Skip to main content

Pengolahan Kepiting Dan Rajungan




A. PENDAHULUAN

 Dunia perikanan menjanjikan sumber daya yang besar dan memerlukan pengelolaan yang terukur sehingga pemanfaatan untuk kemaslahatan bangsa sanggup tercapai secara optimal. Salah satu aspek yang menjadi rantai acara perikanan ialah pengolahan hasil perikanan dimana cara-cara yang sempurna dan benar sangat diperlukan. Dewasa ini para pelaku perjuangan dan pelaku utama perikanan sudah mulai mempunyai pandangan yang maju dalam hal bagaimana mengolah dengan efektif dan efisien.
Pemahaman dalam mengolah produk perikanan tidak hanya terpaku pada satu jenis olahan tetapi terkait juga dengan banyak sekali macam cara mengolah jenis ikan menyerupai pengolahan ikan-ikan air tawar.


B. POTENSI
Kepiting banyak dijumpai di tempat hutan bakau dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia. Oleh lantaran habitat dari kepiting di Indonesia umumnya di tempat Bakau, maka kepiting lebih dikenal dengan nama ”kepiting Bakau”. Sedangkan jenis kepting yang paling banyak ditemukan dan diperdagangkan ialah jenis Rajungan. Menurut jenisnya, Kepiting di Indonesia berjumlah 124 jenis (Nontji, 1987 dalam Ghufron, 1997).
Kepiting merupakan salah satu primadona perdagangan perikanan cendekia balig cukup akal ini lantaran produk kepting sangat disenangi oleh masyarakat baik lokal maupun internasional terutama lantaran rasa dagingnya yang yummy serta kandungan proteinnya yang tinggi.
Peluang pasar yang cukup besar dengan harga tinggi mengakibatkan bisnis kepiting mulai berkembang di beberapa tempat menyerupai di Sulawesi Selatan, Cilacap, Medan dan lain-lain. Dengan sasaran pemasaran lokal maupun ekspor. Negara tujuan ekspor antara lain: Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia dan Prancis.
Sebagai salah satu sumber pendapatan nelayan dan devisa negara, kepiting dan rajungan perlu mendapat perhatian khusus baik dari segi kelestarian sumber daya maupun cara pengolahannya. Hal ini juga sangat dipengaruhi oleh undangan masyarakat terhadap komoditi ini dari tahun ke tahun semakin meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini sesuai dengan data yang dikeluakan oleh Kementrian Kelautan perikanan ihwal produksi kepting/rajungan bahwa rajungan mempunyai peluang besar untuk menghasilkan devisa bagi negara dengan undangan yang terus meningkat. Selama tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2006-2008 data ekspor rajungan dalam US$ rajungan mempunyai nilai yaitu 130 juta pada tahun 2006, untuk tahun 2007 sebesar 134 juta, dan tahun 2008 mencapai 179 juta. Kenaikan ekspor rajungan mencapai 32,90% pada tahun 2007-2008. Peningkatan ini disebabkan lantaran rajungan termasuk kuliner glamor yang banyak dikonsumsi oleh masyrakat lantaran memilki rasa yang gurih dan kandungan gizi yang tinggi.
Potensi dan prospek kedepan yang baik inilah menjadi salah satu alasan mengapa pemanfaatan kepiting dan rajungan ini perlu ditingkatkan dikalangan pelaku perjuangan dan pelaku utama. Umumnya Kepiting diolah menjadi daging Kepiting/Rajungan dalam kaleng, banyak sekali jenis kuliner siap saji di restoran-restoran serta olahan limbah menyerupai Petis Rajungan.


