| 1) Pengelolaan Induk Induk yang dipakai berasal dari hasil seleksi di Balai Budidaya Laut Batam. Induk terseleksi yaitu induk yang unggul dalam pertumbuhan, sehat dan tidak cacat. Induk ikan Bawal Bintang berukuran 1,2 Kg hingga dengan 2,5 Kg. Induk ikan betina cenderung lebih besar dari pada induk jantan. Hasil pengamatan menawarkan bahwa induk ikan Bawal Bintang mulai matang gonad sesudah umur 2 tahun. Induk ikan Bawal Bintang dipelihara dalam Keramba Jaring Apung (KJA) berukuran minimal 3X3X3 meter. Pakan yang diberikan merupakan kombinasi ikan rucah, pellet, cumicumi udang rebon dan beberapa pemanis pakan. Jadwal kontribusi jenis pakan diberikan dari hari Senin hingga dengan Sabtu (Tabel 1). Tabel 1. Dosis dan jadwal kontribusi pakan induk ikan bawal bintang | Hari | Pakan | | Senin | Rucah + pelet mix + Vit E | | Selasa | Rucah + pelet mix + Multivitamin | | Rabu | Rucah + pelet mix + Vitamin C | | Kamis | Rucah + pelet mix | | Jumat | Rucah + pelet mix | | Sabtu | Pelet mix + Cumi-cumi | | Minggu | Libur |
Keberhasilan pemijahan sangat ditentukan oleh tingkat kematangan gonad. Pemilihan induk yang siap memijah dilakukan dengan dua cara yaitu dengan metode kanulasi untuk induk betina dan striping untuk induk jatan. Telur yang sudah siap memijah berdiameter 450-550 mikron, sedangkan sperma yang baik untuk siap dipijahkan yaitu berwarna putih kental. Pemilihan induk merupakan langkah pertama untuk mengetahui apakah status induk benar-benar siap untuk dipijahkan. Induk-induk ikan Bawal Bintang terpilih di Balai Budidaya Laut Batam telah sanggup memijah sepanjang waktu tanpa harus tergantung pada siklus bulan, sebagaimana umumnya siklus pemijahan ikan laut. Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan sanggup dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ciri-ciri induk yang siap dipijahkan | Induk Jantan | Induk Betina | | - Berbentuk pipih ramping dan berukuran lebih kecil dari induk betina - Berat badan kurang dari 2 kg - Keluar sperma apabila dilakukan striping | - Bentuk badan lebih gemuk dan lebih besar - Warna lebih cerah dan urogenitalnya lebih merekah - Berat badan lebih dari 2 kg - Perut mengembang dan ukuran telur mencapai 500 mikron | Wadah pemijahan yang dipakai yaitu kolam lingkaran dengan ukuran minimum 8 m 3 baik berbahan fiberglass atau beton. Bak pemijahan dilengkapi dengan sistem air mengalir, sistem aerasi dan sistem pemanenan telur. Pemijahan dilakukan mengunakan teknik pemijahan rangsangan hormonal. Hormon yang dipakai yaitu HCG (Hormon Choironic Gonadotropin) dan LH-Rha (Leutunizing Releasing Hormon). Keduanya merupakn jenis hormon sex steroid berkadar molekul karbohidrat tinggi (glikoprotein) yang sanggup merangsang pelepasan-pelepasan hormon-hormon kelamin sehingga memacu kematangan sel-sel kelamin dan juga pemijahan. Rangsangan hormonal memakai suntikan HCG (Hormon Choironic Gonadotropin) dengan takaran 250 IU/kg bobot badan induk penyuntikan hari pertama dan 500 IU/kg bobot badan induk pada penyuntikan ke dua sesudah 24 jam penyuntikan pertama. Penyuntikan hormon LH-Rha, cukup dilakukan satu kali saja dengan takaran 0,05 mg/kg bobot badan induk. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular di tempat gurat sisi bersahabat pangkal sirip punggung. Telur yang dihasilkan mempunyai fekunditas 60-70% dengan ukuran telur 800-850 mikron. Telur yang sudah dipanen dihitung mengunakan metode sampling untuk mengetahui jumlah total telur yang dihasilkan oleh induk. Pemanenan telur dilakukan pada pagi hari atau bila telur telah mengalami perkembangan embrio fase grastula, sehingga telur cukup besar lengan berkuasa untuk dipindahkan. Panen telur dilakukan dengan cara mengalirkan media pemeliharaan yang berisi telur kedalam kolam penampung telur yang sudah dilengkapi dengan saringan (egg colletor). Pengambilan telur yang tidak dibuahi dengan cara mematikan aerasi dari wadah penampung telur. Telur bawal bintang yang terbuahi berwarna bening transparan dan terapung dipermukaan air sedangkan telur yang tidak menetas akan mengedap di dasar wadah, berwarna putih susu. Telur yang telah dikumpulkan selanjutnya ditetaskan dalam kolam inkubasi telur. Umumnya hasil pemijahan induk ikan Bawal Bintang di Balai Budidaya Laut Batam mempunyai derajat fekunditas sebesar 70–90% dan derajat tetas sebesar 70-90%.
