Infusoria yaitu salah satu pakan alami dari golongan protozoa, yaitu kumpulan organisme bersel tunggal yang terdiri dari kelompok siliata dan kelompok flagelata. Kedua kelompok ini dibedakan dari alat gerak yang dimiliki. Kelompok siliata memiliki alat gerak yang disebut silia atau rambut getar, sedangkan kelompok flagelata memiliki alat gerak yang disebut flagel atau bulu cambuk.
Infusoria berkembang biak dengan dua cara, yaitu dengan konjugasi dan pembelahan sel. Cara konjugasi yaitu dua sel induk saling menempel dan lalu terjadi pertukaran dan pembauran inti sel, sedangkan cara pembelahan sel yaitu sel membelah secara horisontal dengan pembagian inti yang sesuai.
Kelompok siliata yang biasa dijumpai dalam budidaya infusoria ialah paramaecium. Untuk kelompok flagelata yang biasa ditemui antara lain Chlamydomonas, Euglena viridis dan Ceratium hirudinella. Paramaecium mempunyai ukuran panjang 80-350 mikron, bentuknya lonjong menyerupai sandal dan pada ujung tubuhnya yang lancip terdapat lekukan yang merupakan mulutnya serta pada seluruh tubuhnya terdapat bulu getar yang merupakan alat geraknya.
Hidupnya bergerombol sehingga gampang dilihat dengan mata telanjang, sering ditemui di perairan yang banyak mengandung materi organik. Tempat menyerupai itu contohnya perairan sawah yang mengandung busukan jerami, di perairan yang ada limbah rumah tangga, dan perairan yang banyak ditumbuhi tanaman air menyerupai teratai dan enceng gondok. Di perairan menyerupai ini biasanya banyak ditemui bakteri, protozoa lain yang lebih kecil, ragi ataupun detritus yang merupakan pakan infusoria.
A. Pembibitan
Untuk mendapat bibit infusoria, air di daerah yang telah ditentukan lalu disaring memakai plankton net. Air hasil saringan ditampung dalam botol dan selanjutnya diamati di bawah mikroskop untuk mengetahui keberadaan infusoria.
Setelah mendapat bibit infusoria, langkah selanjutnya yaitu menciptakan media pengembangan yaitu ekstrak rebusan jerami. Caranya yaitu sebagai berikut :
- Jerami dicuci pada air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel menyerupai lumpur dan sisa pestisida. Selanjutnya jerami dipotong-potong halus dan direbus dengan air higienis selama 15 menit. Setelah dingin, air disaring dengan kain blacu.
- Sementara jerami direbus, wadah yang akan dipakai disiapkan dan dibersihkan. Sebagai wadah dipakai fiberglas atau bejana ukuran 25 liter. Air media yang telah disaring ditampung dalam wadah tersebut dan selanjutnya bibit diinokulasi serta diberi aerasi. Setelah 3 hari, air sudah ditumbuhi infosoria.
B. Pengembangan secara masal
Pengembangan secara massal memakai wadah dari fiberglas atau kolam semen ukuran 200-1000 liter. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
· wadah dibersihkan dan selanjutnya diisi dengan air bersih.
· Potongan-potongan jerami dimasukan ke dalam air. Bisa juga ditambahkan potongan selada dan kol atau bahkan kulit pisang kering apabila tidak memiliki cukup stok jerami. Jumlah potongan jerami atau materi lain yang dipakai sebanyak 5 kg untuk setiap 1.000 liter air.
· Rendaman ini dibiarkan kurang lebih seminggu dan selama itu diberi aerasi terus-menerus. Setelah satu minggu, bibit infusoria dimasukan dan tetap diberikan aerasi untuk suplai oksigen serta untuk menghindari penguraian basil secara anaerob yang sanggup menghasilkan gas beracun menyerupai H2S.
· Pemanenan sanggup dilakukan sesudah 7 – 8 hari masa pemeliharaan. Panen sanggup dilakukan dengan menciduk air dalam wadah pemeliharaan atau dengan cara penyiponan lalu disaring dengan plankton net. Selanjutnya air yang tertampung dalam tabung plankton net dimasukan ke dalam bejana dan siap dimasukan ke dalam kolam pemeliharaan sebagai pakan benih ikan.