C. SEBARAN/ DISTRIBUSI
Kepiting dan Rajungan mempunyai tempat hidup diperairan pantai. Kepiting biasanya hidup dipantai yang berlumpur dan ditumbuhi pohon-pohon bakau sedangkan rajungan di pantai berpasir, pasir berlumpur dan di pulau berkarang. Rajungan banyak ditangkap di daerah-daerah menyerupai Bali, Muncar – Banyuwangi, Pasuruan, Lampung, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Barat, Sulawesi dan Aceh. Sedangkan Kepiting tersebar didaerah pantai dengan hutan mangrove yang masih ada menyerupai misalnya di tempat Sulawesi, Maluku dan Papua.
Kepting bakau (Scylla serrata) memiliki nama yang berbeda-beda untuk setiap tempat baik di Indonesia maupun negara-negara lainnya di dunia. Penyebaran kepiting ini sendiri tersebar di wilayah Indo-Pasifik yang mencakup antara lain Indonesia, Malaysia, Cina, Filipina. Kepiting bakau ini hanya tersebar di perairan tropis atau pada perairan berkondisi tropis. Daerah sebarannya mencakup wilayah Indo-Pasifik, mulai dari pantai selatan dan timur Afrika Selatan, Mozambik, Iran, Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, negara-negara ASEAN, Cina, Jepang dan Taiwan. Kepiting juga ditemukan di pulau-pulau Lautan Pasifik mulai dari kepulauan Hawai di utara hingga ke Selandia Baru dan Australia kepingan selatan.


D. PEMANFAATAN
Kepting dan Rajungan sangat terkenal dengan rasanya yang yummy dan bergizi, sehingga masyarakat berusaha untuk memenuhi undangan pasar melalui produksi olahan-olahan berbahan baku Kepiting dan Rajungan.
Jenis-jenis olahan kepiting dan rajungan antara lain:
1.    Pengalengan daging Rajungan/Kepiting
2.    Masakan-masakan berbahan dasar daging kepiting dan rajungan menyerupai sup, kepiting/rajungan bumbu khas Indonesia, dll
3.    Pengolahan limbah atau hasil samping menyerupai Petis Rajungan.

Selain pengolahan menjadi produk olahan menyerupai disebutkan diatas, banyak masyarakat yang memanfaatkan Kepiting untuk dipasarkan dalam bentuk hidup dengan tujuan restoran-restoran dan juga eskpor. Salah satu keunggulan dari kepiting hidup ialah harga yang tinggi, gampang dilakukan dan bagi konsumen merupakan laba sendiri yaitu tidak memerlukan penanganan untuk menjaga mutu lantaran dalam bentuk hidup, kondisi kepting tidak akan busuk.

E. MORFOLOGY
Rajungan merupakan yang paling terkenal sehabis kepiting bakau. Rajungan bisa mencapai ukuran 18 cm, capitnya kokoh, panjang, berduri-duri Rajungan sanggup dikenali dari bentuk tubuhnya yang melebar melintang. Golongan hewan ini mempunyai jenis yang sanggup dimakan terbanyak diantara Crustacea lainnya. Binatang ini ada yang sanggup berenang yakni yang ditandai oleh ujung pasang kaki terakhir yang pipih menyerupai dayung, sedangkan jenis lainnya hanya sanggup merayap (Juwana dan Kasijian, 2000)
Kepiting/rajungan merupakan hewan berkaki sepuluh, sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan yang sepasang lagi yang paling belakang digunakan untuk bergerak. Perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian verbal kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan kepingan depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek, atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting berwarna coklat bercampur hitam yang hidup di air payau, air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Ketam ialah nama lain bagi kepiting.
Kepiting termasuk keluarga udang (Crustacea). Kepiting yang banyak diperjual-belikan dipasaran ialah jenis kepiting besar atau kepiting bakau (Scylla serrata) dengan berat rata-rata sekitar 500 gr/ekor. Biasanya kepiting dijual masih dalam keadaan hidup dengan capitnya diikat tali plastic atau pelepah pisang.
Jenis kepiting yang diperdagangkan biasanya ialah kepiting jantan dan kepiting telur (betina). Perbedaan antara kepiting jantan dan telur ialah pada bentuk kulit kepingan perut, dimana kepiting jantan mempunyai bentuk kulit kepingan perut melancip sedangkan kepiting betina bentuk kulit kepingan perutnya melebar (lihat gambar 1. ihwal perbedaan morfologi kepiting jantan dan betina).
Dalam menentukan produk kepiting, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1.    Memastikan kepiting masih dalam keadaan hidup. Hal ini sanggup dilihat dengan menunjukkan rangsangan pada kepingan mata. Bila mata masih berkedip dan sungut bergerak, artinya kepiting masih dalam keadaan hidup.
2.    Memastikan kepiting bertelur atau tidak dengan cara memperhatikan celah antara cangkang dengan rangka kepingan perut. Dengan menekan sedikit rangka kepingan perut akan terlihat lapisan telur berwarna jingga. Cara ini memerlukan keterampilan dan kebiasaan.