2) Pemeliharaan Larva Bak larva dan seluruh perlengkapan pemeliharaan sebelum dipakai harus bersih, bebas penyakit dan parasit. Sterilisasi ini dilakukan dengan cara menyikat permukaan kolam dan perendaman dengan larutan khlorin selama 2 jam. Sebelum digunakan, kolam terlebih dahulu harus dibilas untuk menghilangkan bau khlorin. Padat tebar benih merupakan faktor yang sangat memilih keberhasilan perjuangan pembenihan. Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan. Apabila kepadatan terlalu tinggi pertumbuhannya lambat akhir adanya persaingan ruang, oksigen, dan pakan. Seiring dengan bertambahnya ukuran dan berat ikan, maka padat penebaran harus dikurangi secara bertahap. Setelah larva yang menetas (ditandai bentuk larva telah lurus sempurna) dihitung dalam kolam penetasan, selanjutnya larva ditebarkan ke dalam kolam pemeliharaan dengan kepadatan 10-20 ekor/liter. Penebaran sebaiknya dilakukan pada pagi hari ketika suhu air tidak terlalu tinggi. Cara penebaran yaitu dengan memindahkan larva dari kolam penetasan memakai ember, dan kemudian ditebar merata diseluruh permukaan media pemeliharaan. Untuk menghilangkan stres larva akhir perbedaan suhu media penetasan dengan suhu media pemeliharaan, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Aklimatisasi dilakukan dengan menyamakan terlebih dahulu suhu media penetasan dan pemeliharaan. Pemberian pakan alami dengan rotifera (Brachionus plicatilis) dilakukan pada ketika kuning telur pada larva akan habis, yaitu pada hari ke tiga. Pada hari ini verbal larva Bawal Bintang sudah mulai terbuka dan telah mulai menyesuaikan diri dengan makanan dari luar. Pakan alami selanjutnya yaitu naupli artemia (Artemia salina) yang diberikan ketika umur larva 12 hari (apabila diperlukan). Saat larva berumur 15 hari hingga hari ke 20 artemia yang dipakai yaitu artemia setengah dewasa. Pakan buatan (pellet) untuk larva Ikan Bawal Bintang diberikan sedini mungkin yaitu mulai umur 10 hari (D10). Pakan pellet awal berukuran sekitar 200 mikron. Ukuran pellet yang diberikan selanjutnya diubahsuaikan dengan bukaan verbal larva, dengan takaran yang diberikan hingga kenyang. Pemberian pellet lebih dini akan membantu mengurangi ketergantungan pakan terhadap rotifera dan artemia. Hal ini akan menguntungkan secara hemat dan memperbaiki kualitas benih, alasannya yaitu pakan buatan mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik. Frekuensi kontribusi pellet yaitu empat kali sehari dengan memakai alat kontribusi pakan otomatis (automatic feeder) yang sanggup diatur frekuensinya. Pengaturan jenis, ukuran, frekuensi kontribusi pakan yang diubahsuaikan dengan ukuran larva menjadi kunci dalam keberhasilan pemeliharaan larva (Tabel 3). Tabel 3. Jenis dan ukuran pakan larva ikan bawal bintang. | Jenis Pakan | Jumlah | Ukuran | Waktu | Frekuensi | | Phytoplankton (Nannochloropsis sp) | 5 × 103/ml | 5-20 μm | D3–14 | 1 kali/hari | | Rotifer (Brachionus plicatilis) | 5-10/ml | 100-175 μm | D3–14 | 4 kali/hari | | Brine shrimp Nauplii (Artemia salina) | 0,5-1/ml | 250 μm | D15–22 | 2-3 kali/hari | | Pakan pellet | Sesuai kebutuhan | 300-500 μm | D10-18 | 4 kali/hari | | Pakan pellet | Sesuai kebutuhan | 500-800 μm | D18-22 | 4 kali/hari | Pengelolaan air pemeliharaan mutlak dibutuhkan guna menjaga kualitas air yang digunakan. Pengelolaan yang dilakukan yaitu dengan mengganti air pemeliharaanpada umur 5 hari hingga 10 hari sebanyak 25% tiap harinya. Saat umur larva 10-20 hari penggantian air yaitu sebanyak 50% tiap hari dan larva umur 20-30 hari dilakukan pergantian air sebanyak 75% per harinya. Untuk menjaga supaya kadar amoniak dalam kolam pemeliharaan tetap pada syarat yang ditentukan, perlu ditambahkan Nannochloropsis. Kepadatan Nannochloropsis adalah 5 X 105 sel/ml. Selain berfungsi mirip tersebut diatas Nannochloropsis berfungsi juga sebagai pakan rotifera dalam kolam pemeliharaan. Pembersihan dasar kolam pemeliharaan dari sisa telur yang tidak menetas, pakan alami yang mati ataupun endapan dari air maritim dilakukan dengan cara menyiphon secara periodik. Penyiphonan pertama dilakukan pada D-2 untuk membuang sisa telur yang tidak menetas dan cangkang telur hasil tetasan. Setelah itu penyiphonan dilakukan 2 hari sekali. Untuk umur larva selanjutnya penyiphonan dilakukan tiap hari.
