Skip to main content

Pengenalan, Penanggulangan Dan Pencegahan Penyakit

Hama dan penyakit ikan merupakan salah satu dilema yang sangat serius dalam perjuangan budidaya ikan. Dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya maka luas areal semakin sempit, padat penebaran semakin tinggi, serta pertolongan pakan buatan semakin ditingkatkan. Sementara air yang digunakan, secara bertahap, mengalami pengotoran oleh materi organik maupun cemaran limbah inustri. Keadaan mirip ini membuka peluang bagi tumbuh dan berkembangnya wabah dan benalu ikan. Oleh lantaran itu, tidak mengherankan bila sekarang dilema hama dan penyakit ikan seolah – olah menjadi momok yang sangat angker lantaran bisa menimbulkan kerugian yang sangat besar.
Berikut penyakit yang sering menyerang dan bagaimana cara penanggulangan dan pencegahan penyakit pada ikan mas.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA PENYAKIT
 
Terdapat banyak faktor yang memilih seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya ialah Host (organisme peliharaan/inang), Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut fisik, kimia atau tingkah laris mirip stress). Sehingga sanggup dikatakan bahwa penyakit merupakan verbal dari kompleks interaksi antara host-pathogen-environment. Hal di atas digambarkan oleh Snieszko dalam Zonneveld (1994) melalui 3 bundar yang saling overlapping untuk memperlihatkan interaksi antara host, potential pathogen dan environment (lingkungan).

Snieszko Ring


PENYAKIT NON PARASITER

Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini sanggup dikelompokkan menurut faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup) dan pakan.

a. Lingkungan/Kualitas Air
Perlu diingat bahwa kualitas air memegang peranan penting dalam aktivitas budidaya khususnya dan perikanan pada umumnya. Pada peranan alami kualitas air mensugesti seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman, ikan, zooplankton dsb) (Zonneveld,dkk.,1994).
Beberapa kondisi lingkungan yang menimbulkan janjkematian ikan ialah :
-    Perubahan suhu air secara mendadak
-    pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi
-    Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
-  Meningkatnya senyawa-senyawa beracun mirip H2S (gas metan), karbondioksida, ammoniak, adanya polusi pestisida, limbah industri dan rumah tangga.
-    Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Djarijah, 1995).

Deplesi/kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sering menimbulkan janjkematian ikan terutama di kolam yang banyak mengandung materi organik. Secara tidak pribadi kekurangan oksigen menimbulkan ikan stress sehingga daya tahan badan menurun yang berakibat ikan tersebut gampang diserang organisme pathogen. Faktor utama yang mensugesti konsentrasi oksigen dalam kolam ialah fotosintesis, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Suhu juga memegang peranan penting dalam ketersediaan oksigen dalam air. Dimana peningkatan suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Variasi suhu air lebih kecil dan lebih lambat terjadinya bila dibandingkan dengan variasi suhu udara. Hal ini menimbulkan organisme akuatik seringkali kurang sanggup mentoleransi perubahan-perubahan suhu (Stenothermal). Akibatnya pencemaran termal yang ringanpun akan sanggup berakibat luas. Pertumbuhan embrio ikan mas pada suhu 30 0C mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20 0C (Tamanampo, 1994). Selanjutnya dikemukakan bahwa nafsu makan ikan mas konkret menurun apabila suhu air meningkat. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ikan mas yang dipijahkan di kolam secara alami, gres memijah sesudah suhu airnya berkisar 20 – 22 0C (Wardoyo dalamTamanampo, 1994). EIFAC dalam Tamanampo (1994) mengemukakan bahwa ikan mas yang dipelihara pada suhu 24 – 26 0C akan segera mati bila dipindahkan ke dalam perairan bersuhu 38,2 0C secara tiba-tiba tanpa aklimatisasi. Dan kalaupun sanggup hidup sesudah diaklimatisasi, ikan tersebut akan mengalami kendala dalam pertumbuhannya dan daya makannya. Selanjutnya Klein dalam Tamanampo (1994) menyatakan bahwa daya racun Potasium Sianida terhadap ikan air tawar ialah dua kali lipat apabila suhu airnya meningkat 10 0C.

b.  Pakan
Selain itu, baik buruknya kondisi badan ikan juga sangat dipengaruhi oleh faktor pakan yang diberikan. Pakan harus memenuhi kebutuhan ikan dengan memperhatikan kualitas dan kuantitas masakan tersebut.

