yang berwarna kuning cerah akan tampak melekat pada kakaban, menjelang pagi hari sekitar pukul 05.00 frekuensi pengeluaran telur dan sperma oleh induk betina dan induk jantan akan mulai berkurang. Pada ketika itu sebaiknya kegiatan pemijahan sebaiknya dihentikan, hal tersebut dilakukan dengan cara mengambil kakaban dan dipindahkan ke dalam kolam penetasan dan diikuti dengan memindahkan induk ke kolam pemeliharaan induk. Apabila induk tidak segera diambil, maka baik induk jantan maupun induk betina akan memakan telur yang sudah dikeluarkan, lantaran biasanya induk yang sudah kelelahan memijah akan mulai mencari makan, Susanto dan Rochdianto (2002).
c. Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva
Kakaban yang dari kolam pemijahan dipindahkan ke kolam penetasan telur, di dalam kolam penetasan telur diberi hapa yang terbuat dari kain terilin berukuran 2x1x1 m, berbentuk persegi panjang yang dibentangkan kurang lebih 2 m dari pintu pemasukan.
manfaat dari penggunaan hapa yaitu untuk mencegah kemungkinan munculnya predator ibarat ular, belut, dll yang sanggup masuk ke dalam kolam penetasan telur. Kakaban harus di letakkan karam kurang lebih 10 cm dari permukaan air, selama kegiatan penetasan telur untuk manangani jikalau turun hujan maka pada kolam penetasan telur diberi peneduh. Telur akan menetas menjadi benih dalam waktu kurang lebih 2-3 hari, Santoso,(2005)
Setelah telur menetas, harus segera dilakukan pengangkatan kakaban dari dalam hapa atau kolam fiber satu akuarium persatu. Larva yang gres masing mempunyai cadangan kuliner berupa kantong kuning telur. Kuning telur akan teserap habis dalam waktu kurang lebih antara 3-6 hari sesudah menetas, Nugroho dan Kristanto, (2008). Setelah cadangan telur habis maka larva sanggup diberi makan berupa rotifera, cacing sutra dan kuning telur rebus, caranya sebutir telur ayam matang di ambil kepingan kuningnya, kemudian hancurkan dan dilarutkan ke dalam 250 cc air higienis sesudah berbentuk suspensi masukkan ke dalam alat penyemprot nyamuk atau bisa juga diberikan secara langsung, pertolongan pakan dilakukan secara merata, pertolongan pakan dilakukan sebannyak lima kali sehari, sebutir telur cukup untuk 100.000 ekor larva. Perawatan larva hingga benih berumur 4-5 hari paling usang 7 hari, selanjutnya benih sanggup dilepas dari hapa, Santoso (2005).
2) Pembenihan Intensif
Pembenihan secara intensif biasanya dibantu dengan hormon hipofisa untuk merangsang pematangan gonad semoga lebih cepat matang. Pemijahan dengan memakai teknik hipofisasi yaitu pemijahan yang dengan cara penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa ke induk yang akan dipijahkan, penggunaan ekstrak kelenjar hipofisa ini lebih diutamakan untuk induk betina sedangkan induk jantan tidak terlalu membutuhkan. Teknik hipofisasi dilakukan jikalau pemijahan secara alami sulit dilakukan. Tujuan penggunaan ekstrak hipofisa ini yaitu mempercepat proses pemijahan, memperkecil resiko gagalnya proses pemijahan dan merancang terjadinya proses pemijahan sesuai waktu yang diinginkan yaitu pagi, siang, sore atau malam hari.
Dosis 1-1,5 ml/kg ikan artinya 1-1,5 ml ekstrak kelenjar hipofisa untuk 1 kg induk atau setiap 1 kg induk resipien membutuhkan 1-1,5 kg induk donor. Kelenjar hipofisa sanggup diperoleh dari hipofisa ikan mas, kelenjar hipofisa terletak di kepingan dalam kepala ikan mas untuk lebih jelasnya sanggup melihat gambar 9, namun apabila menginginkan lebih gampang sanggup membeli ekstrak kelenjar hipofisa yang sudah jadi sehingga kita bisa pribadi menggunakan.
Ekstrak hipofisa diambil dari ikan sejenis dan tanpa mempertimbangkan jantan dan betina. Adapun tahap-tahap menyiapkan donor yaitu sebagai berikut:
- Timbang ikan donor seberat induk yang akan disuntik
- Potong kepingan batas kepalanya
- Dari arah bukaan mulut, kepala ikan dibelah, kepingan ats kepala diambil
- Ambil kelenjar dengan memakai pinset kemudian digerus /dihancurkan dengan memakai alat penggerus sambil ditambah pelarut akuabides 1-2 cc
- Ambil dengan memakai spuit dan kelenjar siap disuntikkan
Selain sanggup diambil dari ikan, ekstrak hipofisa yang sudah siap pakai juga tersedia di toko, adapun tahap-tahap dalam penggunaannya yaitu sebagai berikut:
a. Siapkan alat suntik dan hormon Ovaprim untuk disuntikkan. Gunakan injeksi spuit yang sudah dibersihkan dengan air panas atau gunakan alat injeksi yang baru.
b. Timbang induk ikan lele (jantan dan betina) dan tentukan takaran Ovaprim.
