Skip to main content

Garam


Garam merupakan salah satu kebutuhan komplemen dari kebutuhan pangan dan merupakan suber elektrolit bagi badan manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun perjuangan meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam perjuangan meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri.
Kebutuhan garam nasional dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan perkembangan industri di Indonesia sebagaimana yang disajikan oleh Direktorat Industri Kimia An Organik, Departemen Perindustrian dan Perdagangan dan APROGAKOB pada pertemuan Forum Peluang Pasar Garam Indonesia tanggal 31 Oktober 2000 yaitu tahun 1997 sebesar 1.650.000 ton, tahun 1998 sebesar 1.825.000 ton, tahun 1999 sebesar 1.935.000 ton dan tahun 2000 sebesar 2.100.000 ton. Untuk tahun 2000 kebutuhan garam nasional diproyeksikan berkisar 855.000 – 950.000 ton untuk kebutuhan konsumsi dan 1.150.000 – 1.345.000 ton untuk kebutuhan industry. Sehingga total kebutuhan garam sebanyak 2.100.000 – 2.200.000 ton sedangkan asumsi proyeksi produksi garam hanya sekitar 300.000 – 900.000 ton. Ini berarti bahwa untuk memenuhi kebutuhan garam nasional untuk periode tahun 2000 paling sedikit harus mengimpor garam sebanyak 1.200.000 ton.


Indonesia walaupun Negara kepulauan, pusat pembuatan garam terkonsentrasi di Jawa dan Madura. Di Jawa seluas 10.231 ha (Jawa Barat 1.159 ha, Jawa Tengah 2.168 ha, Jawa Timur 6.904 ha) dan Madura 15.347 ha (Sumenep 10.067 ha, Pamekasan 3.075 ha, Sampang 1.046 ha). Luas areal yang dikelola oleh PT. Garam seluas 5.116 ha yang seluruhnya berada di Pulau Madura (Sumenep 3.163 ha, Pamekasan 907 ha, dan Sampang 1.4046 ha) dengan produksi 60 ton/ha/tahun (sumber PT Garam Persero, 2000). Lokasi pembuatan garam lainnya yaitu di NTB seluas 1.155 ha, Sulawesi Selatan 2.040 ha, Sumatera dan lain-lain 1.885 ha, sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar 30.658 ha dimana 25.542 ha dikelola secara tradisional oleh rakyat.
Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri.
Melihat luasnya areal penggaraman yang dikelola oleh rakyat, sedang produksi dan balasannya belum sesuai yang diharapkan untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri, maka melalui brosur Pembuatan Garam Bermutu diharapkan produksi dan kualitas garam rakyat sanggup ditingkatkan disamping untuk memperoleh lahan dan metode gres supaya kebutuhan garam nasional terpenuhi atau melebihi sehingga Indonesia bukan menjadi pengimpor garam tetapi merupakan pengekspor garam berkualitas.
Oleh alasannya ialah itu, untuk menciptakan garam dengan beberapa kategori baik sekali, baik dan sedang. Kategori ini didasarkan pada kandungan NaCl yang dikandung oleh garam. Dikatakan berkisar baik sekali kalau mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90 – 95%, dan sedang kadar NaCl anatara 80 – 90% tetapi yang diutamakan ialah yang kandungan garamnya di atas 95%. Garam industri dengan kadar NaCl >95% hingga ketika ini seluruhnya masih diimpor atau sekitar 1.200.000 ton.
Sistem penggaraman rakyat hingga ketika ini memakai kristalisasi total sehingga produktifitasnya dan kualitasnya masih kurang atau pada umumnya kadar NaClnya kurang dari 90% dan banyak mengandung pengotor padahal luas lahan penggaraman rakyat 25.542 ha atau sekitar 83,31% dari luas areal penggaraman nasional. Jika 50% dari luas areal penggaraman ini ditingkatkan produkstifitasnya menjadi 80 ton/ha/tahun, maka sanggup diproduksi garam sebanyak 1.500.000 ton sehingga total produksi garam nasional menjadi 1.800.000 ton. Dengan demikian kebutuhan impor garam industri sanggup dikurangi dari 1.200.000 ton menjadi hanya sekitar 300.000 ton.
Garam atau lebih dikenal dengan nama garam meja, termasuk dalam kelas mineral halide atau dikenal dengan nama halite, dengan komposisi kimia Natrium Klorida (NaCl) terdiri atas 39,3% Natrium (Na) dan 60,7% klorin (Cl).
Beberapa sifat garam ialah bisa berbentuk Kristal atau debu putih dengan system isomeric berbentuk kubus, bobot molekul 58,45 g/mol, larut dalam air (35,6 g/100 g pada 0oC dan 39,2 g/100 g pada 100oC). Dapat larut dalam alkohol, tetapi tidak larut dalam asam klorida pekat, mencair pada suhu 801oC, dan menguap pada suhu diatas titik didihnya (1413o). Hardress 2,5 skala MHO, bobot jenis 2,165 g/cm3, tidak berbau, tidak gampang terbakar dan toksisitas rendah, serta memiliki sifat higroskopik sehingga bisa menyerap air dari atmosfir pada kelembaban 75% (Chemical Index, 1993).
Garam alami selalu mengandung traces magnesium klorida, magnesium sulfat, magnesium bromide, dan senyawa runut lainnya, sehingga warna garam selain merupakan Kristal transparan juga bisa berwarna kuning, merah, biru atau ungu.
Garam banyak dimanfaatkan dalam banyak sekali macam industri dan diestimasikan sekitar 14.000 produk memakai garam sebagai materi tambahan (The Salt Manufacturer’s Association, United Kingdom). Berdasarkan pemanfaatannya garam dikelompokan atas dua kelompok yaitu garam konsumsi dengan garam industri. Garam konsumsi menurut SNI kandungan NaClnya minimal 95%, sulfat, Magnesium dan Kalsium maksimum 2% dan kotoran lainnya (lumpur dan pasir) maksimum 1% atas dasar persen berat kering (dry basis), serta kadar air maksimal 7%.
Untuk garam industri membutuhkan kualitas yang lebih baik contohnya pada industri perminyakan, tekstil dan penyamakan kulit (NaCl >97,5%; sulfat <0,5%; kalsium <0.2%; magnesium <0,3%; kadar air 3-5%), industry chlor alkali plant (Nacl >98,5%, sulfat <0,2%, kalsium <0,1% magnesium <0,06%) dan industry Pharmaceutical salt (NaCl >99,5%, impuritis mendekati 0) ( PT. Garam persero, 2000).
Teknologi pembuatan garam yang umum dilakukan ialah dengan metode penguapan air maritim dengan tenaga surya; metode panguapan air laut/brine/air garam dengan materi bakar, elektrodialisis (ion exchange membrane); dan metode penambangan garam dari batuan garam (rock salt).
Garam rakyat tradisional pada umumnya dibentuk dengan cara menimba air laut, kemudian dimasukkan ke dalam ladang penguapan sehingga eksklusif dihasilkan Kristal garam.
Faktor penentu dalam pembuatan garam ialah kualitas air maritim sebagai materi baku, tanah sebagai factor peralatan utama dan iklim sebagai faktor sumber tenaga (energi).

