1. Pendahuluan
Sampai ketika ini ikan gurame (osphronemus gouramy) masih menduduki nilai pasar teratas untuk jenis ikan konsumsi air tawar, ada beberapa hal yang menjadi latar belakang mahalnya harga, sehingga masih kurangnya pemenuhan kebutuhan pasar.
Secara alami pertumbuhan ikan gurame tergolong lambat pertumbuhannya, lantaran kantong kemih yang ada relatif kecil kalau dibandingkan dengan jenis ikan konsumsi lainnya mirip ikan mas dan ikan lele. Faktor lambatnya pertumbuhan ikan ini menjadi hambatan bagi investor untuk menanamkan modalnya.
Faktor tersebut sanggup disiasati dengan segmen budidaya, yaitu bermain dalam perjuangan budidaya pada segmen tertentu, artinya tidak semua segmen perjuangan dikuasai sendiri dari mulai pemijahan hingga dengan pedaging, setidaknya kita sanggup menentukan pada 4 (empat) segmen yaitu : Pemijahan, Pendederan, Pembenihan dan Pedaging.
Pola perjuangan mirip diatas sangat relevan dengan kondisi bangsa ketika ini yaitu penciptaan lapangan kerja untuk tersedianya pangan, dalam rangka pengembangan agribisnis budidaya gurame, yang pada tujuan alhasil masyarakat sanggup meningkatkan pendapatannya sehingga bisa hidup sejahtera.
Faktor lain yang masih sering dihadapi dalam pengembangan agribisnis budidaya ikan gurame ialah masih terbatasnya sumber daya insan yang mempunyai keahlian khusus dalam penanganannya, selain itu tingkat mortalitas (kematian) cukup tinggi mulai dari telur hingga pembenihan, tingginya biaya produksi belum bisa dijangkau oleh petani golongan ekonomi lemah untuk menyebarkan perjuangan ini khususnya pada segmen perjuangan pedaging.
2. Pengelolaan Indukan
Kolam yang digunakan sebagai kolam indukan dan kolam pemijahan gurame di P4S Kopses berukuran 3 x 5 m 2 . Perbandingan jumlah induk jantan : induk betina ialah sebagai berikut:
1. Kolam ukuran 3 x 5 m2 = 10 ekor , 2 jantan dan 8 betina
2. Kolam ukuran 10 x 10 m2 = 40 ekor 8 jantan dan 32 betina
Model pintu inlet (air masuk) dan pintu outlet kolam induk berupa paralon berdiameter 2,5 inchi suplay air harian, dengan maksud menambah oksigen di perairan. Kolam induk berdinding dan dasar kolam berupa tanah. Ketinggian air kolam induk 80 Cm.
Pemberian pakan berupa daun sente ( Alocasia macrohiza Schott) dan pellet. Pakan pellet diberikan 2 kali dalam sehari (pagi dan sore), dalam sehari jumlah pellet yang diberikan sebanyak 3 % dari berat tubuh dengan kadar protein 28 %, proteksi pakan daun sente 1 kali selang 2 hari sebanyak 8 % dari berat badan, induk yang diberi pakan berupa daun dengan prosentase banyak, maka telur yang dihasilkan akan terurai dan tidak akan diselubungi selaput lemak. Dengan kondisi mirip ini, telur akan lebih gampang dibuahi sperma. Sebaliknya kalau induk diberi pakan pellet dalam jumlah berlebihan maka telur akan menjadi lengket lantaran telur diselubungi oleh selaput lemak.
3. Pemijahan
Pemijahan dilaksanakan dalam satu kolam secara alami. Beberapa hal yang perlu diperhatikan selama proses pemijahan ialah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air pemijahan. Cara menentukan kematangan gonad induk jantan ialah melihat tingkah lakunya yang selalu berenang beriringan bersama induk betina sambil mulai menyusun sarang. Sedangakan kematangan gonad betian sanggup diketahui dengan meraba perut yang membesar dan terasa lunak serta dengan melihat tingkah lakunya di kolam yang selalu berenang berpasangan dengan induk jantan.