· Induk yang beratnya ± 1 kg, takaran hormon Ovaprim 0,3-0,5 ml. Bila beratnya 0,5 kg maka takaran yang diharapkan setengah nya, yakni 0,15 - 0,25 ml (sesuai petunjuk pada wadah hormon tersebut).
· Sedot dengan alat injeksi spuit sebanyak hormon yang diperlukan, contohnya 0,5 ml. Usahakan posisi botol dan injeksi spuit tegak lurus, botol berada di atas. Setelah itu, sedot lagi dengan injeksi spuit yang sama akuades sebanyak 0,5 ml juga untuk mengencerkannya.
Sedangkan cara penyuntikan dan pelepasan induk yaitu sebagai berikut:
- Induk disuntik pada siang atau sore hari
- Kelenjar hipofisa yangtelah disiapkan, setengah disuntik pada induk jantan ddan setengahnya pada induk betina, penyuntikan dilakukan pada kedalaman ±2 cm dan kemiringan 45o diubahsuaikan dengan ukuran ikan
- Induk yang telah disuntik dilepaskan pada kolam pemijahan
Penyuntikan induk ikan mas bisa dilakukan 1-2 kali, induk ikan mas matang kelamin yang sudah disuntik dimasukkan ke dalam kolam pemijahan, biasanya pemijahan terjadi 6-7 jam sesudah penyuntikan. Selanjutnya, perawatan telur dan larva sama ibarat pemijahan secara alami Setelah larva berumur 5 hari atau lebih maka larva ikan tersebut sanggup dipindahkan ke kolam pendederan, Khairuman, dkk (2008).
Penyuntikan sanggup dilakukan dibeberapa tempat yaitu di kepingan atas yaitu di bersahabat sirip punggung dan sirip ekor, serta kepingan bawah perut yaitu di bersahabat pangkal sirip perut dan sirip dada. Tidak disarankan untuk melaksanakan penyuntikan di kepingan tubuh yang lain lantaran kemungkinan sanggup mengenai organ atau tulang, imbas dari terkenanya organ atau tulang akan mengakibatkan kerusakan organ atau rasa sakit yang luar biasa pada ikan sehingga sanggup mengakibatkan simpulan hidup ikan. Pada ketika dilakukan penyuntikan kepingan kepala induk harus ditutup kain berair untuk menenangkan induk, Djarijah, (2007).
Teknik pemijahan yang dibantu dengan ekstrak kelenjar hipofisa, selain dipijahkan di kolam pemijahan juga sanggup dilakukan dengan teknik stripping.
Teknik stripping yaitu teknik pemijatan (mengurut) perut ikan untuk mengeluarkan baik telur yang telah siap dibuahi atau sperma ikan. Dengan memakai teknik stripping diharapkan persentase telur yang dibuahi sperma semakin besar sehingga jumlah larva yang dihasilkan semakin besar pula.
Pelaksanaan stripping sanggup dilakukan dengan 3 cara, cara pertama induk direbahkan diatas meja beralaskan busa karet kemudian di stripping kepingan perutnya, tangan kiri memegang punggung ikan dan ajun memijit sambil/mengurut perut ke arah ovarium. Cara kedua yaitu dipeganggang memakai dua tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor sambil memijit atau mengurut kantong ovari dan ajun memegang perut bawah, ujung kepala induk ditopang pangkal paha. Cara ini biasanya dikerjakan dua orang. Pada ketika stripping dilakukan di bawah ovari sudah disiapkan bejana higienis untuk menampung telur. Cara ketiga yaitu telur atau sperma disedot memakai kolektor (Sucking milt). Caranya yaitu induk direbahkan di atas meja yang dialasi busa karet, kemudian selang kolektor dimasukkan menembus lubang ovary/urogenital, selanjutnya dihisap dengan mulut. Dengan cara ini telur akan tertampung di dalam tabung yang terhubung dengan selang kolektor, kemudian telur dituang ke dalam baskom. Stripping yang dilakukan secara sembarangan selain mengakibatkan organ induk rusak juga mengakibatkan telur yang keluar tercampur kotoran.