PENYAKIT PARASITER
Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.

a. Virus Penyebab Penyakit
Ephithelioma papulasum merupakan virus yang sering menyerang ikan mas (C. carpio), ikan mas koki (Carassius auratus) dan beberapa jenis ikan hias air tawar. Serangan virus ini menimbulkan penyakit cacar, dimana pada badan ikan timbul bercak-bercak putih mirip susu yang perlahan-lahan membentuk lapisan lebar mirip beling atau lemak dengan ketebalan antara 1 - 2 mm (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Aktivitas serangan virus bersifat akut (mematikan), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan menimbulkan janjkematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh basil ataupun didahului oleh infeksi sekunder oleh organisme benalu contohnya Argulus (kutu ikan), Lernea dan lain-lain.

b. Bakteri Penyebab Penyakit
Berdasarkan reaksi sel basil terhadap pewarnaan warna gram, maka basil sanggup dikelompokkan menjadi 2 yaitu basil gram positif (terlihat berwarna biru) dan basil gram negatif (berwarna pink atau merah). Kebanyakan basil pathogen ikan termasuk golongan gram negatif, mirip Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp. dan Vibrio sp. Diman bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di permukaan badan ikan dan pada organ-organ badan potongan dalam ikan. Umumnya ikan mas sering terjangkit basil Aeromonas hydrophilla, A.salmonicida, dan Pseudomonas flourescens.

c. Jamur Penyebab Penyakit
Jamur ialah mikroorganisme yang sering terlihat mirip benang yang tumbuh di potongan dalam atau luar badan ikan. Ada beberapa organisme jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan mas, yaitu Saprolegnea sp. yang menimbulkan penyakit Saprolegniasis, Achlya sp., Branchiomyces sp. Tetapi yang paling akut dan ditakuti ialah Saprolegnea sp. dan Branchiomyces sp, alasannya ialah Saprolegnea sp. selain menyerang organisme remaja juga menyerang telur-telur ikan. Sedangkan Branchiomyces sp. sanggup menimbulkan janjkematian masal pada ikan budidaya.
Jamur Saprolegnea sp. menyerang ikan disebabkan adanya infeksi sekunder oleh organisme lain contohnya basil atau copepoda. Selain adanya luka juga juga dikarenakan suhu air menurun sehingga ikan stress. Pada ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya sekumpulan hypa (benang-benang halus ibarat kapas). Biasanya hypa ditemukan di potongan kepala, tutup insang dan sekitar sirip. Ikan-ikan ini biasanya menjadi kurus lantaran daya makan menurun dan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain.

d. Protozoa Penyebab Penyakit
Protozoa yang sering menyerang ikan mas ialah Icthyopthirius multifilis, Myxobulus sp., Tricodina sp. (Afrianto dan Liviawaty, 1992; Djarijah, 1995). Akibat serangan I. multifilis pada badan ikan banyak dijumpai bintik-bintik putih sehingga penyakit ini disebut White spot. Serangan protozoa ini umumnya terjadi pada isu terkini hujan dengan suhu berkisar 20 – 24 0C. Ikan yang terjangkit akan kehilangan fungsi insang sehingga mengganggu respirasi. Selain itu ikan menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.

e. Cacing Penyebab Penyakit
            Ada dua jenis cacing Kelas Trematoda yang kerap kali menyerang ikan mas serta ikan-ikan air tawar pada umumnya, yaitu Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp. Gyrodactylus sp. biasanya menyerang ikan pada potongan kulit dan sirip sedang Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing-cacing benalu ini akan menyerang ikan pada tingkat pemeliharaan yang cukup padat.


Saprolegnia
Saprolegnia atau dikenal juga sebagai "water molds" sanggup menyerang ikan dan juga telur ikan.  Mereka umum dijumpai pada air tawar maupun air payau.  Jamur ini dapat  tumbuh pada selang suhu 0 - 35 °C, dengan selang pertumbuhan optimal 15 - 30 °C.  Pada umumnya,  Saprolegnia akan menyerang potongan badan ikan yang terluka, dan selanjutnya sanggup pula menyebar pada jaringan sehat lainnya.  Serangan Saprolegnia biasanya berkaitan dengan kondisi kualitas air yang buruk, mirip sirkulasi air rendah, kadar oksigen terlarut rendah, atau kadar amonia tinggi, dan kadar materi organik tinggi.  Kehadiran Saproglegnia sering pulang disertai dengan kahadiran infeksi basil Columnaris, atau benalu eksernal lainnya. 
           