Ketika berada di habitat alaminya, induk gurami akan menciptakan sarang dari rerumputan atau materi lainnya yang ada di perairan untuk dijadikan sarang telut. Induk yang dipelihara di kolam diadaptasi habitat aslinya dengan menciptakan tempat sarang dan materi sarang. Sarang telur ditempatkan 1-2 m dari tempat materi sarang dengan kedalaman 5-10 cm dari permukaan air. Tempat sarang dibentuk dari anyaman bambu (sosog) atau keranjang sampah dengan posisi mendatar sejajar permukaan air dan menghadap ke arah tempat materi sarang.
Bahan sarang yang digunakan ialah sabut kelapa , rajutan karung atau injuk dan diletakkan di atas para-para atau anyaman tali. Para-para tersebut ditempatkan di tepi kolam dengan tujuan untuk memudahkan induk jantan menyusun sarang telur. Pembuatan sarang berlangsung antara 1 hari – 2 minggu. Kualitas air media pemijahan ikan gurami di P4S Kopses ialah suhu 280 C, pH air 5,5, laju pergantian air 10-15% / hari dan ketinggian air kolam 40-60 cm.
Sarang yang berisi telur ditandai dengan adanya minyak di permukaan air, bau amis, adanya ikan predator menyerang dan induk berjaga-jaga. Selanjutnya untuk memastikan adanya telur di sarang dilakukan pengecekan dengan meraba lubang sarang, apabila sarang tertutup berarti terdapat telur. Pengambilan telur dilakukan dengan cara memegang sisi luar sarang paling bawah kemudian menarik keluar secara perlahan-lahan. Kemudian ujung lubang dihadapkan keatas dengan posisi berdiri. Sikap hati-hati bertujuan untuk mencegah telur dalam sarang terlepas.
Kandungan minyak menimbulkan telur mengambang di permukaan air. Untuk mengurangi resiko kegagalan dalam penetasan telur, telur berwarna kuning keruh dibuang lantaran telur tersebut tidak akan menetas. Sarang yang telah terangkat dimasukan kedalam bejana berisi air setengah volume dari ember, selanjutnya telur beserta sarang dibawa ke saung penyimpanan.
Ciri-ciri induk ikan gurami jantan dan betina
Ciri Fisik | Induk Jantan | Induk Betina |
Kepala | Ada Benjolan | Lonjong |
Bibir | Bagian Bawah Besar | Bagian bawah Kecil |
Warna | Merah dan Hitam Terang | Realtif Terang |
Ujung Sisik Ekor | Lurus | Cekung |
Gerakan | Lincah | Lamban |
Susunan Sisik | Normal | Membuka |
Perut | Membentuk Sudut Tumpul | Membulat |
Dasar sirip dada | Keputih-putihan | Gelap kehitam-hitaman |
Dagu | warna kuning | keputih-putihan / coklat |
Ciri-ciri induk jantan dan betina yang baik
Induk Jantan | Induk Betina |
- warna gelap - perut bersahabat anus lancip - susunan sisiknya teratur - gerakannya lincah - umur 4 – 7 tahun | - warna terang - perut membulat - badan relatip panjang - susunan sisiknya teratur - umur 5 – 10 tahun |
Gambar induk ikan gurame jantan
Gambar induk ikan gurame betina
4. Penetasan Telur
Sarang berserta telur akan diambil dari kolam pemijahan dan dipisahkan dengan cara mengambil bertahap sabut kelapa atau rajutan karung atau injuk yang menyelubungi telur. Telur dihitung menggunakan ciduk atau sendok makan untuk mengetahui berapa jumlah telur yang didapat dari tiap sarang. Setelah selesai dihitung, telur dimasukan kedalam kolam penetasan ataupun akuarium.
Kepadatan telur sanggup dihitung per satuan luas permukaan sesuai sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, didalam kolam atau akuarium ditambahkan aerasi kecil biar telur tidak teraduk.
Telur gurame menetas dalam kurun waktu 41 jam. Larva yang gres menetas posisi badannya terbalik, yiatu potongan perut berada diatas, sedangkan potongan punggungnya dibawah. Selama empat hingga lima hari gerakan benih ikan gurami hanya berputar-putar, selanjut larva sudah sanggup berenang secara normal.