Pada ketika dilakukan stripping kepala induk harus ditutup kain berair semoga induk lebih damai atau induk dibius dengan cara direndam di larutan ayang diberi MS 222 dengan takaran 100 oom (0,1 g/liter) selama 20 menit atau dibius dengan memakai materi lain, Djarijah, (2007).
Pembuahan dilakukan di dalam cawan. Caranya yaitu tuangkan sperma dari botol penampungan ke dalam cawan yang berisi telur kemudian aduk dengan memakai bulu ayam atau alat pengaduk halus yang bersih, pengadukan dilakukan dengan cara menggerakkan bulu ayam atau alat pengaduk secara memutar sehingga mengaduk adonan telur. Untuk membantu proses pembuahan maka ditambahkan larutan yang terbuat dari adonan 30 g carbamide (Urea) dan 40 gram garam (NaCL) dalam 10 liter air. Larutan tersebut ditambahkan sebannyak 10%-20% dari volume telur. Pengadukan dilakukan selama 3-5 menit, buang larutan tersebut, kemudian diganti dengan larutan yang gres dengan volume yang sama, aduk kembali selama 3-5 menit. Telur yang telah dibuahi sanggup dicuci dengan larutan pembersih (tannin) yang terbuat dari 5 g - 8 g tannin dalam 10 liter air, caranya yaitu dengan mencelupkan telur yang telah dibuahi (maksimal 2-3 liter) ke dalam larutan tannin sebannyak 1-2 liter atau maksimal 2-5 liter di dalam ember, kemudian aduk selama 3-5 menit, kemudian basuh dengan air bersih, pembersihan telur sebaiknya dilakukan 3 kali, lantaran tanin sanggup melapisi telur sehingga sanggup menghambat perkembangan telur. Telur yang telah dicuci segera di tetaskan ke dalam inkubator, Djarijah, (2007).
Sebelum diisi telur, inkubator dibersihkan dan dikeringkan, atau atau direndam dengan memakai larutan PK 20 ppm selama 30 menit.
Kemudian bilas hingga bersih. Inkubator dengan kapasitas/ volume 200 liter sanggup diisi telur 500.000 butir telur atau 2500 butir telur/liter air. Selama pemeliharaan debit air harus ditambah sesudah telur memasuki fase blastula. Secara bertahap debit air diperbesar dari 0,7 liter/menit menjadi 1,2 liter/menit kemudian ditingkatkan menjadi 1,5 liter/menit hingga telur menetas. Telur yang telah dibuahi akan menetas selama 1-2 hari, suhu optimal untuk pertumbuhan telur yaitu pada 20oC-22oC dan relatif stabil, selain suhu media pemeliharaan telur juga harus mempunyai tingkat kekeruhan dan CO2 dan NH3 yang rendah, kandungan oksigen terlarut dalam air (DO) 5-6 ppm, Djarijah, (2007).Sedangkan berdasarkan Khairuman, dkk, (2008) Parameter kualitas air untuk pembenihan ikan mas sanggup dilihat pada tabel 5. Sedangkan untuk kekeruhan air media sanggup dilihat pada tabel 6.
Tabel 5. Kualitas Air Untuk Pembenihan
Parameter Kualitas Air | Nilai Batas |
a. Fisika | |
- Residu Padat Telarut Total | Maksimum 2000 mg/l |
- Padatan tersuspensi | Maksimum 400 mg/l |
- Kekeruhan | Maksimum 50 JTV |
- Suhu | 26-28°C (Fluktuasi normal sekitar 4°C |
b. Kimia | |
-Oksigen terlarut | Lebih besar dari 2 mg/l. Kandungan minimum 6 mg/l tidak boleh terjadi selama lebih dari 8 jam berturut-turut |
-Karbondioksida | 0-12 mg/l |
-Ph | 6,5-8,5 |
-Alkalinitas (CaCO3) | Minimum 20 ml/ |
Kesadahan total (CaCO3) | Minimum 20 ml/l |
Amonia total | Maksimum 0,02 mg/l |
Nitrit | Maksimum 0,1 mg/l |
-Pestisida organoklor | Maksimum (0,01 x LC50 - 96 jam) mg/l |
-pestisida organofosfat | Maksimum (0,03 x LC50 - 96 jam) mg/l dan karbonat |
Sumber:Atmadja Hardjamulia, 1988 (dalam Khairuman, dkk, 2008)
Tabel 6. Kekeruhan Air Media
Kedalaman (cm) | Keterangan |
1-25 | Air Keruh disebabkan oleh |
| -Plankton |
| -Partikel tanah |
25-50 | Optimal (Plankton cukup) |
50 | Air jernih disebabkan oleh jumlah plankton yang sedikit |
Sumber: Usni Arie dalam perjuangan pembenihan dan pembesaran Nila gift, (2000),
(dalam Khairuman, dkk, 2008)
C. PENDEDERAN IKAN MAS
1. Persiapan Wadah Pendederan
1) Kolam Tanah
Pendederan ikan mas yaitu kegiatan memelihara larva yang berasal dari kolam penetasan hingga mencapai benih yang siap dipelihara di tempat pembesaran. Benih ini disebut sangkal, yaitu benih yang berukuran 10 – 12 cm, dan mempunyai berat rata-rata 10 gram.
