Kendala Penyakit pada Produksi Benih Vanamei di Asia | Masalah utama dalam produksi PL udang vannamei di Asia terjadi pada tahap zoea, di mana perkembangan larva. Zoea ialah tahap larva pertama yang masih tergantung pada makanan dari luar dan mempunyai kanal pencernaan berupa usus yang gres terbentuk.
Masalah pada Zoea yang paling umum, yang disebut zoea II atau Z sindrom II, telah menjangkiti banyak hatchery di negeri Barat sehingga tidak mengagetkan bagi industri hatchery di Asia. Yang terjadi pada dikala penyakit ini berlangsung, ketika metamorfosa larva pada tahap zoea II, usus kosong dan larva tidak pernah mau memulai untuk makan. Sel-sel epitel yang melapisi usus menembus masuk ke lumen, dan larva akan mati sebelum mencapai zoea III. Tidak ada patogen yang bangun sendiri (tunggal) yang telah teridentifikasi sebagai penyebab persoalan penyakit ini.
Upaya untuk mencegah zoea II biasanya mencakup peningkatan kebersihan sepanjang proses pemeliharaan larva. Peningkatan kualitas pakan alami (plankton) menggunakan pengenceran serial (metode kultur batch) seringkali membantu. Solusi yang cukup membantu untuk mengatasi persoalan penyakit selama zoea II telah dijelaskan oleh Garriques dkk pada tahun 1995.
Di dalam solusi tersebut dijelaskan pengembangan penggunaan probiotik pada akomodasi hatchery. Probiotik hasil isolasi dari lingkungan lokal dan lalu dukultur secara masal ibarat halnya mikroalga. Selain itu penambahan gula setiap hari ke dalam probiotik sebagai nutrisi, sanggup mencegah pembentukan strain bakteri patogen kompetitif.
Penyebab umum lainnya kematian zoea ialah kontaminasi logam berat dalam air, yang menimbulkan cacat pada kaki-kaki selama tahap zoea. Penambahan 10 ppm EDTA ke dalam air pemeliharaan sanggup menghilangkan persoalan ini. Penyebab lain persoalan zoea berafiliasi dengan nutrisi induk. Selama tingginya tingkat pematangan, pemijahan, dan rematurasi, induk betina memerlukan nutrisi tertentu dalam tingkat yang sangat tinggi . High Health Aquaculture, sebuah perusahaan pemasok induk vannamei SPF dan pemasok teknologi untuk beberapa proyek pembenihan besar di Asia, menawarkan bahwa kandungan pigmen yang tidak memadai dalam pakan induk akan mengakibatkan induk defisiensi pigmen, yang berakibat pada memutihnya warna ovarium dari merah / oranye menjadi abu-abu / putih .
Pada tahap zoea, kuning telur pada larva dari induk yang kekurang pigmen akan tidak mempunyai warna. Larva akan terlihat cacat pada kaki-kaki dan menawarkan kelangsungan hidup yang rendah pada tahap zoea II-III. Masalah ini sanggup diatasi dengan penambahan pigmen ke dalam makanan induk. Metode yang sederhana untuk menambahkan pigmen ialah dengan melapisi pakan induk berupa cumi dengan paprika.