Larva gurame menggunakan kuning telurnya sendiri yang banyak mengandung protein untuk membentuk jaringan tubuh baru, mirip tulang, sisik, sirip dan ekor. Sedangkan kadar protein pakan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan ikan, disamping faktor-faktor lain mirip kesesuaian kandungan asam amino antara pakan dengan ikan tersebut juga kompoisi pakan selain protein. Bila pakan dengan kadar protein tinggi tetapi serat kasarnya juga tinggi, maka pakan tersebut akan sulit dicerna menjadi kuliner yang sanggup diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan dan akan menimbulkan pertumbuhan ikan akan rendah.
5. Pendederan
Lama pemeliharaan benih tergantung pada sasaran yang dikehendaki. Benih berumur 40 hari sanggup mencapai ukuran 1-2 cm (setara ukuran kuku di masyarakat), benih berumur 80 hari sanggup mencapai ukuran 2-4 cm (setara ukuran jempol), benih berumur 120 hari sanggup mencapai ukuran 4-6 cm (setara ukuran silet), dan benih berumur 160 hari sanggup mencapai ukuran 6-8 cm (setara ukuran bungkus korek).
Pendederan dilaksanakan sehabis larva berumur 12 hari. Perawatan yang dilakukan selama pendederan di kolam atau akuarium antara lain pergantian air, penyiponan, pengambilan benih yang mati, serta proteksi obat.
Pergantian air dilakukan dengan menambah volume air dari ketinggian 21 cm menjadi 30 cm atau sekitar 40%. Selama pemasukan air, penyiponan dilakukan menggunakan selang air untuk membuang sisa kuliner dan Feases benih yang ada dalam kolam atau akuarium. Pergantian air dianggap selesai sehabis air kelihatan jernih.
Pakan yang diberikan pada benih berupa daphnia sp. yang berukuran kecil dengan frekuensi proteksi 2 kali dalam 24 jam. Daphnia sp. dibiarkan biar tetap hidup Karena ikan gurame lebih cenderung suka mengejar makanannya.
Setelah berumur 22 hari, benih dipanen dari hapa / akuarium untuk ditempatkan di kolam pendederan. Sebelum digunakan, kolam dipupuk menggunakan pupuk sangkar sebanyak 10 kg satu ahad sebelumnya. Tujuan pemupukan ialah untuk menumbuhkan pakan alami. Setelah 4-5 hari air kolam dipupuk, perairan kolam akan dipenuhi diatome sehingga perairan terlihat berwarna kecoklatan.
Selain pakan alami, pakan buatan yang diberikan berupa pellet. Cara pemberiannya dengan menghaluskan pellet tersebut menggunakan blender. Hal itu dilakukan biar pakan sanggup tergoda oleh benih, lantaran sisa pakan yang tidak tergoda akan mencemari perairan kolam. Frekuensi proteksi pakan sebanyak dua kali dalam satu hari, yaitu pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00 WIB.
6. Hama dan Penyakit
Faktor utama terjadinya hama penyakit pada ikan secara tidak eksklusif ialah pada kolam itu sendiri. Kolam yang akan dengan gampang dijangkiti penyakit ialah kolam yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Kolam yang banyak mengandung bahan-bahan organik yang berupa sampah domestik, sisa-sisa pemupukan dan pakan komplemen yang tertimbun di dasar kolam.
2. Pengairan kolam yang tidak lancar
3. Suhu yang terlalu tinggi
4. Penebaran ikan yang terlalu padat
Penyakit yang menyerang benih ikan gurame ialah ektoparasit jamur jenis Saprolegnia sp, benalu tersebut merupakan penyakit sekunder pada benih. Penyebab janjkematian diindikasikan karena pengaruh nonparasit. Gejala tersebut tampak pada sikap benih yang selalu berenang ke permukaan kolam dan adanya benang-benang yang berwarna krem dan bergumpal mirip kapas pada tubuhnya, lantaran gumpalan tersebut diperkirakan benih mengalami gangguan kanal pernafasan.