Kegiatan ini dilakukan di kolam selama 14 hingga 30 hari, Kolam pendederan ikan mas harus subur. Pada kolam yang subur tumbuh pakan alami dengan bermacam-macam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah. Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat. Persiapan kolam pada kegiatan pendederan terdiri dari pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir, pengapuran, pemupukan, serta pengairan.
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan terjemur sinar matahari.
Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar sudah retak-retak. Biasanya selama 4–7 hari. Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit, memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk mempermudah per-baikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir, Arie dan Muharam, (2009).
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang dengan tanah dasar, semoga semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran yang lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, kemudian ditutup kembali dengan tanah. Bila bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik. Perbaikan pematang bertujuan semoga kolam terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya sanggup dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, lantaran pakan alami selalu tersedia dan benih tidak gampang keluar akhir arus air.
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh kepingan dasar kolam, tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya semoga tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis. Tanah dasar yang kedap sanggup menahan air dan tidak porous.
Struktur tanah yang baik sanggup memperlancar proses penguraian materi organik (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik. Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas- gas beracun, ibarat amoniak, sulfur dan lain-lain. Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik dari pintu pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara 40 - 50 cm. Tanahnya digali sedalam 5 – 10 cm, kemudian dilemparkan ke pelataran. Pembuatan kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan benih ketika panen.
Pengapuran dilakukan sesudah pembuatan kemalir dengan cara menyiramkan air kapur ke seluruh kepingan tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran sanggup dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh kepingan tanah dasar dan pematang. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan.
Setelah tanah siap maka proses selanjutnya ada pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam. Dengan cara ibarat itu pupuk sanggup tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami akan merata di seluruh kepingan kolam.
Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami semoga kolam menjadi subur. Pakan alami sangat mempunyai kegunaan untuk benih semoga tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air selama 4 – 6 hari. Caranya dengan menutup pintu pengeluaran air (monik) dengan 3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10 cm, kemudian membuka pintu pemasukan air untuk mengalirkan air. Setelah air mencapai ¾ bagian, pintu pemasukan ditutup, semoga air pupuk tidak ter-buang. Selain cara di atas, pemupukan sanggup pula dilakukan sesudah kolam diisi air, semoga tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk yang baik untuk kolam yaitu kotoran ayam atau puyuh. Dosis pupuknya 500 – 1000 gram/m2.
2) Kolam Beton
Persiapan kolam yang dilakukan di kolam beton tidak serumit pada kolam dari tanah. kolam beton yang akan digunakan harus dicuci terlebih dahulu, apabila ukuran dari kolam tidak terlalu besar maka kolam sebaiknya disikat, dibilas kemudian dikeringkan, hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan lumut yang melekat pada dinding dan dasar bak, sedangkan pengeringan bertujuan untuk memutus siklus hidup penyakit yang kemungkinan ada di kolam sesudah digunakan pada kegiatan pendederan sebelumnya.
Pemupukan yang dilakukan tidak disebar di dasar kolam melainkan pupuk dimasukkan ke dalam karung, pupuk yang dimasukkan ke dalam karung ini selain tidak mengotori kolam juga gampang dalam pengambilan apabila pupuk sudah tidak efektif lagi.
2. Pemeliharaan Benih
1) Penebaran Benih
Penebaran larva atau benih dilakukan pagi hari, ketika suhu air rendah, yaitu antara pukul 06.00 – 07.00. Tujuannya semoga larva atau benih tidak stress akhir suhu tinggi. Larva atau benih yang ditebar terlalu siang bisa strees akhir kepanasan. Sebelum ditebar ke dalam kolam maka perlu dilakukan aklimatisasi yaitu menyamakan suhu kantong dengan suhu kolam.
Padat tebar pendederan antara 100 – 200 ekor/m2, semoga jumlahnya diketahui, sebelum ditebar larva atau benih dihitung terlebih dahulu. Cara menghitungnya harus hati-hati, lantaran kondisi tubuhnya masih lemah dan gampang terluka. Cara menghitung yang paling baik dan risikonya paling kecil yaitu secara volumetrik.
Cara menghitung benih secara volumetrik : tangkap benih dengan sekupnet halus atau ayakan kecil; biarkan selama 10 detik semoga airnya turun; masukan benih ke dalam gelas minum, mangkuk kecil, atau literan sebagai takaran; hitung benih dalam wadah itu; masukan ke wadah lain; takar seluruh benih.
