Gurami merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai hemat cukup tinggi, bahkan sanggup dikatakan sebagai primadonanya ikan air tawar. Namun, di balik semua itu gurami mempunyai kelemahan kalau dibandingkan dengan jenis ikan lainnya, yaitu masa pemeliharaan yang lama. Untuk mengatasi problem tersebut para pembudidaya ikan melaksanakan pentahapan dalam budidaya. Salah satu tahapan dalam budidaya tersebut yakni penetasan telur dan pendederan. Permasalahan yang sering muncul pada tahapan ini yakni para pembudidaya ikan kadang kala kurang memperhatikan kesehatan telur yang dihasilkan, sehingga kesudahannya juga tidak optimal. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini yakni dengan melaksanakan perjuangan penetasan telur dan pendederan ikan gurami di akuarium. Dengan memakai akuarium, kita sanggup mengamati pertumbuhan ikan dan sanggup mengontrolnya dengan lebih mudah. Selain itu, kendala kendala yang ada menyerupai pH air, suhu air, kebersihan dan tingginya mortalitas sanggup diatasi.
Adapun tahapan-tahapannya sebagai berikut :
- Pengambilan telur
Telur yang akan didederkan sanggup berasal dari kolam pemijahan milik sendiri, sanggup juga berasal dari sumber lain. Jika berasal dari kolam milik sendiri , langkah lanjutan (setelah menyiapkan akuarium) dalam melaksanakan pendederan yakni mengambil telur-telur tersebut dari sarangnya. Sarang yang boleh dipanen untuk diambil telurnya yakni sarang yang sudah tertutup penuh. Pengambilan harus dilakukan secara hati-hati lantaran biasanya induk gurami lebih galak ketika menjaga sarang tersebut.
Setelah sarang diambil, kumpulan telur di sarang dikeluarkan. Dengan memakai saringan teh, bersihkan sarang dari kotoran dan minyak yang ada. Pekerjaan tersebut sanggup dilakukan di kolam terbuka atau bejana besar. Setelah bersih, kumpulan telur siap untuk dimasukan ke dalam akuarium yang telah disiapkan.
- Penetasan telur
Memasukan telur yang telah higienis ke dalam akuarium sanggup dilakukan dengan memakai saringan the. Ciduklah telur dari dalam kolam atau bejana besar, kemudian masukan dalam akuarium. Saat menciduk, jangan lupa untuk menghitung jumlah telur. Jumlah maksimal telur yang dimasukan ke dalam setiap akuarium yakni 800 telur (besarnya akuarium 100 cm x 50 cm x 40 cm).
Pastikan bahwa telur yang dimasukan yakni telur yang hidup. Telur yang hidup mempunyai ciri berwarna kuning kemerahan dan mengkilat. Sebaliknya telur yang mati berwarna kuning keputihan dan kusam. Telur mengalami final hidup lantaran tidak dibuahi. Telur tersebut dengan cepat diserang cendawan berwarna putih yang disebut Saprolignea. Setelah terserang, telur yang mati akan membusuk dan akan mengganggu perkembangan telur yang hidup. Karenanya, telur yang mati lebih baik secepatnya dibuang dari akuarium dengan cara mengambilnya dengan saringan the.
Telur hidup yang berkembang dengan baik akan menetas menjadi larva. Untuk menjaga semoga larva yang terbentuk tidak mengalami kelelahan akhir naik ke permukaan air dan turun lagi ke dasar akuarium, akuarium pada tahap awal cukup diisi air setinggi 6 cm. Oksigen dialirkan dalam jumlah tidak terlalu besar sehungga tidak terjadi guncangan besar yang akan mematikan telur.
- Perawatan larva
Setelah berumur 3 hari, larva sudah mulai bergerak berputar-putar dan ekor larva mulai tumbuh, sehingga memungkinkan larva sanggup berenang. Pada hari ke 7, larva sudah berbentuk ikan kecil, dan mempunyai tanda bulatan warna kuning di bab perutnya. Bagian kuning ini berfungsi sebagai sumber makanan cadangan. Karenanya, larva tidak memerlukan makanan tambahan. Makanan cadangan tersebut akan habis (ditandai dengan hilangnya warna kuning di perut larva) pada hari ke sembilan atau kesepuluh. Pada ketika ini kondisi larva sangat lemah dan gampang sekali mati. Untuk menghindari terjadinya final hidup pada larva, sebaiknya makanan perhiasan disiapkan sebelum makanan cadangan di badan larva habis.
- Perwatan benih
Tahap pembenihan dimulai ukuran gabah (umur 10 hari) ke ukuran kuku (umur 3 minggu) atau dari ukuran gabah ke ukuran jempol (1 bulan) atau dari ukuran gabah ke ukuran silet (umur 2 bulan). Setelah mencapai ukuran kuku atau silet, benih siap dipindahkan ke kolam tanah (tradisional). Dari pengalaman, pembenihan hingga ukuran jempol idealnya di akuarium, sehabis itu dipindahkan ke kolam. Pasalnya, pada ukuran jempol benih sudah mempunyai daya tahan badan yang cukup terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.