F. KLASIFIKASI DAN KANDUNGAN GIZI
Rajungan dalam dunia perdagangan dimasukkan kedalam satu kelompok yang sama dengan kepiting yaitu crabs (Soim, 1996). Indonesia memang memilki bebrapa jenis rajungan yang kesemuanya sanggup dimakan, tetapi tidak banyak dijumpai menyerupai rajungan biasa (Juwana dan Kasijian, 2000).
Klasifikasi rajungan berdasarkan Soim (1996) ialah sebagai berikut :
Phylium              : Arthopoda
Class                  : Crustacea
Sub Class           : Malacostraca
Ordo                  : Decapoda
Family                : Portunidae
Sub Family          : Potunidae
Genus                 : Portunus
Species               : Portunus pelagicus Linn
Sedangkan Klasifikasi Kepiting Bakau ialah sebagai berikut:
Phylum               : Artrhopoda
Class                  : Crustacea
Subclass             : Malacostraca
Superordo                    : Eucaridae
Ordo                  : Decapoda
Family                : Portunidae
Genus                : Scylla
Species               : Scylla sp.
  Scylla serrata
        Scylla tranquebarica
Kepiting dikenal sebagai salah satu kuliner dari maritim (seafood) yang digemari oleh masyarakat kita. Kepiting ialah sumber protein yang baik (mengandung sekitar 18-19.5 gram protein per 100 gram). Lihat tabel di bawah yang menyajikan komposisi zat gizi dari kepiting dibandingkan ikan/seafood lainnya.

Sedangkan dari sumber yang lain, Kepiting dan Rajungan mempunyai perbandingan kadar gizi menyerupai terlihat pada table berikut

Tabel 2. Hasil analisis kimia daging rajungan dan kepiting
Jenis komoditi
Protein
(%)
Lemak
(%)
Air
(%)
(Abu)
(%)
Rajungan jantan
Rajungan betina
Kepiting jantan
Kepiting betina
16,85
16,17
11,45
11,90
0,10
0,35
0,04
0,28
78,78
81,27
80,68
82,85
2,04
1,82
2,45
1,08
Sumber : BPPMHP, 1995