Untuk menghitung jumlah benih seluruhnya sanggup digunakan dengan rumus :
A = B/C x D
A = Jumlah benih keseluruhan (ekor
B = Jumlah benih dalam takaran kecil (ekor)
C = Volume gelas (cc)
D = Volume total (cc)
2) Pemberian Pakan Tambahan
Pakan pelengkap diberikan sesudah 4 hari dari penebaran, lantaran pada awal penebaran, pakan alami masih cukup tersedia, sedangkan sesudah 4 hari pakan alami diperkirakan sudah mulai berkurang. Pemberiannya dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pukul 09.00 dan pukul 15.00. Dosisnya 20 gram /100 ekor benih pada ahad pertama, 30 gram pada ahad kedua, demikian seterusnya takaran pakan pelengkap ditambah sesuai dengan kebutuhan. Pemberian pakan pelengkap dilakukan dengan cara menebar pribadi ke kolam.
3) Pengontrolan
Pengontrolan dilakukan setiap hari untuk melihat keadaan kolam. Waktunya bisa bersamaan dengan pertolongan pakan tambahan. Saat pengontrolan keadaannya harus diamati dengan cermat, semoga setiap insiden sanggup segera ditangani.
Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki semoga ketinggian air sanggup dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa arus air.
Air yang masuk juga harus diatur debitnya semoga tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tetapi air debit air tersebut cukup untuk mempertahankan ketinggian air kolam. Kemudian bila ada gejala benih terjangkit penyakit harus segera diambil tindakan. Benih yang terjangkit ditandai dengan gerakannya lamban atau tidak normal, dan tidak napsu makan. Kemudian bila dilihat lebih bersahabat atau ditangkap badannya berwarna pucat.
3. Panen
Pemanenan benih dilakukan sesudah masa pemeliharaan berakhir. Caranya yaitu dengan mengeringkan air kolam secara perlahan-lahan, yaitu dengan membuka papan pintu air. Mula-mula saringan dipasang di depan pintu pengeluaran, ambil papan yang paling atas dan biarkan airnya terbuang hingga mencapai ketinggian papan di bawahnya. Sambil menunggu air kolam surut, benih bertahap ditangkap dengan waring, dimasukan dalam ember, kemudian ditampung dalam hapa yang dipasang tidak jauh dari tempat panen.
Benih yang sudah ditangkap sebaiknya dibiarkan dalam hapa tersebut selama 1 malam semoga kondisinya tubuhnya pulih kembali. Air yang masuk ke kolam penyimpanan hapa harus higienis semoga tidak mengotori air dalam hapa. Bila kondisi kurang kondusif sebaiknya benih dipindah ke dalam kolam atau hapa lainnya yang dipasang di tempat yang terjamin keamanannya, contohnya di dalam ruangan (indoor hatchery). Berikut disajikan data pertumbuhan benih hasil pendederan di kolam dalam setiap minggu. Ukuran benih yang dihasilkan tergantung dari kesuburan kolam, dan cara pengelolaan. Namun pada umumnya benih yang dihasilkan dari kegiatan pendederan yaitu 10 – 12 cm (berat antara 9 – 11 gram).
Tabel dibawah ini yaitu tabel pertumbuhan panjang berat ikan per minggunya
Tabel 7. Tingkat Pertumbuhan Benih
Umur (Minggu) | Panjang (cm) | Berat (gram) |
2-3 | 1-3 | 0,1-0,5 |
3-4 | 3-5 | 0,5-2,5 |
4-6 | 5-8 | 2,5-10 |
6-9 | 8-12 | 10-20 |
9-12 | 12-20 | 100-200 |
Sumber: Petunjuk teknis Pengoperasian Suatu unit perjuangan pembenihan ikan mas, 1988 dalam Khairuman, dkk, (2008)
4. Paska Panen
Menurut Kurniawan, (2011) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pananganan benih yaitu sebagai berikut:
a. Benih ikan harus dipilih yang sehat yaitu bebas dari penyakit, benalu dan tidak cacat. Setelah itu benih ikan gres dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem terbuka).
b. Air yang digunakan media pengangkutan harus benih sehat, bebas hama dan penyakit serta materi organik lainnya, sebagai contoh sanggup digunakan air sumur yang telah di aerasi.
c. Sebelum diangkut benih ikan harus diberok(dipuasakan) dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa kolam yang berisi air higienis dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan sanggup dibentuk dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, kolam pemberokan sanggup menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran 3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus diubahsuaikan dengan ukuran benihnya.
d. Berdasarkan lama/jarak pengiriman, sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Sistem Terbuka
Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak bersahabat atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa kolam . Setiap keramba sanggup diisi air higienis 15 liter dan sanggup untuk mengangkut sekitar 5000 ekor benih ukuran 3-5 cm.