Model yang perlu dikembangkan untuk meningkatkan mutu garam rakyat ialah dengan model pengendapan kalsium, magnesium dan sulfat yang terkandung dalam air maritim sebelum garam NaCl-nya dikritalisasikan.

Ada dua model yang sanggup dikembangkan yaitu mengendapkan kalsium dan magnesium sebagai karbonat dan oksalat, sedang dalam bentuk garam sulfat dilaksanakan dengan model kristalisasi bertingkat. Selain itu, lumpur yang merupakan pengotor utama dari garam rakyat perlu pula diendapkan, sehingga sanggup diperoleh garam rakyat dengan kemurnian tinggi.

1.         Pengendapan dengan Model Karbonat

Dengan memperhatikan kelarutan kalsium dan magnesium dalam bentuk karbonatnya (CaCo3 : 4,0 x 10-9, MgCO3 : 1,0 x 10-5), diharapkan senyawa kalsium dengan magnesium sudah terendapkan terlebih dahulu pada kepekatan larutan garam sekitar 18-25oBe. Kalsium sulfat (kelarutan 1,2 x 10-6) juga sudah ikut terendapkan, sehingga pada proses kristalisasi garam pada kepekatan di atas 25oBe, kandungan kalsium dan magnesium dalam garam yang dihasilkan sudah menurun.

Pembentukan kalsium karbonat dan magnesium karbonat diharapkan dari kandungan CO2 yang ada di air maritim atau sengaja dibutuhkan supaya kandungan CO2 di air maritim yang dipakai sebaagi materi baku pembuatan garam meningkat. Sebagai sumber CO2 dapat digunakan natrium karbonat (Na2CO3) atau natrium bikarbonat (NaHCO3) atau dengan memakai sumber CO2 alami (dari ikan dan zooplankton).
2.         Pengendapan dengan Model Oksalat
Dengan memperhatikan kelarutan kalsium dan magnesium dalam bentuk oksalatnya (CaC2O4 : 4,8 x 10-9, MgC2O4 : 1,0 x 10-8), diharapkan senyawa kalsium dan magnesium sudah terendapkan terlebih dahulu pada kepekatan larutan garam sekitar 18 – 23 oBe, kalsium sulfat (kelarutan 1,2 x 10-6) juga sudah ikaut terendapkan, sehingga pada proses kristalisasi garam pada kepekatan di atas 25oBe, senyawa kalsium dan magnesium oksalat sudah terendapkan. Walaupun demikian model yang dianjurkan ialah memakai Natrium Karbonat, alasannya ialah bahannya gampang didapat dan harganya murah.