G. PREPARASI BAHAN BAKU

1. Penanganan Kepiting Hidup
Pada umumnya kepiting dijual dalam bentuk daging yang dikemas dalam kaleng atau dijual dalam keadaan hidup. Kepiting hidup mempunyai harga yang tinggi dan sanggup menjangkau pasar yang jauh.
Beberapa prinsip penanganan kepiting hasil panen perlu memperhatikan faktor-faktor waktu, suhu, bersih (kebersihan) semenjak kepiting itu dipanen hingga diserahkan kepada pembeli atau diolah. Panen perlu dilakukan secara cepat dan hati-hati untuk menghindari stres yang berlebihan.
Faktor suhu sanggup menghipnotis laju kecepatan metabolisme (pencernaan), kesehatan, kesejukan dan laju kekurangan cairan tubuh (kehilangan cairan tubuh). Kehilangan berat sekitar 3 - 4% akhir kekurangan cairan tubuh pada proses penyimpanan kepiting tanpa air sanggup mengakibatkan kematian. Selain itu, Penyimpanan kepiting tanpa air pada suhu hambar (< 140 C) atau suhu panas (> 320 C) sanggup mengakibatkan maut kepiting lantaran lingkungan hidup kepiting berkisar antara 120 C hingga dengan 320 C.
Penangkapan Kepiting dialam relative sulit bagi pemula sedangkan bagi para nelayan, melaksanakan penangkapan cukup gampang dengan memakai alat-alat yang sederhana. Beberapa kendala dalam perjuangan menagkap Kepiting dengan tujuan mempertahankannya tetap hidup ialah antara lain lantaran gampang lari, menyerang satu sama lainya yang menjadikan cacat fisik, maupun menyerang orang yang menangani sehingga menjadikan acara penanganananya menjadi lambat dan terkadang membanting hasil tangkapan. Oleh lantaran itu, panen dan penanganan kepiting perlu dilakukan oleh tenaga-tenaga terampil untuk menangkap dan mengikat.
Setelah Kepting ditangkap, hal-hal yang perlu diperhatikan ialah memisahkan hasil tangkapan berdasarkan ukuran (besar dan kecil), cacat fisik yang dialami menyerupai patah capit dengan yang utuh, dipisah berdasarkan Kepting hidup dan mati, jantan dan betina, sedang bertelur atau tidak.
Kepiting yang gres saja dipanen harus segera diikat supaya tidak lepas dan saling menyerang, memudahkan seleksi dan penanganan selanjutnya. Pengikatan sanggup dilakukan dengan dua cara yakni (Rangka, 2007):
(1) Pengikatan seluruh kaki dan capit sehingga kepiting tidak bisa bergerak,
(2) Pengikatan pada capit saja sehingga kepiting masih bisa berjalan tetapi tidak sanggup menyerang.
Pengikatan pertama mempunyai kelemahan bila dibiarkan dalam beberapa hari, dikala akan dilepas, kepiting menjadi lumpuh, tidak lincah sehingga dinilai lemah/sakit yang sanggup menurunkan mutu, sedangkan pengikat cara kedua kepiting masih bisa lari kecuali yang lemah/sakit sehingga peluang lepas/hilang bila tempat penyimpanan/penampungan tidak tertutup selalu ada. Kepiting yang telah diikat, disortir (dipisahkan berdasarkan berat dan ukuran), disusun rapi (tidak terbalik) di dalam keranjang atau semacamnya bersusun 3 - 5 lapis dengan kondisi keranjang cukup mempunyai ventilasi/lubang untuk sirkulasi udara. Dalam keadaan ini sanggup disimpan dalam ruangan lembab bersuhu rendah. Ditingkat petani sering ditutup dengan karung bersih dan berair dan segera dikirim kepada konsumen.
Setelah Kepiting di ikat dan dikemas maka siap untuk di pasarkan. Biaya transport cukup tinggi sehingga perlu perencanaan yang baik biar kepiting yang dikirim tetap dalam keadaan hidup hingga pada konsumen. Bila lantaran sesuatu hal kepiting yang telah diikat tadak sanggup segera dikirim kepada konsumen/pembeli, maka setiap 12 jam sanggup dicelup dalam air asin selama beberapa menit untuk menghindari dehidrasi. Bila ada yang lemah sekali atau mati harus segera dipisahkan untuk menghindari maut kepiting lainya. Kepiting yang lemah, kurang sehat ditandai dengan gerakan tangkai mata dan kaki renang yang lamban, serta keluar busa dari mulutnya.


2. Penanganan daging Kepiting/Rajungan
Terdapat perbedaan antara penganganan Rajungan dengan Kepiting. Jika Kepiting ditangani dalam keadaan hidup maka rajungan ditangani dalam bentuk daging.
Penanganan daging Rajungan memakai prinsip – prinsip penanganan suhu rendah (0 – 50C). Hal ini dimaksudkan biar tidak terjadi pembusukan oleh basil dan enzim lantaran daging rajungan mengandung substrat yang baik untuk pertumbuhan basil tersebut.
Proses perebusan rajungan mentah dilakukan selama ±30 menit dengan suhu 90-1000C, diubahsuaikan dengan jumlah materi baku yang direbus (SNI 01-4224-1996). Kemudian Rajungan dibelah dan diambil dagingnya. Daging Rajungan harus dipisah berdasarkan asal kepingan tubuh Rajungan. Daging Rajungan sebagian besar terdapat pada kepingan badan, kaki, dan capitnya. Berdasarkan daging pada kepingan tersebut, maka daging rajungan umumnya dibagi menjadi 4 macam daging, yaitu :
1)   Jumbo lamp dan colossal (daging putih) ialah dua daging dari capit.
2)   Sepesial (daging putih) ialah daging yang terletak dibagian tubuh berupa serpihan.
3)   Clow meat (daging coklat) ialah dari capit hingga kaki rajungan.
4)   Clow fingers (daging coklat) ialah kepingan pertama dari capit dan kepingan capit yang sanggup digerakkan