2) Sistem Tertutup
Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, memakai kantong plastik. Volume media pengangkutan terdiri dari air higienis 5 liter yang diberi buffer Na2(HPO)4.H2O sebanyak 9 gram. Cara pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik: (1) masukkan air higienis ke dalam kantong plastik kemudian benih; (3) hilangkan udara dengan menekan kantong plastik ke permukaan air; (3) alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2); (4) kantong plastik kemudian diikat. (5) kantong plastik dimasukkan ke dalam dos dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m, lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m sanggup diisi 2 buah kantong plastik.
D. PEMBESARAN IKAN MAS
1. Persiapan Wadah Pembesaran
Kolam pembesaran ikan mas harus subur. Persiapan kolam pada kegiatan pembesaran pada prinsipnya sama ibarat persiapan kolam pada kegiatan pendederan Sehingga tidak perlu di bahas kembali.
2. Pemeliharaan Benih
1) Penebaran Benih
Penebaran Benih pada kegiatan pembesaran intinya sama dengan kegiatan pendederan yaitu sebaiknya dilakukan pada pagi, sore atau malam hari lantaran jikalau dilakukan ada siang hari maka perbedaan suhu antara air kolam dan air pada kantong benih berbeda jauh. Pebedaan suhu yang terlalu jauh sanggup mengakibatkan benih stres dan sanggup mengakibatkan kematian. Sebelum dilepaskan kantong dimasukkan ke dalam kolam hingga suhu kantong dan suhu kolam relatif sama, samanya suhu kantong dan kolam ditandai dengan keluarnya embun di dalam kantong benih.
Pada ketika penebaran benih dituang secara hati-hati dan perlahan-lahan ke dalam kolam semoga benih tidak tres, perjalanan selama pengiriman mengakibatkan benih menjadi lemah sehingga peluang benih mengalami stres menjadi semakin besar.
Benih yang digunakan berukuran 7-10 gram. Padat tebar pada kegiatan pembesaran di kolam tanah dengan kedalaman 1,2 m yang baik berkisar antara 100-150 ekor/m, Nugroho dan Kristanto, (2008). Penghitungan benih dilakukan dengan cara yang sama dengan penghitungan larva pada kegiatan pendederan. Contoh perkara yaitu sebagai berikut. Kolam ukuran 1.000 m2, kemudian diisi air setinggi 60 cm. Benih ikan mas seberat 100 kg dimasukkan ke dalam kolam, beri pakan 3%-5% dari berat benih ikan mas setiap hari, Panen sanggup dilakukan panen sesudah 3 bulan. Dengan model pemeliharaan ibarat ini kolam sanggup menghasilkan ikan konsumsi sebanyak 400 – 500 kg.
2) Pemberian Pakan Tambahan
Selama pemeliharaan, ikan mas harus diberi kuliner tambahan, pakan pelengkap yang baik yaitu pelet yang mempunyai kandungan protein tidak kurang dari 30%, takaran pakan yang diberikan yaitu 3-5 persen dari biomassa (berat total ikan) yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari Pemberian pakan pelengkap dilakukan dengan cara menebar pribadi ke kolam.
Pemberian pakan tidak dilakukan pada malam hari lantaran ikan mas tidak bersifat nokturnal yaitu ikan yang aktif pada malam hari, disamping itu suhu pada malam hari cenderung rendah sehingga nafsu makan ikan cenderung rendah pula. Pengontrolan pertolongan pakan harus dilakukan lantaran jikalau pakan yang diberikan berlebihan maka pakan akan tidak akan tergoda sehingga sanggup membusuk dan mencemari kolam, disamping mencemari air kolam pemborosan pakan akan mengakibatkan membengkaknya biaya pemeliharaan.
3) Pengontrolan
Pengontrolan yang dilakukan pada kegiatan pembesaran intinya sama dengan kegiatan pendederan. Pengontrolan diharapkan untuk mengetahui baik kondisi kolam maupun ikan.
Bila ada bocoran pada pematang, segera diperbaiki semoga ketinggian air sanggup dipertahankan dan larva atau benih tidak terbawa arus air. Air yang masuk juga harus diatur debitnya semoga tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, tetapi air debit air tersebut cukup untuk mempertahankan ketinggian air kolam. Kemudian bila ada gejala benih terjangkit penyakit harus segera diambil tindakan. Benih yang terjangkit ditandai dengan gerakannya lamban atau tidak normal, dan tidak napsu makan. Kemudian bila dilihat lebih bersahabat atau ditangkap badannya berwarna pucat.