3) Pendederan Pendederan dilakukan dalam kolam yang terbuat dari beton atau fiberglass, berbentuk persegi panjang atau bulat. Volume kolam berkisar antara 1-6 ton. Sebelum dipakai kolam terlebih dahulu disterilkan dengan disinfektan. Bak pendederan dilengkapi dengan sistem air mengalir 24 jam dan sistem aerasi yang cukup. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Aklimatisasi perlu dilakukan alasannya yaitu mungkin terdapat perbedaan suhu dan salinitas antara tempat asal benih atau media transportasi dengan kondisi air tempat pendederan. Padat penebaran untuk masa pendederan diubahsuaikan dengan ukuran benih. Padat penebaran awal pendederan yaitu 1.500 ekor/m3 dengan ukuran benih ± 2 cm atau berumur sekitar 22-25 hari. Pemilihan jenis pakan harus didasarkan pada kemauan ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi, dan nilai ekonomisnya. Pakan yang diberikan sanggup berupa ikan rucah segar atau pakan buatan (pellet). Besarnya pakan diubahsuaikan dengan bukaan verbal ikan. Ikan Bawal Bintang cenderung bersifat omnivora, dimana banyak sekali jenis pakan akan dimangsa, namun yang paling baik yaitu kontribusi pakan buatan. Pakan buatan mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan pakan rucah, alasannya yaitu selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, kualitasnya terjamin dan kandungan nutrisinya telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan ikan. Frekuensi dan waktu kontribusi pakan yang tepat perlu diperhatikan supaya menghasilkan pertumbuhan dan angka kelulushidupan yang baik serta penggunaan pakan yang efisien. Hal ini berafiliasi dengan kecepatan pencernaan dan pemakaian energi. Pada tahap awal pemeliharaan kontribusi pakan dilakukan sesering mungkin atau minimal 4-6 kali sehari atau hingga ikan kenyang benar. Apabila ikan sudah tumbuh lebih besar kontribusi pakan sanggup dilakukan 2 kali sehari. Pengelolaan media air pemeliharaan terutama menjaga kualitas air media yang baik sehingga ikan sanggup tumbuh dengan optimal. Salah satu caranya yaitu dengan perawatan wadah pemeliharaan secara kontinyu. Pembersihan dasar kolam dapatdilakukan dengan penyiphonan. Penyiphonan dilakukan setiap pagi dan sore sesudah kontribusi pakan. Untuk menjaga kualitas air tetap baik pada masa pendederan diterapkan sistem air mengalir 24 jam dengan pergantian air sebayak minimal 200%. Sebagian besar ikan maritim termasuk jenis karnivora dan kanibalisme menjadi sifat dasar ikan jenis ini. Kanibalisme akan menonjol apabila tejadi perbedaan ukuran serta kekurangan pakan. Ikan yang lebih besar selalu akan memangsa yang kecil sehingga ikan yang kecil selalu takut dan kalah dalam mengambil pakan. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya banyak maut akhir kanibalisme dan kekurangan menerima pakan. Selain itu, ikan yang besar akan terus bertambah besar sedangkan yang kecil sulit menjadi besar sehingga terjadi variasi ukuran. Walaupun ikan Bawal Bintang cenderung tidak kanibal, namun perbedaan ukuran yang besar sanggup menimbulkan maut pada larva/benih yang kecil akhir digigit oleh larva/benih yang lebih besar.Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penyeragaman ukuran (grading). Grading sering dilakukan pada selesai pembenihan atau awal masa pendederan dan seterusnya dilakukan setiap terlihat ada perbedaan ukuran yang dipelihara. Masa pemeliharaan benih ikan Bawal Bintang pada fase pendederan berkisar antara 10 hari hingga dengan 30 hari dan benih yang siap tebar di KJA dipanen mulai ukuran 2,5 cm hingga dengan 5 cm.
