Cacing sutra/tubifek merupakan salah satu jenis pakan alternatif bagi ikan lele ukuran bibit. Cacing tubifek dikenal juga dengan sebutan cacing rambut. Tubuhnya berukuran kecil, ramping, lingkaran dan terdiri atas 30-60 segmen. Tubuh cacing tubifek terdiri dari dua lapis otot yang membujur dan melingkar sepanjang tubuhnya. Panjangnya antara 10-30 mm dengan warna badan kemerah-merahan. Spesies ini memiliki kanal pencernaan berupa celah kecil mulai dari lisan hingga anus.
Cacing tubifek biasanya hidup di kanal air yang jernih dan sedikit mengalir dengan dasar perairan mengandung banyak materi organik yang dijadikan makanannya. Cacing ini hidup berkoloni, bab ekornya berada di permukaan dan berfungsi sebagai alat bernafas dengan cara difusi eksklusif dari udara.
Sebagaimana cacing lain,spesies ini merupakan jenis hermaprodit dan berkembang biak dengan cara bertelur dari betina yang telah matang telur. Telur cacing tubifek terjadi dalam kokon yaitu suatu bangunan berbentuk blat dan dibuat oleh kelenjar epidermis dari salah satu segmen tubuhnya. Telur yang ada dalam kokon mengalami pembelahan, selanjutnya berkembang membentuk segmen-segmen. Setelah beberapa hari, embrio cacing akan keluar dari kokon.
Budidaya cacing tubifek sanggup dilakukan di parit beton atau pada kolam. Kolam yang dipakai sanggup berukuran kecil atau besar yang diberi petakan papan di dalmnya.
- Cara Budidaya Di Parit
Wadah untuk membudidayakan cacing tubifek ialah parit beton atau kotak kayu dengan lebar 50 cm panjang 5-10 m, lebar 50 cm dan tinggi 20-30 cm, yang telah dilapisi plastik. Media budidaya yang dipakai berupa adonan kotoran ayam segar dan lumpur bak dengan perbandingan 1 : 1. media ini diratakan di dasar parit dengan ketebalan 5 cm dan selanjutnya diairi dengan debet 900 per menit.
Sehari sesudah media diairi air, bibit cacing tubifek ditebarkan sebanyak 2 g untuk setiap meter persegi media. Untuk menjaga keberadaan pakan cacing, setiap ahad sekali dilakukan pemupukan dgn kotoran ayam yg diberikan untuk pemupukan ulang sebanyak 9 % dari jumlah kotoran ayam awal.
Setelah 2 bulan pemeliharaan, cacing sudah sanggup dipanen. Selanjutnya panen dilakukan setiap 2 ahad sekali. Cara memanennya, cacing diambil secara acak pada populasi yang padat dgn pemberian serokan lalu dimasukan ke baskom yg sdh diberi air. Cacing yang diambil biasanya masih kotor alasannya ialah media pemeliharaan ikut terbawa. Agar cacing keluar dari medianya, permukaan baskom ditutup selama 6 jam. Biasanya sesudah 6 jam cacing akan naik ke permukaan air. Cacing yang bergerombol di permukan ini selanjutnya diambil dengan tangan.
- Cara Budidaya Di Kolam
Pada prinsipnya, budidaya cacing tubifek di bak sama dengan budidaya di parit. Untuk itu, bak dimodifikasi sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ibarat parit daerah budidaya cacing. Untuk keperluan ini sanggup dipakai papan-papan kayu yang dibuat berbentuk kubus dgn ukuran sekitar (1x1)m. Pada dua sudut kotak yang berseberangan secara diagonal dibuat coakan yang berfungsi sebagai inlet dan outlet.
Kotak-kotak ini ditanam sebagian di dasar bak dengan bab yang menonjol ke permukaan sekitar 10 cm. Karena posisi coakan sebagai inlet dan outlet maka coakan ini sebaiknya terletak di bab yang tidak ditanam. Bagian tanah di dalam kotak digemburkan dengan dicangkul selanjutnya dipupuk. Pupuk yang dipakai berupa pupuk sangkar yang telah higienis dari bahan-bahan lain dan dihaluskan. Pupuk ini dicampurkan dengan tanah dalam kotak secara merata. Setelah proses pemupukan selesai, bak diisi air dengan ketinggian sekitar 5 cm. biarkan selama 3-4 hari untuk proses pembusukan.
Aliran air ke dalam bak dikontrol dan diusahakan debet air yang mengalir ke dalam bak dan masing-masing kotak relatif kecil. Bibit cacing sanggup ditanam dengan menciptakan lubang di tanah lalu bibit tersebut dimasukan ke dalam lubang tersebut. Selama masa pemeliharaan, fatwa air harus dikontrol dan jangan hingga bak kekeringan. Panen dilakukan dengan mengambil cacing memakai cangkul kecil secara acak pada populasi yang padat.