Kondisi tersebut menimbulkan daya tahan tubuh benih lemah sehingga ektoparasit ikan lebih gampang melekat pada tempat tubuh tertentu dan akan menjadi sumber jerawat penyakit. Dalam budidaya ikan, penambahan vitamin C dalam diet sanggup meningkatkan daya tahan toleransi terhadap kontaminasi lingkungan, stress dan peningkatan daya tahan tubuh terhadap patogen. Dalam keadaan stress, kesehatan benih akan gampang terganggu tanggapan nafsu makan menurun dan alhasil pertumbuhan terlambat bahkan mengalami kematian. Penanggulangan benih yang terjangkit benalu tersebut menggunakan materi alami, mirip kunyit dalam bentuk serbuk. Sedangkan pengobatan yang dilakukan ialah dengan menggunakan oxcytetraclin sebanyak 55 ppm selama satu kali dalam dua hari.
7. Pakan Ikan Gurame
1. Pakan alami hewani : Daphnia sp, Rotifera, Infusoria, Kutu Air, Artemia, Jentik Nyamuk, Cacing sutera
2. Pakan alami nabati : daun dan batang sente, daun talas/lompong/bolang, daun emprak, daun solempat, daun badur, daun pepaya kuning / kering, kecambah kacang hijau / kedelai, daun kangkung, daun sawi, daun kol, daun ubi jalar, dll
3. Pakan buatan : Pelet, Emulsi, Suspensi, Roti Kukus
4. Cara Pemberian Pakan Benih Ikan Gurame :
- Umur 0 – 12 hari : tidak diberi pakan
- Umur 13 – 30 hari : Pakan alami hewani
- Umur 1 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 2 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 3 bulan : Pakan alami hewani, pellet halus
- Umur 4 bulan : Pakan alami hewani, pellet kecil
- Umur 5 bulan : pellet besar, daun-daunan
8. Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam dilakukan dengan membuka pintu air keluar dan menutup pintu air masuk. Pengeringan dilakukan kurang lebih 3 hari atau ketika dasar kolam terlihat retak-retak. Tujuan pengeringan kolam ini ialah untuk mematikan bibit penyakit atau hama ikan kecil yang masuk secara tidak sengaja melalui pintu masuk dan nantinya akan mengganggu dalam proses pemijahan dan juga sebagai kompetitor dalam memperoleh makanan, serta untuk memperlihatkan rangsangan alami bagi induk-induk yang sedang matang gonad. Bau yang muncul dari pengeringan tersebut terbukti bisa sebagai perangsang terutama pada ikan yang dipijahkan dengan memanipulasi lingkungan.
9. Perbaikan Kolam
Perbaikan kolam dilakukan dengan cara memperbaiki pematang yang bocor dengan jalan menambalnya. Tindakan ini sekaligus berfungsi untuk memusnahkan sarang hama yang terdapat disekitar pematang. Saluran air juga harus diperhatikan pada ketika perbaikan kolam. Di dalam pengaliran kolam terdapat saluran-saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air (inlet) yang tentunya terdapat penyumbatan yang disebabkan oleh sampah baik itu plastik maupun rumput, yang akan menimbulkan air yang mengalir tidak lancar atau terjadi penyumbatan total. Perbaikan kolam ini mencakup penggantian pemancang / tiang yang telah rusak, para-para / sarigsig, pergantian sosog / wadah serta ikatan wadah pada pemancang. Perbaikan ini bertujuan supaya pada ketika pengisian air, wadah (tempat sarang) tidak hanyut atau mengapung, selain itu juga memudahkan pengontrolan telur (sarang) nantinya.
10. Pengapuran
Pengapuran dilakukan pada ketika kolam masih kering, dengan cara menebarkan kapur ke dasar dan dinding kolam. Pengapuran ini bertujuan untuk menaikan PH tanah dan air, mendukung acara basil pengurai materi organik sehingga garam dan zat hara terbebas, mengendapkan koloid yang melayang-layang dalam air kolam, selain itu juga untuk membunuh ikan-ikan kecil dan crustacea. Perairan yang terlalu asam sanggup menyerap fosfat yang merupakan nutrien penting sebagai materi penyubur perairan sehingga kesuburan kolam akan terganggu.