Bagian-bagian daging tersebut kemudian di simpan kedalam kaleng plastik dan disimpan dalam wadah yang diberi es.

Menurut (Moeljanto, 1992) Mutu daging rajungan sanggup dibedakan menjadi tiga tingkatan mutu yaitu :
1)   Mutu I potongan daging (lump Meat) terdiri dari kaki-kaki dan sirip-sirip belakang, merupakan mutu yang baik.
2)   Mutu II serpihan putih (White/Flake) terdiri dari sisa daging dari badan.
3)   Mutu III daging capit berwarna gelap dan mutunya rendah



H. PENGALENGAN DAGING RAJUNGAN/KEPITING
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6929.1-2002, rajungan kaleng secara pasteurisasi ialah produk olahan hasil perikanan dengan materi baku rajungan segar yang mengalami perlakuan sebagai berikut: perebusan dan pengambilan daging, pengisian dalam kaleng, penimbangan, penutupan kaleng, pasteurisasi, pendinginan dan pengemasan, selanjutnya disimpan pada suhu 00C – 50C.
Menurut Muchtadi (1995), pengalengan ialah proses pengemasan pangan secara hermatis yang mengandung arti bahwa penutupan sangat rapat, sehingga tidak gampang ditembus oleh udara, air, mikroba atau materi lain. Sehingga kuliner kaleng sanggup dijaga dari kebusukan, perubahan, kadar air, kerugian akhir oksidasi atau perubahan citarasanya.
Selain memakai kaleng, penggunaan botol Jar (contohnya botol bekas selai) sanggup digunakan sebagai wadah daging Rajungan/Kepiting.
Tahapan-tahapan proses pengalengan rajungan/kepiting berdasarkan SNI 01-6929.3-2002 ialah sebagai berikut:

1. Tahap Penerimaan
Bahan baku harus disertai keterangan yang menyatakan bahwa materi baku tidak berasal dari perairan yang tercemar. Bahan baku yang diterima diunit pengolahan diuji secara organoleptik untuk mengetahui mutunya kemudian materi baku ditangani secara hati-hati, cepat, cermat, bersih dengan suhu hambar maksimal 50C dan selanjutnya dilakukan penimbangan. Penggunaan es selalu menjadi penting dalam rangka menjaga suhu tetap dingin.

2. Sortasi /Pemilihan
Daging rajungan yang dihasilkan selanjutnya disortir berdasarkan mutu dan jenis daging kemudian dilakukan pencucian daging dari sisa-sisa kulit cangkang, filth dan lain-lain. Sortir harus dilakukan dengan cepat, cermat, dan saniter dengan suhu maks. 50C yang dilakukan sedemikian rupa sehingga es tidak bersentuhan eksklusif dengan daging.

3. Pengisian Dalam Kaleng
Daging yang telah bersih dimasukkan kedalam kaleng secara manual sesuai dengan jenis daging kemudian ditambahkan SAPP (Sodium Acid Pyrophosphat) dan ditimbang dengan timbangan.

4. Penutupan Kaleng
Kaleng yang telah berisi daging rajungan kemudian ditutup dengan memakai mesin epilog kaleng. Bahan pelumas yang digunakan pada mesin epilog kaleng harus memakai materi pelumas yang “food grade” yaitu materi pelumas yang dipersyaratkan untuk makanan. Penutupan kaleng harus dilakukan dengan hati-hati dan secara terencana dilakukan investigasi terhadap lipatan kaleng.