Gambar Ikan yang terjangkit Saprolegnia

Tanda-tanda penyakit
Kehadiran Saprolegnia biasanya ditandai dengan munculnya "benda" mirip kapas, berwarna putih, terkadang dengan kombinasi kelabu dan coklat, pada kulit, sirip, insang, mata atau telur ikan.  Apabila anda sempat melihatnya di bawah mikroskop maka akan tampak jamur  ini mirip sebuah pohon yang bercabang-cabang.

Pencegahan dan Perawatan 
Serangan Saprolegnia sanggup dihindari dengan melaksanakan perawatan yang baik terhadap kondisi akuarium, terutama dengan  menjaga kualitas air selalu dalam kondisi optimal, hindari pemeliharaan ikan dengan kepadatan tinggi untuk mencegah terjadinya luka, dan selalu menjaga ikan semoga menerima gizi yang memadai.  Apabila tanda-tanda serangan Saprolegnia ditemukan, segera lakukan penilaian kualitas air akuarium anda dan lakukan koreksi yang diperlukan. Apabila kondisi serangan pada ikan parah, lakukan pengobatan. Selain dengan fungisida khusus ikan, perlakuan dengan PK, formalin dan povidone iodine sanggup pula mengobati serangan Saprolegnia.
 
Branchiomycosis 
Branchiomyces demigrans atau  "Gill Rot (busuk insang)"  disebabkan oleh jamur Branchiomyces sanguinis and Branchiomyces demigrans . Spesies jamur ini biasanya dijumpai pada ikan yang mengalami stres lingkungan, mirip pH rendah (5.8 -6.5), kandungan oksigen rendah atau pertumbuhan algae yang berlebih dalam akuarium,  Branchiomyces sp.tumbuh pada temperatur 14 - 35°C , pertumbuhan optimal biasanya terjadi pada selang suhu 25 - 31°C.  Penyebab utama infeksi biasanya ialah spora jamur yang terbawa air dan kotoran pada dasar akuarium.
 
Tanda-tanda Penyakit 
Branchiomyces sanguinis  dan  B. demigrans pada umumnya menyerang insang ikan. Ikan yang terjangkit akan memperlihatkan tanda-tanda bernafas dengan tersengal-sengal dipermukaan air dan malas.  Insang tampak mengeras dan berwarna pucat, khususnya pada tempat yang terjangkit. Pengamatan dibawah mikroskop akan sangat membantu mengenali serangan jamur ini.   Apabila potongan jaringan yang terjangkit mati dan lepas, maka spora jamur akan ikut terbebas dan masuk kedalam air sehingga akan memungkinkan untuk  menyerang ikan lainnya.

Pencegahan dan Perawatan 
Usaha pencegahan merupakan cara yang sangat disarankan untuk mengontrol serangan jamur ini.  Pengelolaan lingkungan akuarium yang baik akan membuat kondisi yang tidak disukai oleh jamur tersebut untuk tumbuh. Apabila penyakit telah terlanjur berjangkit, segera lakukan isolasi. Formalin dan Copper Sulfat diketahui sanggup mencegah janjkematian tanggapan infekasi Branchiomycosis.  Akuarium yang terjangkit hendaknya segera dikuras, dan dikeringkan serta lakukakan tindakan sterilisasi.  Apabila hal ini menyerang ikan dalam  kolam, keringkan kolam dan berikan perlakuan dengan kalsium oksida.
 
