Sisternatika ikan papuyu berdasarkan Hasanudin Saanin (1984), ialah sebagai berikut :
1. Klasifikasi
Phylum : Chordata
Sub phylumm : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthici
Family : Anabantidae
Genus : Anabas
Spesies : Anabas testudeneus Bloch
Beberapa nama tempat ikan papuyu yaitu betik (Jawa dan Sunda), puyu (Malaya), puyo‑puyo (Bintan), Geteh‑geteh (Manado) dan Kusang (Danau Matanua).
2. Morfologi
Secara morfologis bentuk tubuh ikan papuyu agak lonjong dan menjadi pipih kebagian belakang, ukuran kepala lebih besar dari tubuh dan mulutnya tidak sanggup disembulkan sebagaimana ikan mas. Semua bab tubuh dan kepala bersisik bergairah dan besar‑besar dengan warna agak kehijauan. Sirip ekor bentuknya bulat, jari‑jari keras dan sirip perut serta kelopak insang sanggup digerakkan dan sanggup dipakai untuk bergerak (berjalan) dipermukaan tanah. Beratnya di alam sanggup mencapai 250 gram per ekor.
Ikan papuyu banyak ditemui di perairan umum ibarat danau, sungai, rawa dan genangan air tawar lainnya. Daerah penyebarannya mencakup Kalimantan, Sumatera, lawa, Sulawesi dan Papua. Dialamnya ikan papuyu tumbuh normal pada kisaran kualitas air untuk suhu 240C ‑340C dan derajat keasaman (pH) 4 ‑ 8. Ikan papuyu tahan terhadap kekeringan dan kadar oksigen yang rendah. Biasanya tahan hidup selama 1 ahad tanpa air dan tinggal dalam lumpur selama 1 ‑ 2 bulan.
3. Pematangan Gonad
Induk ikan papuyu yang sudah sampaumur sanggup dipelihara dalam kolam semi permanen, maupun kolam fiber/semen dengan ke dalaman air antara 50 ‑ 80 cm. Dinding pematang diusahakan tidak terlalu miring dan tinggi permukaan air kolam dengan pematang tidak kurang dari 50 cm. Hal ini untuk menghindari ikan papuyu keluar kolam dengan cara memanjat dinding pematang.
Ikan papuyu yang dijadikan induk minimal memiliki berat 90 gram untuk betina dan 30 gram untuk jantan, tubuh segar, tidak cacat serta gerakannya lincah. Umur induk yang baik minimal 10 bulan. Selama masa pematangan gonad diberi pakan pelet sebanyak 5 % perhari dengan frekuensi santunan 2 kali pada pagi dan sore hari.
4. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan dengan cara mengeringkan kolam pemeliharaan induk, kemudian dilakukan penangkapan induk secara hati‑hati memakai serok biar tidak terluka.
Induk yang tertangkap dikumpulkan dan ditampung dalam bejana untuk diadakan seleksi. Apabila di dapatkan induk yang matang gonad, segera dipisahkan dalam wadah khusus berupa kolam semen atau fiber untuk diberok selama 1 hari. Adapun ciri‑ciri induk papuyu yang matang gonad :
Betina :
- Tubuh gemuk dan lebar
- Warna agak gelap jikalau dibandingkan dengan jantan
- Alat kelamin / urogenitainya berwama kemerah‑merahan
- Bila bab perut diurut akan keluar telur.
Jantan :
- Tubuh ramping dan panjang
- Warna lebih cerah jikalau dibandingkan dengan betina.
- Bila bab perut diurut akan keluar sperma berwarna putih susu.
- Perut bab bawah rata
Ikan papuyu memijah sepanjang ekspresi dominan penghujan dengan frekunsi 2 ‑ 3 kali memijah dengan jumlah telur (fekunditas) antara 5.000 ‑ 15.000 butir.
Pemijahan dilakukan dengan cara induced breeding (kawin suntik) memakai horman ovaprim sebagai perangsang ovulasi. Dosis hormon 0,5 ml/kg induk dengan perbandingan induk jantan dan betina dalam ukuran berat yaitu 1 : 1. Pemijahan sanggup dilakukan di akuarium, baskom plastik atau kolam fiber/semen.
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular pada bab punggung. Induk betina dilakukan 2 kali penyuntikan dan induk jantan hanya 1 kali penyuntikan. Interval waktu penyuntikan I dan penyuntikan II ialah 6 jam.
Penyuntikan induk jantan bersamaan waktunya dengan penyuntikan II pada induk betina. Setelah dilakukan penyuntikan, kedua induk di tempatkan dalam satu wadah hingga terjadi ovulasi dan pemijahan secara alami.
5. Pemeliharaan Larva
Pada kondisi normal prosentasi telur yang dibuahi biasanya mencapai 95% dengan daya tetas juga 95%. Larva yang gres menetas tidak perlu diberi makanan perhiasan alasannya ialah masih memiliki cakang
dangan makanan dari kantong kuning telur (yolk egg) hingga larva berumur 4 hari.
Pada hari ke 5 larva sudah sanggup dipelihara dikolam pendederan dan diberi makanan perhiasan berupa suspensi kuning telur. Pendederan larva dilakukan di kolam semi permanen dimana sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengolahan lahan. Selain dilakukan penjemuran kolam dilakukan pengapuran dengan takaran 250 gr‑am/m2 dan di pupuk dengan pupuk sangkar dengan takaran 500 gram/m2. Setelah itu kolam diisi air dan dibiarkan selama 3 hari untuk menumbuhkan pakan alami. Pendederan sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali, pendederan I dilakukan selama 45 hari dengan padat tebar 50 ekor/m2. Selama pendederan I benih ikan papuyu diberi pakan perhiasan berupa pelet ukuran kecell (powder) sebanyak 10 ‑ 20% dari bobot biomassa perhari dengan frekuensi santunan 2 kali sehari. Selama 45 hari pemeliharaan, benih akan mencapai ukuran 1 ‑ 3 cm dan sanggup dillanjutkan untuk pendederan II. Masa pemeliharaan pada pendederan II antara 3 ‑ 4 bulan hingga mencapai ukuran 7 ‑ 10 cm. Selama pendederan II diberi makan pelet sebanyak 5% dari bobot biomassa dengan frekuensi santunan pakan 2 kali sehari. Setelah pendederan II ini selanjutnya benih tersebut sanggup dipersiapkan sebagai calon induk atau untuk perjuangan pembesaran.Sumber: Balai Benih Ikan ( BBI ) Sei Batang Alamat : Jl. Garuda No 5 RT XVI Kuala Kapuas Kalimatan Tengah





