kawin silang mas koki bermata normal dengan mas koki mata teleskop yang murni akan menghasilkan keturunan pertama yang semuanya bermata normal. Hasil ini menunjukkan, bahwa gen (pembawa keturunan) mata normal lebih secara umum dikuasai dibanding gen mata teleskop.
Jika antar-sesama turunan (inbreeding) pertama (F1) dikawinkan kembali, akan dihasilkan bawah umur ikan mas koki bermata normal dan bermata teleskop dengan perbandingan jumlah masing-masing tiga potongan untuk mata normal, dan sebagian untuk mata teleskop.
Setiap ras mas koki mempunyai kekuatan (dominasi) gen yang berbeda, lantaran itu hasil yang akan diperoleh pada keturunan kedua (F2) tidak akan selalu berbanding 3 dan 1. Karena hasil persilangan antara crusian carp dengan maskoki mata teleskop, pada perkawinan antar keturunan F2 menghasilkan bawah umur mas koki bermata normal dan bermata teleskop dengan perbandingan 15 : 1.
Sedikitnya jumlah anak mas koki mata teleskop disebabkan lantaran pada crusian carp terdapat faktor penghambat timbulnya sifat mata teleskop. Adanya faktor penghambat itu sanggup dijelaskan sebagai berikut.
Pada pola silangan pertama di atas, ialah antara mas koki mata normal dengan maskoki mata teleskop diperoleh genotipe (individu yang mempunyai pembawa sifat/gen) masing-masing AA untuk mata normal dan aa untuk mata teleskop.
Gen A lebih secara umum dikuasai daripada a, maka turunan F1 akan mempunyai genotipe Aa. Karena mengandung gen A, maskoki F1 ini bermata normal.
Mas koki F2 akan mempunyai genotipe AA (mata normal), Aa (mata normal) dan aa (mata teleskop). Masing-masing genotipe yang muncul mempunyai perbandingan jumlah 1 potongan untuk AA, 3 potongan untuk Aa, dan sebagian untuk aa.