Komposisi air maritim pada salinitas 35‰ sanggup dilihat pada Tabel 1 atau pada bobot jenis rata-rata 1,0258 kg/liter yaitu dengan kepekatan antara 3-3,5oBe sanggup dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi Air Laut pada Salinitas 35
No
Ion
Gram per kg air laut
1
Cl -
19,354
2
Na+
10,77
3
K+
0,399
4
Mg2+
1,290
5
Ca2+
0,4121
6
SO42+
2,712
7
Br -
0,0673
8
F -
0,0013
9
B
0,0045
10
Sr 2+
0,0079
11
IO3 -, I -
6,0 X 10-5
Sumber: Riley and Skirrow, 1975

Tabel 2. Komposisi air Laut pada Bobot Jenis 1,0258 kg/liter
No
Senyawa
Gram per liter air laut
1
Fe2O3
0,003
2
CaCO3
0,1172
3
CaSO4.2H2O
1,7488
4
NaCl
29,6959
5
MgSO4
2,4787
6
MgCl2
3,3172
7
NaBr
0,5524
8
KCl
0,5339
Total
38,44471
Sumber: Riley and Skirrow (1975) dan PN Garam

Air maritim dengan kadar rata-rata menyerupai diatas memiliki sifat-sifat/kelakuan kristalisasi menurut perbedaan kepekatan menyerupai yang tercantum pada Tabel 3.

Tabel 3. Tingkat Kepekatan dan Senyawa yang Terendapkan dari air Laut
Tingkat Kepekatan (oBe)
Giliran Mengkristal/Mengendap
3,00 – 16,00
17,00 – 27,00
26,25 – 35,00
27,00 – 35,00
28,50 – 35,00
Lumpur/Pasir/Fe2O3/CaCO3
Gips (Kalsium Sulfat)
Natrium Klorida
Garam Magnesium
Natrium Bromida

Apabila pada proses pembuatan garam yang dilakukan hanya menurut cara yang umum dilakukan pada proses penggaraman rakyat yaitu cara evaporasi total, produk garam yang dihasilkan kadar NaCl nya kurang dari 80%.

Data-data di atas menunjukkan bahwa ada senyawa yang tidak terlalu diingini tetapi jumlahnya cukup besar yaitu ion kalsium, magnesium, dan sulfat. Ion besi juga terdapat dalam air maritim dengan kadar yang relative rendah.

Berdasarkan perbedaan kemampuan pengendapannya, maka pelu dilihat kelarutan masing-masing ion tersebut di dalam air. NaCl memiliki kelarutan pada suhu 30oC (dihitung) sebesar ± 36,7 g/ 100 g air laut. Dari data kelarutan ion-ion dan dengan menambahkan perlakuan tertentu, magnesium dan kalsiumnya terendapkan.
Tabel 4. Kelarutan Masing-masing Ion di dalam Air Berdasarkan Kemampuan Pengendapannya
No
Substance
Ks
1
CaCO3
4,8 x 10-9
2
CaC2O4
4,0 x 10-9
3
Ca (OH)2
5,5 x 10-6
4
CaSO4
1,2 x 10-6
5
MgCO3
1,0 x 10-5
6
MgC2O4
1,0 x 10-9
7
MgF2
6,5 x 10-9
8
KIO3
5,0 x 10-2

 Jika dikaitkan dengan kadar NaCl sebagai komponen utama garam yang diinginkan maka kalau tidak dilakukan pengolahan, NaCl yang dihasilkan dari air maritim standar ialah sebesar 27,393 g/kg air maritim yang salinitasnya 35, atau dengan kata lain NaCl yang dihasilkan kadarnya hanya 78,266% (tanpa memperhitungkan kadar airnya), berarti tidak memenuhi kategori yang diinginkan yaitu kualitas I dan kualitas II.