5. Pelabelan dan Pemberian Kode
Setiap produk yang akan diperdagangkan harus diberi label dengan benar dan gampang dibaca, mencantumkan bahasa yang dipersyaratkan importir serta memberi keterangan.

6. Proses Pasteurisasi
Kaleng yang telah ditutup kemudian direbus dalam wadah perebusan dengan suhu 70 – 80 0C selama 115 menit – 180 menit tergantung ukuran kaleng. Selama proses perebusan suhu dan waktu pasteurisasi harus selalu diamati.

7. Pendinginan
Kaleng yang telah mengalami pasteurisasi segera didinginkan dengan cara memasukkan kaleng kedalam hancuran es dan air pada suhu ± 00C selama 2 jam. Air dan es yang digunakan harus mengandung residu chlorine 0,2 ppm.
8. Pengepakan

Kaleng yang telah hambar dikeluarkan dari es kemudian dimasukkan kedalam master karton sesuai dengan label. Penanganan dilakukan secara hati-hati dan teliti.

9. Penyimpanan
Penyimpanan daging rajungan dalam kaleng secara pasteurisasi harus dalam gudang hambar (chilling room) dengan suhu produk maksimal 50 C dengan fluktuasi suhu ± 20C. Penataan produk dalam gudang hambar diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan sirkulasi udara hambar sanggup merata dan memudahkan pembongkaran.
Pengolahan berskala rumah tangga juga sanggup memproduksi daging Kepiting/Rajungan kaleng dengan mengikuti referensi berikut.

Contoh cara pembuatan daging Rajungan kaleng
a. Bahan-bahan:
1.    Kepiting Hidup : 5 kg
2.    Air untuk merendam kaleng/ botol: 5 liter
3.    Es : 2 kg

b. Alat
1.    Timbangan
2.    Panci perebus
3.    Bak perendaman
4.    Kaleng atau botol Jar dengan penutupnya
5.    Autoclave atau pressure cooker atau panci pengukus
6.    Alat epilog kaleng

c. Cara pembuatan
1.    Kaleng atau botol yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan cara mencuci dengan air panas/mendidih dan atau mrendamnya kedalam air panas selama 1 jam dengan tujuan membunuh basil dan kuman yang ada didalam kaleng atau botol.
2.    Kepiting hidup/Rajungan kemudian direbus dalam panci perebus selama ± 15 menit atau hingga cangkang berubah warna dalam suhu antara 90 – 1000C.
3.    Daging Kepiting/Rajungan diambil dan dipisah berdasarkan jenisnya.
4.    Kemudian daging tersebut dimasukkan kedalam kaleng/botol
5.    Tutup kaleng atau botol dengan rapat
6.    Kaleng/botol selanjutnya dikukus (pasteurisasi) pada alat pengukus selama 1 – 1,5 jam
7.    Kaleng/botol didinginkan dengan cara diremdam dalam air es dengan suhu kira-kira 50C. Pendinginan dilakukan selama kurang lebih 1 jam
8.    Tiriskan kaleng/botol
9.    Beri label dan kaleng/botol siap dipasarkan.



I. PENGOLAHAN PETIS RAJUNGAN
Petis merupakan salah satu produk yang umumnya digunakan sebagai adonan dalam masakan, sepert misalnya dalam pembuatan sambal goreng petis dan lain-lain. Petis umumnya berasal dari cairan tubuh ikan atau udang yang telah terbentuk selama proses penggaraman kemudian diuapkan melalui proses perebusan lebih lanjut sehingga menjadi larutan yang lebih padat menyerupai pasta.