4) Pengamatan Benih Pengamatan benih yang dilakukan mencakup pengamatan kesehatan benih, tingkat kelulusan hidup, pertumbuhan dan abnormalitas. Kesehatan ikan diamati dengan melihat kondisi larva dan benih yaitu warna benih, cara berenang dan nafsu makannya. Tingkat kelulusan hidup benih ikan Bawal Bintang dihitung dengan menghitung jumlah selesai panen dibagi jumlah benih yang ditebar, sedangkan pertumbuhan di amati dengan mengukur panjang benih setiap lima (5) hari dan keganjilan dihitung dengan membandingkan jumlah ikan cacat dibandingkan jumlah keseluruhan panen. Tingkat kelulusan hidup pada produksi benih ikan Bawal Bintang berkisar antara 20-40% hingga dengan ukuran benih 2,5-3 cm. Sedangkan tingkat keganjilan ratarata selama pemeliharaan maksimumsebesar 5%. Panjang benih ikan Bawal Bintang sanggup mencapai 25,2 mm sesudah pemeliharaan 30 hari (Tabel 4, Gambar 2). Tabel 4. Ukuran panjang benih berdasarkan umurnya. | Umur Benih (hari) | Panjang (mm) | | D-1 D-4 D-7 D-10 D-13 D-16 D-19 D-22 D-25 D-30 | 2.55 2.81 4.54 5.18 7.90 10.30 13.80 19.30 20.50 25.20 |
Gambar 2. Panjang benih ikan Bawal Bintang berdasarkan umur pemeliharaannya.
5) Pengelolaan Kesehatan Prinsip administrasi kesehatan ikan melibatkan 3 komponen utama yaitu: inang (ikan), patogen (bibit penyakit) dan lingkungan. Apabila keseimbangan ketiga komponen ini sanggup dipertahankan maka permasalahan penyakit tidak akan muncul. Menekan kasus penyakit hingga titik nol memang tidak mungkin untuk dilakukan. Tetapi meminimalkan terjadinya penyakit tergantung dari kondisi pengelolaan kesehatan ikan di masing masing unit perjuangan itu sendiri. Kerugian yang ditimbulkan akhir serangan penyakit akan sangat besar apabila terlambat penanganannya. Diagnosa yang cepat di lapangan dan akurat di laboratorium harus cepat dilakukan apabila wabah penyakit sudah terjadi supaya bias memilih treatment apa yang harus dilakukan dalam mengatasinya. Apabila terjadi bias/kesalahan dalam pendeteksian tanda-tanda penyakit maka treatment akan menjadi sia-sia bahkan akan memperparah kondisi ikan yang sakit. Cara terbaik untuk mengantisipasi supaya hal diatas tidak terjadi yaitu memakai prinsip “Lebih Baik Mencegah Daripada Mengobati“. Benih ikan Bawal Bintang termasuk jenis yang cukup tahan terhadap penyakit. Tindakan pencegahan yang harus dilakukan supaya benih sanggup tumbuh optimal dan tidak terjangkit penyakit cukup sederhana. Pengelolaan kualitas air yang baik, pakan yang cukup dan kepadatan benih yang tepat akan menghasilkan benih yang sehat dan bermutu. Usaha mencegah serangan penyakit juga dilaksanakan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada dua tahap, tahap pertama secara perendaman ketika benih ikan berukuran <2,5 cm dan penyuntikan pada ketika ikan berukuran >10 gr. Vaksin perendaman yang dipakai yaitu Vibrio polyvalen, sedangkan untuk vaksin penyuntikan yang dipakai yaitu Vibrio polyvalen, Strepsi, dan Timar.
|