11. Pemupukan
Setelah beberapa hari dari pengapuran dilakukan pemupukan yang berfungsi untuk menambah unsur hara yang nantinya akan menumbuhkan plankton sebagai pakan alami. Pemupukan dilakukan sehabis kolam dialiri air terlebih dahulu. Ketinggian air pada ketika pemupukan sekitar 40 cm. Setelah kolam dialiri air barulah pemupukan dilakukan, tujuannya untuk menghindari polusi udara di sekitar kolam yang di sebabkan oleh bau dari pupuk tersebut. Pupuk yang digunakan ialah pupuk kandang, Karena pupuk tersebut lebih irit dan tahan usang di perairan (tidak gampang terbawa arus) sehingga memungkinkan kesuburan perairan yang lebih stabil. Selain itu juga pupuk kandang (organik) akan mengalami penguraian yang menghasilkan unsur anorganik. Pemupukan dilakukan dengan cara ditebarkan kolam dengan takaran proteksi 500 g/m2. Penyediaan pakan alami bagi larva, benih, dan induk merupakan faktor penentu untuk keberhasilan pengembangan budidaya ikan. Pemupukan kolam dilakukan dengan cara menaruh karung yang berisi pupuk kandang. Bagian bawah kemudian dibuka dan potongan atasnya ditarik perlahan mengelilingi kolam biar pupuk tersebar merata atau ditebar secara langsung.
12. Analisa Usaha
Analisa Usaha Pemijahan Ikan Gurame Skala Kecil ;
A. Modal yang diharapkan :
1. Lahan dan Perlengkapan :
- Sewa lahan (12 bulan) 200 m x Rp.1.500 Rp. 300.000
Kolam induk 15 m, saung penetasan 30 m,
kolam pendederan 50 m, Kolam pemijahan 80 m,
kebun sente 25 m
- Alat / Perlengkapan Rp. 311.500
- 2 buah Sarigsig bambu Rp. 10.000
- 2 buah Sosog bambu Rp. 10.000
- 2 Bambu untuk tiang sarigsig Rp. 10.000
- Karung Plastik/Sabut Kelapa Rp. 10.000
- 5 buah Bak plastik @ 12.000 Rp. 60.000
- 1 buah Ember plastik Rp. 5.000
- 1 Saringan teh Rp. 1.500
- Paralon kanal keluar masuk air Rp. 40.000
- 3 buah Hapa halus @ 50.000 Rp. 150.000
- 3 buah Seser halus @ 5.000 Rp. 15.000
- Saung penetasan telur gurame 2 m x 3 m x Rp. 35.000 Rp. 210.000
Jumlah Biaya I Rp. 821.500
2. Biaya Produksi
- 10 Ekor Induk Gurame x @ 75.000 Rp. 750.000
- Pakan alami 2 Lbr daun sente x 10 x Rp. 50 x 365 hari Rp. 365.000
- Pakan Toko Dedak + Kuning telur
(dengan perbandingan 1 : 1 ) x @ Rp. 2000 x 4 priode Rp. 8.000
- Pakan Larva (Kuning Telur/Cacing Sutra/Indofeed)
Rp. 9.000 x 12 bulan Rp. 108.000
- Pakan (pellet) induk gurame Rp. 2.000 x 365 hari Rp. 730.000
Upah Pengolahan lahan 7 hari x Rp. 30.000 Rp. 210.000
- Upah Kerja Rp.20.000 x 12 bulan (2 paket) Rp. 240.000
Jumlah Biaya II Rp. 2.406.000
B. Hasil
1. Kemampuan indukan gurame bertelur mencapai 1.500 - 4000 butir telur.
2. Jika 1 indukan betina bisa bertelur rata-rata 2.500 butir dan dalam 1 tahun masing-masing bertelur 4 kali, maka untuk 8 ekor indukan betina menghasilkan telur 80.000 butir telur
3. Taruhlah tingkat kematiannya (mortalitas) 30 % dari mengangkat telur sampe benih ukuran biji kwaci, maka yang dipanen ialah 56.000 ekor
4. Jika harga benih umur 1 bulan (sebesar biji kwaci) Rp. 100 /ekor, maka penghasilan yang didapat Rp. 5.600.000-,-
C. Keuntungan
Rp. 5.600.000
Rp. 3.227.500
Rp. 2.372.500
- Rp. 2.372.500 : 12 Bulan = Rp. 197.708 pendapatan per bulan.
Sumber: P4S KOPSES Bogor