Kualitas garam sanggup diklasifikasikan menurut kandungan NaCl dan kandungan airnya. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka sanggup dibedakan 3 (tiga) kualitas garam, yang sanggup dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kualitas Garam Berdasarkan Kandungan NaCl
Kualitas I
NaCl > 98%
Kandungan Air
Maksimum 4%
Kualitas II
94.4% < NaCl < 98%
Kandungan air
Maksimum 5%
Kualitas III
NaCl < 94%
Kandungan air
> 5%
Untuk menghasilkan garam dengan mutu baik, maka senyawa-senyawa kalsium dan magnesium serta sulfat harus terlebih dahulu diendapkan. Pada garam rakyat yang memanfaatkan model penguapan total, kadar garam tertinggi yang sanggup dihasilkan relative jarang mencapai 90%, sehingga dibutuhkan perlakuan-perlakuan khusus supaya dihasilkan garam dengan kualitas tinggi.

Dengan mengurangi secara keseluruhan kandungan kalsium, magnesium dan sulfat, kandungan garam NaCl pada garam sanggup ditingkatkan menjadi 98,49% (kadar air tidak diperhitungkan), dan bila 75% dari kadar kalsium, magnesium dan sulfat dikurangi maka kandungan NaCl pada garam yang dihasilkan sebesar 95,06%. Tahapan-tahapan pengendapan senyawa dalam air maritim sanggup dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Tahap-tahap Pengendapan Senyawa dalam Air Laut
Senyawa yang Terendah
Tingkat Kepekatan (oBe)
% NaCl
Terendapkan
Lumpur/Pasir/Fe2O3
CaCO3
Gips (Kalsium Sulfat)
Natrium Klorida (NaCl)
Garam Magnesium
Natrium Bromida (NaBr)
7,1
7,1 – 16,75
16,75 – 30,20
26,25 – 28,5
28,5 – 35,0
mulai 26,25
mulai 28,5
-
-
-
72
28
-
-
Hal ini sangat dibutuhkan alasannya ialah bila bisa menghasilkan garam yang bermutu tinggi dengan kadar NaCl lebih dari 95%, Indonesia sanggup mengantisipasi untuk tidak perlu lagi mengimpor garam berkualitas atau malah sebaiknya Indonesia sanggup merencanakan perjuangan nasional sebagai pengekspor garam bermutu terkemuka di dunia.
Sumber: Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha









Popular posts from this blog

Pengemasan Produk Perikanan

PENGERTIAN Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap materi pangan, supaya materi pangan baik yang belum maupun yang telah mengalami pengolahan, sanggup hingga ke tangan konsumen dengan “selamat” (secara kuantitas & kualitas). DASAR HUKUM PENGEMASAN PRODUK HASIL PERIKANAN 1.       UU No. 7 Tahun 1996 wacana Pangan 2.       UU No. 8 Tahun 1999 wacana Perlindungan Konsumen 3.       UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang: Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan 4.       UU RI No. 15 Tahun 2001 wacana Merk 5.       UU No. 14 Tahun 2001 wacana Paten 6.       Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 wacana Pelabelan dan Iklan Pangan 7.       Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.   KEP.01/M...

Strategi Persidatan, Analisa Dan Harga Sidat (Unagi) Di Jepang

Strategi Persidatan, Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang Menelaah kondisi dan taktik persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem akal daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan taktik yang saya perhitungkan. Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, ihwal larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2 009. Ukuran dan benih sidat yang dihentikan adalah: Benih ialah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Benih sidat ialah sidat kecil dengan ukuran panjang hingga 35 cm dan/atau berat hingga 100 gram per ekor dan/atau berdiameter hingga 2,5 cm. Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri hingga ukuran (100...

Jenis Dan Ukuran Tongkang Kerikil Bara

JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA - Perlu di ketahui salah satu jenis Tongkang ialah tongkang untuk memuat batubara. Dan Pada Perkembangannya Tongkang batubara mempunyai Ukuran dan jenis yang berlainan. Baca Juga ; - Mengenal Tongkang - Kapal Tugboat - Kapal Tugboat Sungai JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA kapal tugboat dan tongkang Ada bеbеrара jenis tongkang (barge) kerikil bara, tergantung dаrі ukuran dan daya muat masing-masing tongkang,  Baca Juga ; -  Mengenal Bagian Kamar Mesin Kapal -  Dinamika Kapal -  Tank Cleaning Pada Kapal -  Fin Stabilizer -  MT KNOCK NEVIS DAN SEJARAHNYA jenis tersebut antara lain ; - уаng berukuran 180 feet dараt memuat kurаng lebih 5.000 ton kerikil bara, dan  - уаng berukuran 270 feet (feet jumbo) dараt memuat 8.000 ton kerikil bara, ѕеdаngkаn - уаng berukuran 300 feet ѕаmраі 330 feet dараt memuat 10.000 ton ѕаmраі 12.000 ton kerikil bara. Tong...