Adapun proses pengolahan petis Rajungan/Kepiting ialah sebagai berikut:
Bahan-bahan
1.    Air perasan daging rajungan : 1500 ml
2.    Garam : 15 gram
3.    Gula merah : 15 gram
4.    Air tajin : 500 ml.
Alat
1.    Saringan
2.    Baskom
3.    Dandang
4.    Kompor

Cara pembuatan
a)    Air perasan daging Rajungan disaring
b)   Air perasan dipanaskan dengan dandang diatas kompor
c)    Selama dipanaskan, tambahkan gula, garbahkan gula dan garam sambil diaduk
d)   Untuk meningkatkan kekentalan, tambahkan air tajin
e)   Pengadukan adonan (air perasan, gula, garam dan air Tajin) terus diaduk hingga terbentuk pasta yang kental. Biasanya waktu yang dibutuhuhkan kurang lebih 3-6 jam.
f)   Petis yang telah mengental kemudian diangakat sambil tetap diaduk dan diangin-anginkan biar petis cepat dingin.
g)   Setelah dingin, petis kemudian dimasukkan kedalam botol jar (Boto yang biasanya digunakan untuk mengemas selai)










Popular posts from this blog

Pengemasan Produk Perikanan

PENGERTIAN Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap materi pangan, supaya materi pangan baik yang belum maupun yang telah mengalami pengolahan, sanggup hingga ke tangan konsumen dengan “selamat” (secara kuantitas & kualitas). DASAR HUKUM PENGEMASAN PRODUK HASIL PERIKANAN 1.       UU No. 7 Tahun 1996 wacana Pangan 2.       UU No. 8 Tahun 1999 wacana Perlindungan Konsumen 3.       UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan dan UU No. 45 Tahun 2009 tentang: Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 2004 wacana Perikanan 4.       UU RI No. 15 Tahun 2001 wacana Merk 5.       UU No. 14 Tahun 2001 wacana Paten 6.       Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 wacana Pelabelan dan Iklan Pangan 7.       Kep. Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.   KEP.01/M...

Strategi Persidatan, Analisa Dan Harga Sidat (Unagi) Di Jepang

Strategi Persidatan, Analisa dan Harga Sidat (Unagi) di Jepang Menelaah kondisi dan taktik persidatan di Indonesia, sambil merencanakan sistem produksi 20 ton per tahun, sebagai konsultan sistem akal daya sidat. Berikut ini beberapa perencanaan dan taktik yang saya perhitungkan. Dengan adanya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, ihwal larangan Pengeluaran Benih Sidat Dari Wilayah Negara Republik Indonesia, ke Luar Wilayah Negara Republik Indonesia NOMOR PER. 18/MEN/2 009. Ukuran dan benih sidat yang dihentikan adalah: Benih ialah ikan dalam umur, bentuk, dan ukuran tertentu yang belum dewasa. Benih sidat ialah sidat kecil dengan ukuran panjang hingga 35 cm dan/atau berat hingga 100 gram per ekor dan/atau berdiameter hingga 2,5 cm. Jadi ada batasan berat 100 gram, atau diameter s/d 2,5 cm, dan panjang 35 cm. Hal itu memungkinkan perkembangan pemeliharaan sidat dalam negeri hingga ukuran (100...

Jenis Dan Ukuran Tongkang Kerikil Bara

JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA - Perlu di ketahui salah satu jenis Tongkang ialah tongkang untuk memuat batubara. Dan Pada Perkembangannya Tongkang batubara mempunyai Ukuran dan jenis yang berlainan. Baca Juga ; - Mengenal Tongkang - Kapal Tugboat - Kapal Tugboat Sungai JENIS DAN UKURAN TONGKANG BATU BARA kapal tugboat dan tongkang Ada bеbеrара jenis tongkang (barge) kerikil bara, tergantung dаrі ukuran dan daya muat masing-masing tongkang,  Baca Juga ; -  Mengenal Bagian Kamar Mesin Kapal -  Dinamika Kapal -  Tank Cleaning Pada Kapal -  Fin Stabilizer -  MT KNOCK NEVIS DAN SEJARAHNYA jenis tersebut antara lain ; - уаng berukuran 180 feet dараt memuat kurаng lebih 5.000 ton kerikil bara, dan  - уаng berukuran 270 feet (feet jumbo) dараt memuat 8.000 ton kerikil bara, ѕеdаngkаn - уаng berukuran 300 feet ѕаmраі 330 feet dараt memuat 10.000 ton ѕаmраі 12.000 ton kerikil bara. Tong...