Icthyophonus 
Icthyophonus disebabkan oleh jamur  Icthyophonus hoferi . Jamur ini tumbuh baik pada air tawar maupun air asin (laut).  Meskipun demikian,  biasanya serangan jamur ini hanya akan terjadi pada air cuek 2 -  20° C.  Penyebaran Icthyophonus berlangsung melalu kista yang terbawa kotoran ikan atau tanggapan kanibalisme terhadap ikan yang terjangkit. 
 Gambar benalu Icthyophonus hoferi dan daging yang terinfeksi
 
Tanda-tanda penyakit
Sebaran penyakit biasanya berlangsung melalui pencernaan, yaitu melalui spora yang termakan.  Oleh lantaran itu,  ikan yang terjangkit ringan hingga sedang biasanya tidak memperlihatkan tanda-tanda penyakit.  Pada kasus serangan berat, kulit ikan tampak berubah bergairah mirip amplas.  Hal ini disebabkan terjadinya infeksi dibagian bawah kulit dan jaringan otot.  Ikan sanggup pula memperlihatkan gejala  pembengkokan tulang.  Bagian dalam ikan akan pada umumnya  tampak membengkak disertai dengan luka-luka  berwarna kelabu-putih. 

Pencegahan dan Perawatan
Tidak ada pengobatan yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini, ikan biasanya akan menjadi carrier sepanjang hidupnya. Pencegahan ialah satu-satunya cara untuk menghindari serangan penyakit Icthyophonus.  Pencegahan sanggup dilakukan dengan tidak memperlihatkan ikan mentah atau produk ikan mentah pada ikan, kecuali diyakini bahwa pakan ini terbebas dari Icthyophonus hoferi.  Memasak terlebih dahulu pakan tersebuti sanggup membantu menghilangkan jamur infektif yang terkandung.  Apabila Icthyophonus ditemukan pada ikan anda, maka disarankan untuk segera memusnahkan ikan tersebut.  Selanjutnya lakukan sterilisasi pada akuarium yang bersangkutan, termasuk filter dan peralatan lainnya.  Apabila hal ini menyerang  ikan dalam kolam, dan kolam mempunyai dasar pasir atau lumpur maka akan dibutuhkan pengeringan kolam selama  berbulan-bulan untuk menghilangkan jamur tersebut.

Popular posts from this blog

Pengemasan Produk Perikanan

PENGERTIAN Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap materi pangan, supaya materi pangan baik yang belum maupun yang telah mengalami pengolahan, sanggup hingga ke tangan konsumen dengan “selamat” (secara kuantitas & kualitas). DASAR HUKUM PENGEMASAN PRODUK HASIL PERIKANAN 1.       UU No. 7 Tahun 1996 wacana Pangan 2.       UU No. 8 Tahun 1999 wacana Perlindungan Konsumen 3.       UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang: Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan 4.       UU RI No. 15 Tahun 2001 wacana Merk 5.       UU No. 14 Tahun 2001 wacana Paten 6.       Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 wacana Pelabelan dan Iklan Pangan 7.       Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.   KEP.01/M...

Strategi Persidatan, Analisa Dan Harga Sidat (Unagi) Di Jepang

Strategi Persidatan, Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang Menelaah kondisi dan taktik persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem akal daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan taktik yang saya perhitungkan. Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, ihwal larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2 009. Ukuran dan benih sidat yang dihentikan adalah: Benih ialah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Benih sidat ialah sidat kecil dengan ukuran panjang hingga 35 cm dan/atau berat hingga 100 gram per ekor dan/atau berdiameter hingga 2,5 cm. Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri hingga ukuran (100...

Jenis Dan Ukuran Tongkang Kerikil Bara

JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA - Perlu di ketahui salah satu jenis Tongkang ialah tongkang untuk memuat batubara. Dan Pada Perkembangannya Tongkang batubara mempunyai Ukuran dan jenis yang berlainan. Baca Juga ; - Mengenal Tongkang - Kapal Tugboat - Kapal Tugboat Sungai JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA kapal tugboat dan tongkang Ada bеbеrара jenis tongkang (barge) kerikil bara, tergantung dаrі ukuran dan daya muat masing-masing tongkang,  Baca Juga ; -  Mengenal Bagian Kamar Mesin Kapal -  Dinamika Kapal -  Tank Cleaning Pada Kapal -  Fin Stabilizer -  MT KNOCK NEVIS DAN SEJARAHNYA jenis tersebut antara lain ; - уаng berukuran 180 feet dараt memuat kurаng lebih 5.000 ton kerikil bara, dan  - уаng berukuran 270 feet (feet jumbo) dараt memuat 8.000 ton kerikil bara, ѕеdаngkаn - уаng berukuran 300 feet ѕаmраі 330 feet dараt memuat 10.000 ton ѕаmраі 12.000 ton kerikil bara. Tong...