4) Pembesaran di Keramba Jaring Apung
Menurut GaleriUKM, (2011) Pembesaran Ikan Mas sanggup dilakukan dalam keramba Jaring Apung yang biasa dipasang di perairan umum. Pemilihan lokasi penempatan jaring dalam suatu perairan akan sangat menunjang berhasilnya proses produksi. Beberapa karakteristik perairan yang tepat antara lain : Air bergerak dengan arus terbesar, tetapi bukan arus kuat, Penempatan jaring sanggup dipasang sejajar dengan arah angin, Badan air cukup besar dan luas sehingga sanggup menjamin stabilitas kualitas air, Kedalaman air minimal sanggup mencapai jarak antara dasar jaring dengan dasar perairan 1,0 meter, Kualitas air mendukung pertumbuhan ibarat suhu perairan 27oC hingga 30oC, oksigen terlarut tidak kurang dari 4,0 mg/l, dan kecerahan tidak kurang dari 80 cm.
Satu unit Keramba Jaring Apung minimal terdiri dari kantong jaring dan kerangka jaring. Dimensi unit jaring berbentuk persegi empat dengan ukuran kantong jaring 7 x 7 x 3 M3 atau 6 x 6 x 3 M3. Satu unit Keramba Jaring Apung terdiri empat set kantong dan satu set terdiri dari dua lapis kantong Bagian tubuh kantong jaring yang masuk kedalam air 2,0 hingga 2,5 meter. Kerangka jaring terbuat sanggup dibentuk dari besi atau bambu dan pelampung berupa sterofoam atau drum. Bahan kantong jaring berasal dari benang polietina. Frekuensi pertolongan pakan minimal dua kali per hari. Sedangkan cara pertolongan pakan semoga efektif disarankan memakai feeding frame yang sanggup dibentuk dari waring dengan mesh size 2,0 mm berbentuk persegi empat seluas 1,0 smpai 2,0 m2. Alat ini di pasang di dalam tubuh air kantong jaring pada kedalaman 30 hingga 50 cm dari permukaan air. Dengan penebaran bibit seberat 300 kg dalam waktu 3 bulan akan menghasilkan ikan mas konsumsi 1.5 hingga 2 ton.
5) Pembesaran di Kolam Air Deras
Menurut GaleriUKM, (2011) Pemeliharaan ikan mas di kolam air deras harus mempertimbangkan beberapa hal antara lain lokasi bersahabat dengan sumber air (sungai, irigasi, dan lain-lain.) dengan topografi yang memungkinkan air kolam sanggup dikeringkan dengan cara gravitasi, kualitas air yang digunakan berkualitas baik dan tidak terkontaminasi (kandungan oksigen terlarut 6-8 ppm) dan dengan debit air minimal 100 liter permenit.
Bentuk kolam air deras bermacam-macam tergantung kondisi lahan, bisa segitiga, bundar maupun oval. Ukurannya bervariasi diubahsuaikan dengan kondisi lahan dan kemampuan pembiayaan. Umumnya kolam berukuran 10-100 m2 dengan kedalaman rata-rata 1,0 – 1,5 meter. Dinding kolam tidak terkikis oleh fatwa air dan acara ikan . Oleh lantaran itu harus berkontruksi tembok atau lapis papan. Dasar kolam harus memungkinkan tidak kawasan mati fatwa (tempat dimana kotoran mengendap). Oleh lantaran itu kemiringan kolam harus sesuai (sekitar 2 – 5o).Padat tebar ikan ukuran 75 -150 gram/ ekor sebanyak 10 – 15 kg /m3 air kolam. Dosis pakan yang diberikan sebannyak 3-5% bobot biomass /hari. Frekuensi pemberiannya 3 kali/hari.
3. Panen
Pemanenan pada kegiatan pembesaran ikan mas intinya sama dengan kegiatan pendederan, pemanenan sebaiknya dilakukan pada sore, malam atau pagi (sebelum matahari terbit), pemanenan yang dilakukan pada siang hari mengakibatkan kondisi ikan cepat turun lantaran kepanasan baik pada ketika proses pengemasan maupun proses pengiriman, turunnya kondisi ikan tersebut akan meningkatkan potensi ikan menjadi stres dan sanggup mengakibatkan kematian.
Namun apabila akan dipanen dan ikan mau dimatikan maka panen sanggup dilakukan pada siang hari dan sebaiknya sesudah dicuci dimasukkan ke dalam almari pendingin atau diberi es kerikil semoga tetap segar.
4. Paska Panen
Penanganan pascapanen ikan mas sanggup dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1) Penanganan Ikan Hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan semoga ikan tersebut hingga ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
a. Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 derajat
b. Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
c. Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
2) Penanganan Ikan Segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesejukan antara lain:
a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati semoga ikan-ikan tidak luka.
b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci semoga higienis dan lendir.
c. Wadah pengangkut harus higienis dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak bersahabat (2 jam perjalanan), sanggup digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
d. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 derajat.
Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, kemudian disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan epilog kotak.
5. Hama Penyakit
Menurut Tamang, (2011) hama dan peyakit ikan mas yaitu sebagai berikut:
1) Hama
a. Bebeasan (Notonecta)
Berbahaya bagi benih lantaran sengatannya. Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter persegi.
b. Uncrit (Larva cybister)
Menjepit tubuh ikan dengan taringnya hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas;hindari materi organik menumpuk di sekitar kolam.
c. Kodok
Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering membuang telur yang mengapunmenagkap dan membuang hidup-hidup.
d. Ular
Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian: lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
e. Linsang
Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang jebakan berumpun.
f. Burung
Memakan benih yang berwarna menyala ibarat merah, kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu semoga supaya sulit menerkam; diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
g. Ikan Gabus
Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air diberi saringan atau dibentuk kolam filter.
h. Belut dan Kepiting
Pengendalian: lakukan penangkapan.
2) Penyakit
a. Binti Merah (White Spot)
Gejala: pada kepingan tubuh (kepala, insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat terlihat terang lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya dan berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian: direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam dapur NaCl selama 10 menit, takaran 1-3 gram/100 cc air.
b. Bengkak Insang dan Badan ( Myxosporesis)
Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan, kepingan punggung terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara total, ditabur kapur tohon 200 gram/m2, biarkan selama 1-2 minggu.
c. Cacing Insang, Sirip dan Kulit (Dactypogyrus dan girodactyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang kala rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada insang. Pengendalian: (1) direndan dalam larutan formalin 250 gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam; (2) hindari penebaran ikan yang berlebihan.
d. Kutu Ikan (Argulosis)
Gejala: benih dan induk menjadi kurus, lantaran dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat terang adanya bercak merah (hemorrtage). Pengendalian: (1) ikan yang terinfeksi direndan dalam garam dapur 20 gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm (10 ml/m3) selama 30 menit; (2) dengan pengeringan kolam hingga retak-retak.
e. Jamur
Menyerang kepingan kepala, tutup insang, sirip dan kepingan yang lainnya. Gejala: tubuh yang diserang tampak ibarat kapas. Telur yang terjangkit jamur, terlihat benang halus ibarat kapas. Pengendalian: direndam dalam larutan Malactile green oxalat (MGO) takaran 3 gram/m3 selama 30 menit; telur yang terjangkit direndam dengan MGO 2-3 gram/m3 selama 1 jam.
f. Gatal (Trichodiniasis)
Menyerang benih ikan. Gejala: gerakan lamban; suka menggosok-gosokan tubuh pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian: rendam selam 15 menit dalam larutan formalin 150-200 ppm.
g. Bakteri psedomonas flurescens
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: pendarahan dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis. Pengendalian: pertolongan pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine 200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
h. Bakteri aeromonas punctata
Penyakit yang sangat ganas. Gejala: warna tubuh suram, tidak cerah; kulit kesat dan melepuh;cara bernafas mengap-mengap; kantong empedu gembung; pendarahan.
KEPUSTAKAAN
Susanto, H., Agus R. 2002. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suseno D. 2002. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta.
Djarijah. A.. 2007. Pembenihan Ikan Mas.Kanisius. Togyakarta.
Santoso B. 2005. Petunjuk Mudah Budidaya Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta
Khairuman. S.P., Dodi. S., Bambang. G.n 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional SNI: 01-6134-1999. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock). Direktorat Perbenihan DIRJEN Perikanan Budidaya DKP. Jakarta
Kurniawan D. 2011. Transportasi Benih Ikan.
https://wikiperikanan.blogspot.com//search?q=22/statistik-perikanan/
Tamang. L. S. 2011. Budidaya Ikan Mas. http://liduntamang.blogspot.com/2011/06/budi-daya-ikan-mas
Nugroho, E dan Kristanto. A. H. 2008. Panduan Lengkap Ikan Konsumsi Air Tawar Populer. Penebar Swadaya. Jakarta.
GaleriUKM. 2011. Budidaya Ikan Mas. http://galeriukm.web.id/unit-usaha/perikanan/budidaya-ikan-mas.
Gema Wirausaha. 2011. Budidaya Ikan Mas.
https://wikiperikanan.blogspot.com//search?q=22/statistik-perikanan/
Tamang. L. S. 2011. Budidaya Ikan Mas. http://liduntamang.blogspot.com/2011/06/budi-daya-ikan-mas.
Arie. U dan Muharam. C.2009. Panen Ikan Mas 2,5 Bulan. Penebar Swadaya.Jakarta